Terminal Jamrud, Nilam, dan Mirah di Surabaya kini berhasil memangkas waktu tinggal kapal menjadi lebih baik berkat berbagai inovasi dan peningkatan infrastruktur yang diterapkan.
Kinerja pelayanan Pelabuhan di Indonesia semakin membaik. Terbukti dengan On Time Performance (OTP) melaju signifikan serta indikator pelayanan lainnya pada sejumlah pelabuhan utama, seperti Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Perak Surabaya, Tanjung Emas Semarang, dan Belawan Medan Sumatra Utara.
Seperti yang dilansir The Container Port Performance Index (CPPI) 2023 oleh World Bank Group bersama S&P Global Market Intelligence baru-baru ini, Pelabuhan Tanjung Priok menempati posisi ketiga se-ASEAN dan posisi 23 di tingkat global. Pada tingkat ASEAN, Indonesia (Tanjung Priok) memang masih berada di bawah Malaysia (Tanjung Pelepas) dan Singapura, namun pada sisi percepatan pelayanan terus meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
CPPI juga menyebutkan, adanya lompatan posisi pada kinerja Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan kontainer dari posisi 281 pada 2022 menjadi 23 di tahun 2023. Pelabuhan utama lainnya yaitu Pelabuhan Tanjung Perak peringkat 101, Pelabuhan Tanjung Emas peringkat 150, dan Pelabuhan Belawan peringkat 308.
Gerbang pasokan logistik pelayaran terbesar saat ini memang masih Tanjung Priok, Jakarta. Namun jangan melupakan peran Tanjung Perak, Surabaya, sebagai gerbang utama logistik via transportasi laut untuk Jawa bagian timur maupun hub bagi logistik maupun transportasi laut kawasan timur Indonesia.
Terminal kargo di Tanjung Perak saat ini dikelola oleh anak perusahaan BUMN pelabuhan, PT Perusahaan Indonesia (Pelindo), yakni PT Pelindo Multi Terminal (SPMT). Mereka memiliki tiga terminal, Jamrud, Nilam, dan Mirah.
Lebih lanjut, Terminal Jamrud, sebagai bagian dari Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, adalah pusat kargo umum dan curah kering. Terminal ini terdiri dari tiga dermaga, yakni Jamrud Utara dan Barat untuk general cargo dan curah kering internasional, serta Jamrud Selatan untuk pelayanan general cargo domestik.
Sehari-harinya, terminal ini menangani berbagai komoditas seperti beras, gula, jagung, dan besi produksi. SPMT Branch Jamrud Nilam Mirah juga berperan penting dalam menangani kargo komoditas beras impor dari Vietnam, Thailand, dan negara lainnya untuk didistribusikan ke berbagai wilayah di Jawa Timur.
Terminal Jamrud, Nilam, dan Mirah di Surabaya kini berhasil memangkas waktu tinggal kapal (port stay) menjadi lebih baik berkat berbagai inovasi dan peningkatan infrastruktur yang diterapkan. Upaya ini merupakan bagian dari transformasi pelayanan SMPT kepada publik pengguna jasa pelabuhan.
Berbagai upaya yang dilakukan BUMN pelabuhan itu, di antaranya, modernisasi fasilitas, peningkatan efisiensi operasional, dan penerapan teknologi canggih. Upaya-upaya tersebut berkontribusi pada pengurangan port stay.
Langkah SMPT tersebut tidak hanya meningkatkan produktivitas pelabuhan, melainkan etapi juga memberikan manfaat besar bagi para pengguna jasa. Pengurangan port stay berarti kapal dapat segera melanjutkan perjalanan, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan kecepatan pengiriman barang.
Angka port stay kapal di Terminal Jamrud saat ini dapat mencapai 53,74 jam, turun dari yang sebelumnya sekitar 63,10 jam. Penurunan sejalan dengan pemanfaatan sistem Pelindo Terminal Operating System Multipurpose (PTOS-M) di Terminal Jamrud, Nilam, dan Mirah di Surabaya sejak Mei 2023.
Branch Manager Jamrud Nilam Mirah Muh Junaedhy menyatakan bahwa transformasi ini berkontribusi pada efisiensi operasional dengan penurunan waktu sandar atau berthing time sebesar 14,8%, dari 57,39 jam per kapal pada Triwulan I-2023 menjadi 48,88 jam per kapal pada Triwulan I-2024. Selain itu, idle time berkurang drastis sebesar 40%, dari 6,4 jam per kapal menjadi 3,8 jam per kapal.
“Transformasi dan standarisasi operasi di terminal Jamrud Nilam Mirah ini juga berdampak pada peningkatan trafik sampai dengan Mei 2024,” jelas Junaedhy, Kamis (27/6/2024).
Adapun, trafik bongkar muat general cargo di Terminal Jamrud Nilam Mirah sampai dengan Mei 2024 mencapai 1.987.180 ton/M3, tumbuh 15,62% dari capaian trafik bongkar general cargo sampai dengan Mei 2023 yang sebanyak 1.718.694 ton/M3.
Sistem PTOS-M ini telah memperlihatkan peningkatan kinerja yang signifikan sepanjang tahun 2023. Implementasi PTOS-M terbukti meningkatkan produktivitas dengan mencatatkan kinerja Ton/Ship/Day (T/S/D) yang lebih tinggi. Sampai dengan Mei 2024, produktivitas kinerja general cargo meningkat sebesar 26,31% dari 1.494 T/S/D pada periode yang sama tahun 2023 menjadi 1.887 T/S/D secara year-on-year (yoy). Kinerja Curah Kering juga naik 11% dari 3.303 T/S/D menjadi 3.665 T/S/D, sementara Curah Cair meningkat 29,49% dari 2.156 T/S/D menjadi 2.793 T/S/D pada periode yang sama.
Perfoma Terminal Jamrud Nilam Mirah merupakan potret dari upaya Indonesia melakukan transformasi industri logistik pelabuhan. Tren global menjadi acuan bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing dan memajukan industri logistik di mata dunia. Dari sederet tren tersebut, digitalisasi menjadi salah satu aspek yang tengah digenjot banyak pihak di Indonesia.
Sejak beberapa tahun terakhir Indonesia telah mengimplementasikan digitalisasi di pelabuhan. Beragam proses yang selama ini dilakukan manual, mulai dari administrasi hingga eksekusi pengurusan kargo beralih digital. Efisiensi layanan telah menjadi sebuah keniscayaan pasar global saat ini.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari