Indonesia.go.id - Langkah Jitu di Musim Gadu

Langkah Jitu di Musim Gadu

  • Administrator
  • Minggu, 1 Oktober 2023 | 11:13 WIB
BERAS
  Ilustrasi. Pergerakan harga beras, dalam pandangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), tidak lepas dari produksi gabah kering panen (GKP) yang dihasilkan petani. ANTARA FOTO/ Syifa Yulinnas
Kementan mengeklaim stok beras aman. Neraca beras 2023 surplus 2,44 juta ton. Hasil tanam musim kemarau diprediksi menambah 1,5 juta ton sebelum panen raya di 2024.

Harga kebutuhan pokok, khususnya beras melonjak. Begitulah yang kini dihadapi rumah tangga di tanah air, sepanjang Agustus dan September 2023.

Per Selasa (5/9/2023) misalnya, Panel Harga Badan Pangan mencatat, dibanding satu hari sebelumnya harga beras medium  naik Rp10 ke Rp12.520 per kg. Sedangkan untuk beras  premium naik Rp100 ke Rp14.270 per kg. Harga tersebut adalah rata-rata nasional harian di pedagang eceran.

Pergerakan harga beras, dalam pandangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), tidak lepas dari  produksi gabah kering panen (GKP) yang dihasilkan petani. Fakta di lapangan memperkuat hal itu.

Data kerangka sampel area (KSA) yang diolah Bapanas menunjukkan bahwa produksi beras Januari--Oktober 2023 lebih rendah 660.000 ton dibandingkan periode yang sama di 2022.  Sementara itu, merujuk data BPS, luas panen padi pada September 2023 mencapai 832.000 hektare dan Oktober 753.000 hektare.

Secara kumulatif, BPS memproyeksi produksi padi sepanjang Januari-Oktober 2023 diperkirakan mencapai 27,88 juta ton. Di sisi lain, konsumsi beras pada Januari--Oktober 2023 sebanyak 25,44 juta ton juga tercatat lebih tinggi 1,15 persen dari 2022 sebanyak 25,15 juta ton.

Salah satu sebab menurunnya GKP adalah kekeringan ekstrem akibat El Nino. Buntutnya, sejumlah lahan sawah mengalami puso atau gagal panen.

Namun, menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, adalah wajar di tengah kekeringan ekstrem seperti saat ini. Hanya saja  angkanya masih dinilai wajar. Proyeksi gagal panen itu ditaksir hanya berkisar 380.000 ton--1,2 juta ton. 

 

Musim Tanam Gadu

Sekalipun menghadapi musim kering yang berkepanjangan, Kementan masih optimistis. Masih ada cukup waktu untuk menggenjot produksi, mengejar target produksi beras 2023.

Mentan Syahrul bahkan mengeklaim, neraca beras 2023 masih surplus 2,44 juta ton. Selanjutnya, Kementan pun terus mendorong penanaman padi di musim kemarau ini di sejumlah area sawah.

Sebagai informasi, dalam dunia pertanian (padi) di Indonesia, petani mengenal tiga musim tanam sepanjang satu tahun, yakni; musim tanam utama, musim tanam gadu, dan musim tanam kemarau.

Musim tanam utama (rendeng) adalah musim tanam yang dilaksanakan pada saat musim penghujan. Saat ini penanaman padi dilakukan, baik di tanah basah (tanah yang memiliki pengairan/irigasi bagus) dan tanah kering (tadah hujan). Musim tanam utama di mulai pada November sampai Maret.

Sedangkan musim tanam gadu adalah musim tanam yang tidak ada pengairannya. Petani  hanya mengandalkan air hujan atau tadah hujan. Musim tanam gadu ini dimulai pada April sampai Juli.

Adapun musim tanam kemarau adalah penanaman padi di lahan yang memiliki irigasi baik. Ini terjadi pada Agustus, September, dan Oktober.

Musim tanam kemarau inilah yang kini terus didorong Kementan dan diharapkan memberikan tambahan produksi 1,5 juta ton beras sebelum panen raya tahun 2024. Langkah untuk itu adalah dengan melakukan penguatan tanam padi di 500.000 hektare. Hasilnya diperkirakan mencapai 3 juta ton gabah atau setara 1,5 juta ton beras.

Area penanaman padi musim kemarau ini ada di 10 provinsi dan 100 kabupaten. Sejumlah daerah yang diharapkan panen besar pada November-Desember 2023 itu, antara lain Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Paling lambat Januari sebagian, sebelum panen raya. Ini memang untuk ngejar tahun ini supaya panen di akhir tahun," jelas Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi, Rabu (13/9/2023).

 

Redaktur: Ratna Nuraini
Penulis: Dwitri Waluyo/Elvira Inda Sari