Indonesia.go.id - Gencar Membidik Pasar Ekspor Perikanan

Gencar Membidik Pasar Ekspor Perikanan

  • Administrator
  • Minggu, 12 Maret 2023 | 09:25 WIB
PERIKANAN
  Ilustrasi. Pekerja memindahkan ikan cakalang hasil tangkapan nelayan dari kapal di Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate, Maluku Utara. ANTARA FOTO/ Andri Saputra
Tahun 2022 dibuktikan sebagai momentum akselerasi, di mana tercatat peningkatan nilai ekspor perikanan sebesar 10,66 persen pada kurun Januari--November. Pemerintah terus mempromosikan branding produk perikanan Indonesia dengan tagline “Indonesia Seafood: Naturally Diverse” dan subtagline “Safe and Sustainable” di berbagai pameran dan pertemuan internasional.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menargetkan, ekspor perikanan di 2023 sebesar USD7,66 miliar. Selain ekspor, pertumbuhan produk domestik bruto juga ditargetkan di angka 5--6 persen, kemudian angka konsumsi ikan 61,02 kg/kapita.

Tak hanya itu, Menteri Trenggono juga menargetkan, produksi garam sebanyak 1,5 juta ton, nilai tukar nelayan mencapai 107--108, dan persentase kepatuhan pelaku usaha KP 97 persen, penyelesaian penataan ruang dan rencana zonasi pesisir 32 kawasan.

"Kemudian, luas kawasan konservasi 29,1 juta hektare, pengelolaan dan pemanfaatan WPP secara berkelanjutan di 11 WPP, proporsi tangkap jenis ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman, yakni 76 persen," terang Menteri Kelautan dan Perikanan dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI yang digelar pada Selasa, 17 Januari 2023.

Di sisi lain, pada Januari hingga Desember 2022, nilai ekspor produk perikanan Indonesia mencapai USD5,71 miliar atau Rp84,60 triliun atau naik 10,66 persen dibandingkan periode yang sama di 2021. Untuk nilai impor pada 2022 mencapai USD0,64 miliar atau Rp9,45 triliun. Sementara itu, neraca perdagangan produk perikanan mengalami surplus sebesar USD5,07 miliar atau naik 7,22 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuktikan, tahun 2022 sebagai momentum akselerasi. Hasilnya, KKP mencatat peningkatan nilai ekspor perikanan 10,66 persen pada periode Januari--November 2022, dibanding periode yang sama tahun lalu.

Dalam siaran pers Plt. Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Ishartini, di akhir Desember lalu, disebutkan bahwa nilai ekspor perikanan periode Januari--November 2022 mencapai USD5,71 miliar. Sementara itu, nilai impor di periode yang sama hanya USD0,64 miliar. Artinya, masih surplus neraca perdagangan hasil perikanan sebesar USD5,07 miliar.

Adapun komoditas utama ekspor Indonesia meliputi udang dengan nilai USD1.997,49 juta, tuna-cakalang-tongkol senilai USD865,73 juta, cumi-sotong-gurita sebesar USD657,71 juta, rumput laut sebesar USD554,96 juta, dan rajungan-kepiting sebesar USD450,55 juta. Komoditas-komoditas itu dikirim ke negara tujuan ekspor utama seperti Amerika Serikat senilai USD2,15 miliar (37,63 persen), Tiongkok USD1,02 miliar (17,90 persen), Jepang USD678,13 juta (11,89 persen), Asean USD651,66 juta (11,42 persen), serta 27 negara Uni Eropa senilai USD357,12 juta (6,26 persen).

Pada kesempatan itu, Ishartini tetap meminta agar jajarannya menyosialisasikan kepada pelaku usaha tentang persetujuan kesepakatan dagang antara Indonesia dan beberapa negara Eropa (Islandia, Liechtenstein, Norwegia, dan Swiss) yang tergabung dalam EFTA (European-Free Trade Association) melalui IE-CEPA (Indonesia European-Comprehensive Economic Partnership Agreement).

Kemudian Mozambique-Preferential Trade Agreement (IM-PTA) yang telah menyepakati penurunan tarif untuk tuna segar, kepiting, dan udang beku dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang merupakan perundingan perdagangan bebas antara negara ASEAN (10 negara) dengan lima negara mitra, yaitu Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Australia, dan Selandia Baru.

Ishartini juga mengarahkan jajarannya untuk terus mempromosikan branding produk perikanan Indonesia dengan tagline “Indonesia Seafood: Naturally Diverse” dan subtagline “Safe and Sustainable” di berbagai pameran dan pertemuan internasional.

Lebih dari itu, ada pula beberapa komoditas ekspor yang memiliki branding produk sendiri, di antaranya “Indonesia Seaweed, Natural Binding Solutions to The World” untuk rumput laut, “Indonesian Pangasius, The Better Choice” untuk ikan patin, “Indonesia Tuna, Sustainable by Tradition: One-by-One” untuk ikan tuna, dan “Indonesian Shrimp, Discover The Taste of 17,000 Islands” untuk udang.

Lebih lanjut, Ishartini mengungkapkan, capaian nilai ekspor perikanan diperkirakan tumbuh 8,84% dengan nilai USD6,22 miliar hingga Desember 2022 dibanding akhir 2021. Realisasi investasi triwulan 3-2022 mencapai Rp6,39 triliun atau meningkat 45,62 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan menyebar ke sejumlah daerah seperti di Jawa Timur, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah.

Ishartini menambahkan, Republik Rakyat Tiongkok menjadi negara terbesar yang berinvestasi pada sektor kelautan dan perikanan, disusul Singapura, British Virgin Islands, dan Jepang. Selain mencatatkan prestasi di sisi makro, KKP juga menunjukkan keberpihakannya terhadap pelaku UMKM pengolah dan pemasar hasil perikanan, pembudi daya, serta nelayan.

Hal itu ditunjukkan dengan pencairan kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp9,02 triliun per November 2022 dan ditargetkan akan mencapai Rp9,7 triliun di penghujung tahun. Alhasil, 38,6 persen pelaku usaha bisa menambah tenaga kerja baru setelah memperoleh pemodalan dari KUR. Lalu ada 83,16 persen pelaku usaha yang bisa meningkatkan volume produksinya dan 90,08 persen pelaku usaha berhasil meraih peningkatan omzet per bulannya.

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari