Indonesia.go.id - Potensi Besar Parfum Lokal Indonesia: Inovasi Jenama Lokal dan Dominasi Pasar Global

Potensi Besar Parfum Lokal Indonesia: Inovasi Jenama Lokal dan Dominasi Pasar Global

  • Administrator
  • Rabu, 10 Juli 2024 | 13:10 WIB
INDUSTRI
  Setiap tahun, secara global, market value parfum tumbuh dengan nilai hingga triliunan rupiah. UNSPLASH
Industri parfum Indonesia berkembang pesat dengan jenama lokal yang mampu bersaing di pasar global. Minyak nilam Indonesia menjadi kunci sukses, menjadikan tanah air sebagai pusat industri parfum dunia.

Parfum, bagi sebagian orang, bukan hanya sekedar pengharum, melainkan simbol gaya hidup. Oleh karena itu, para penggila wewangian tidak ragu merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli produk tersebut. Tak heran, harga per botol kecil parfum impor bisa mencapai jutaan rupiah.

Seiring dengan gaya hidup yang meningkat, industri parfum berkembang pesat. Pangsa pasar parfum, baik global maupun di Indonesia, tumbuh dengan cepat. Setiap tahun, nilai pasar parfum global mencapai triliunan rupiah.

Potensi Besar

Di Indonesia, pada era 2000-an, pasar parfum masih didominasi oleh merek asing, terutama dari negara-negara Eropa dan Timur Tengah. Namun, situasinya kini berbeda. Sejumlah merek lokal telah berhasil merebut hati konsumen.

Menurut catatan Kementerian Perindustrian, industri parfum Indonesia mulai berkembang sejak tahun 2016. Beberapa merek lokal dengan inovasi dan keunikan masing-masing, wangi serta kemasan botol menarik, dan kualitas yang setara dengan merek impor, telah muncul dan berkembang pesat.

Beberapa contoh merek lokal yang berhasil memikat hati penyuka parfum dan bertahan di pasar yang luas antara lain HMNS, Carl & Claire, Oullu, Daze Delacour, Laux, Euodia, The Living Potion, Scentcode, Sonar, Labcitane, Saff & Co, Heura, Alchemist, dan Ateape.

Tidak hanya pasar lokal, beberapa merek juga berhasil menembus pasar internasional. Contohnya, HMNS yang berhasil memperkenalkan produknya di Paris Fashion Week 2022 dengan produk unik Ambar Janma atau Manusia Harum.

Potensi industri wewangian Indonesia cukup besar. Pada kuartal I-2023, kontribusi industri kosmetik, termasuk sektor wewangian, mencapai 3,83 persen.

Pimpinan kategori produk kecantikan dan perawatan diri di Tokopedia, Stefanie Yuli, dalam sebuah gelar wicara di Jakarta, Rabu (21/2/2024), menyampaikan bahwa penjualan parfum dan diffuser di platform tersebut mengalami lonjakan signifikan.

"Tren Tokopedia selama 2023 pascapandemi menunjukkan lonjakan penjualan produk parfum dan reed diffuser yang signifikan. Penjualan parfum meningkat lebih dari dua kali lipat, sementara reed diffuser meningkat lebih dari 13 kali lipat," kata Stefanie.

Dukungan Bahan Baku

Pertumbuhan industri parfum global tidak lepas dari pasokan bahan baku. Menariknya, 90 persen bahan baku produk parfum global, yakni minyak nilam atau atsiri, berasal dari Indonesia. Fakta ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat industri parfum dunia.

Minyak nilam adalah komponen penting dalam industri parfum karena berfungsi sebagai bahan pengikat aroma wangi. Kebutuhan minyak nilam untuk industri parfum dunia sangat tinggi, mencapai 2.000 ton per tahun ke berbagai negara Eropa, Amerika, dan Timur Tengah.

Minyak nilam atau Patchouli Oil merupakan bagian dari minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman nilam (Pogostemon cablin). Tanaman ini tumbuh subur di iklim tropis Indonesia, terutama di Aceh, Sumatera Utara, dan beberapa daerah di Sulawesi yang menjadi sentra utama produksi minyak nilam.

Sejak masa Hindia Belanda, minyak nilam asal Aceh telah menjadi rebutan di pasar kosmetik dunia karena memiliki aroma khas dengan kandungan patchouli alkohol (PA) tinggi dan bilangan asam yang rendah.

Di provinsi paling barat Indonesia, "Nilam adalah salah satu komoditas perkebunan yang mudah ditemukan di hampir seluruh Aceh dan selama ini menjadi komoditas unggul yang sangat diperlukan oleh industri parfum," kata Staf Ahli Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM), Riza Damanik, dalam Media Gathering Kemenkop UKM di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/5/2024).

Di era modern, para peneliti dari Atsiri Research Center (ARC) Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUIPT) Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, turut mendukung transformasi industri nilam Aceh. ARC berhasil memotivasi petani untuk kembali menanam nilam, menjaga kestabilan harga, hingga menghasilkan banyak produk turunan berbahan baku nilam.

Sejak 2019, ARC telah melahirkan lebih dari 20 jenis produk, termasuk parfum, perawatan kulit, sabun, cairan cuci tangan, hingga pengharum ruangan.

Merujuk data statistik, total produksi nilam Aceh mencapai 350 ton pada 2022, meningkat pesat dibanding 2017 yang hanya sebesar 150 ton.

Dengan pendekatan inovasi, riset, teknologi, dan harga yang terjangkau, produk industri nilam di Indonesia memiliki sinyal positif untuk menjadi tuan di negeri sendiri, menggeliatkan perekonomian daerah dan negara, serta bermuara pada kesejahteraan masyarakat.

 

Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari