Pemerintah terus mencari, mengembangkan dan memproduksi padi varietas unggul. Target Indeks Ketahanan Pangan Indonesia terus membaik. Namun banyak hal yang produktivitas padi.
Sejauh mata memandang, terlihat hamparan padi menguning. Kemarau panjang 2023 ini tidak mempengaruhi tanaman padi galur unggul baru yang ada di lahan Demonstrasi Area Pangan PT Sang Hyang Seri.
Pada area seluas 47 hektare di Desa Ciasem Girang, Kecamatan Sukamandi, Kabupaten Subang, Jawa Barat, sejumlah padi varietas unggul ditanam. Padi yang sudah masuk masa panen itulah yang akhir pekan lalu dipanen Kementerian Pertanian.
Salah satunya adalah varietas galur MSP 65, yang sangat genjah dan bisa dipanen dalam waktu 65 hari. Selain itu ada juga varietas Inpari 48 dan Mantap yang telah disalurkan Kementerian Pertanian kepada masyarakat. Untuk MSP-65 akan diproses pelepasan varietasnya. “Saya berharap nantinya ini bisa ditanam oleh teman-teman petani dan bisa menjadi alternatif di saat musim kering seperti saat ini,” kata Arief Prasetyo Adi, Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertanian, dalam keterangan persnya, Sabtu, 21 Oktober 2023.
Selain mengantisipasi musim kering, Kementerian Pertanian memang harus mengejar dan memenuhi target rutin yakni pemenuhan produksi pangan nasional. Adapun target produksi beras ditingkatkan dari 31 juta ton menjadi 35 juta ton setara beras tahun ini. Oleh sebab itu untuk mencapai target ini, menurut Arief, perlu kerja sama dengan semua pihak, baik dari kementerian dan lembaga terkait lainnya, begitu juga dengan kalangan akademisi.
Benar saja, selain Kementerian Pertanian, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga rajin memproduksi padi varietas unggul. Hingga tahun ini, misalnya, BRIN telah memproduksi setidaknya 35 varietas unggul padi hasil pemuliaan tanaman menggunakan teknologi pemaparan radiasi (iradiasi) sinar gamma. “Dengan memanfaatkan teknologi pemuliaan mutasi radiasi, BRIN telah melepas 35 varietas unggul padi," kata Irawan Sugoro, Kepala Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi Organisasi Tenaga Nuklir, BRIN, saat dihubungi antaranews.com di Jakarta, Senin, 23 Oktober 2023.
Teknologi iradiasi sinar gamma, lanjut Irawan, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Apalagi ketika wilayah Indonesia menghadapi perubahan iklim, seperti kekeringan, salinitas tinggi, banjir, meningkatnya serangan hama, dan kesuburan yang menurun. “Teknologi ini bertujuan mengubah genetik dan sifat dari tanaman agar menjadi lebih baik dibandingkan dengan induknya,” kata Irawan.
Berkat hasil mutasi genetik tersebut, usia tanam padi bisa diperpendek menjadi tiga bulan, serta dapat meningkatkan produktivitas hingga dua kali lipat tergantung jenis varietasnya. "Awalnya hanya 5--6 ton bisa ditingkatkan 10--11 ton," katanya.
Kunci Ketahanan Pangan
Tak pelak lagi, padi super memainkan peran strategis dalam pencapaian Indeks Ketahanan Pangan Indonesia. Indeks ini mengukur capaian pembangunan ketahanan pangan di wilayah-wilayah, menilai kinerja daerah dalam memenuhi urusan pemerintah pusat dan daerah, serta membantu menentukan prioritas intervensi program.
Dalam hal ini, indeks tersebut akan menentukan apakah kondisi ketahanan pangan tersebut terpenuhi atau tidak, bagi negara hingga warga, termasuk aspek ketersediaan pangan, keamanan, gizi, dan terjangkau baik dari segi harga dan lokasi. Ketersediaan padi sebagai bahan makanan utama, terutama beras, tentu memainkan peran kunci dalam mencapai ketahanan pangan nasional.
Pada tahap inilah padi super menjadi peran sentral. Jenis padi ini adalah varietas padi yang telah mengalami pemuliaan genetik untuk meningkatkan hasil panen, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta adaptasi terhadap kondisi lingkungan tertentu. Padi unggulan merupakan varietas padi yang telah di lepas oleh pemerintah melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian.
Laporan liputan sejumlah kantor berita nasional menunjukkan hasil panen padi unggulan di beberapa daerah melimpah. Misalnya, panen raya perdana awal pada Januari 2023, di tiga provinsi, yaitu Jawa Barat (Kabupaten Karawang), Banten (Kabupaten Pandeglang), dan Jawa Tengah (Kabupaten Grobogan) yang merupakan sentra produsen beras nasional.
Berbagai hasil riset terhadap penggalakan padi varietas unggul telah banyak dilaksanakan. Misalnya penerapan varietas unggul baru (VUB) di Jawa Tengah dapat meningkatkan rata-rata produktivitas padi sawah sebesar 1,0 --2,4 ton per hektare atau sekitar 16,26%--39,02% dibandingkan dengan produktivitas varietas IR64 (Tota Suhendrata, 2008). Selain itu, pada 2022, produktivitas padi nasional dalam bentuk GKG diperkirakan mencapai 52,49 kuintal per hektare, meningkat sekitar 0,44% dibanding 2022. Dengan peningkatan produktivitas ini, ketahanan pangan nasional dapat lebih terjaga.
Hasil riset mengenai penanaman padi super terhadap produktivitas panen nasional dapat memberikan wawasan yang berharga. Berdasarkan laporan BPS, produktivitas padi nasional rata-rata mencapai 54,42 kuintal per hektare pada 2021. Namun, dengan penerapan inovasi teknologi pertanian seperti penggunaan varietas unggul baru (VUB), produktivitas dapat meningkat hingga 1,0 - 2,4 ton per hektare.
Produksi Padi Nasional
Hasil riset terakhir menunjukkan produksi padi di Indonesia pada 2022 mengalami kenaikan. Berdasarkan perhitungan BPS, produksi beras nasional 2022 diperkirakan mencapai 32,07 juta ton, naik sekitar 0,72 juta ton dari 2021 yang sebesar 31,36 juta ton.
Selain itu, produktivitas padi nasional dalam kualitas gabah panen juga meningkat menjadi 62,77 kuintal per hektar, naik sekitar 0,27 kuintal per hektar atau 0,43% dibandingkan dengan 2021. Meskipun demikian, luas panen padi nasional pada 2021 mengalami penyusutan sebesar 2,3%, menjadi 10,41 juta hektare, dan produksi padi nasional juga turun sebesar 0,43%, menjadi 54,42 juta ton.
Namun, kalkulasi BPS terhadap produksi padi dan luas panen pada 2023 mengalami penurunan (angka sementara), antara lain:
- Luas panen padi diperkirakan sebesar 10,20 juta hektare dengan produksi padi sekitar 53,63 juta ton gabah kering giling (GKG). Jika dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2023 diperkirakan sebesar 30,90 juta ton.
- Luas panen padi mengalami penurunan sebanyak 255,79 ribu hektare atau 2,45% dibandingkan luas panen padi setahun sebelumnya yang sebesar 10,45 juta hektare. Maka produksi padi juga mengalami penurunan sebanyak 1,12 juta ton GKG atau 2,05% dibandingkan produksi padi di 2022 yang sebesar 54,75 juta ton GKG.
- Produksi beras pada 2023 untuk konsumsi pangan penduduk mengalami penurunan sebanyak 645,09 ribu ton atau 2,05% dibandingkan produksi beras di 2022 yang sebesar 31,54 juta ton.
Indeks Ketahanan Pangan Indonesia
Menurut catatan Economist Impact, Indeks Ketahanan Pangan Global (Global Food Security Index/GFSI) Indonesia pada 2022 mencapai 60,2 poin. Ini merupakan peningkatan sebesar 1,7% dibandingkan dengan 2021 yang memiliki skor 59,2 poin. Skor indeks tersebut menjadikan ketahanan pangan Indonesia pada 2022 dalam kategori moderat (skor 55-69,9 poin). Indonesia berada di peringkat ke-63 dari 113 negara, diapit oleh Tunisia dan Kolombia yang masing-masing memiliki skor 60,3 poin dan 60,1 poin.
Skor GFSI dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
- Ketersediaan Pangan: termasuk produksi pangan, impor, dan stok pangan.
- Aksesibilitas Pangan: faktor ini melibatkan harga pangan, pendapatan masyarakat, dan infrastruktur distribusi.
- Kualitas dan Keselamatan Pangan: melibatkan aspek keamanan pangan, gizi, dan keberlanjutan lingkungan.
- Resilience (Ketahanan): kemampuan sistem pangan untuk menghadapi krisis atau perubahan eksternal.
Maka, secara umum, dari sisi keterjangkauan, harga pangan Indonesia dinilai cukup baik dengan skor 81,5 poin. Namun, beberapa indikator lain, seperti ketersediaan pasokan, kualitas dan keamanan, serta keberlanjutan dan adaptasi pangan masih lemah. Secara rinci, indikator ketersediaan pasokan Indonesia memiliki skor sebesar 50,9 poin. Skor indikator kualitas dan keamanan pangan Indonesia sebesar 56,2 poin. Lalu, indikator keberlanjutan dan adaptasi pangan sebesar 46,3 poin.
Penggalakan Padi Super
Untuk itulah pemerintah terus menggalakkan pengembangan dan penemuan padi super. Berikut beberapa varietas unggul yang telah dapat dipanen di Indonesia selama 2023:
Tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki hasil panen yang baik.
Memiliki potensi hasil yang tinggi dan tahan terhadap cekaman lingkungan.
Tahan terhadap penyakit blas dan hawar daun.
Produktivitas tinggi dan adaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi lahan.
Toleran terhadap cekaman kekeringan dan memiliki kualitas beras yang baik.
Hasil panen yang stabil dan tahan terhadap hama wereng.
Tahan terhadap penyakit blas dan hawar daun.
Produktivitas tinggi dan kualitas beras yang baik.
Toleran terhadap cekaman lingkungan dan memiliki hasil panen yang baik.
Tahan terhadap hama wereng dan penyakit blas.
Produktivitas tinggi dan adaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi lahan.
- Inpari Sidenuk (Si Dedikasi Nukli)
Toleran terhadap cekaman lingkungan dan hasil panen yang baik.
Produktivitas tinggi dan kualitas beras yang baik.
Tahan terhadap hama wereng dan penyakit blas.(*)
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari