Seluruh pembangkit yang memasok listrik di ibu kota negara (IKN) berasal dari energi ramah lingkungan dan proses bisnis kelistrikannya juga akan berbasis digital yang canggih.
Ibu Kota Nusantara (IKN) memang didesain sebagai kawasan kota hutan berteknologi canggih serta dikelola secara ramah lingkungan (smart forest city). IKN akan menjadi model pertama, kota yang menggunakan energi bersih dalam seluruh aktivitasnya.
Pembangunan IKN dilakukan untuk mencapai target carbon neutral city pada 2045 dengan mewujudkan target 100 persen produksi listrik yang berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT). Perkiraan kebutuhan energi di IKN hampir mencapai 200 megawatt (MW) pada 2030. Dengan sumber energi saat ini ditambah lahan tenaga surya, kebutuhan itu akan terpenuhi. Baik dalam bentuk ladang PLTS ladang, maupun PLTS terapung.
Energi bersih yang ada di Kalimantan berasal dari potensi energi air, sinar matahari, tenaga panas bumi, maupun angin akan mampu memenuhi kebutuhan energi IKN hingga 2045. Namun ada pertimbangan khusus, karena untuk pengembangan teknologi energi panas bumi masih mahal.
Saat ini, pengembangan tahap awal IKN mulai menggunakan suplai listrik dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Sebelumnya, PT PLN (Persero) melalui subholding PLN Nusantara Power yang bekerja sama dengan Sembcorp Singaura berhasil menyambung PLTS IKN ke jaringan transmisi atau sinkronisasi tahap I sebesar 10 MW dari total kapasitas 50 MW pada 29 Februari 2023. Sejak itu, maka kawasan IKN dialiri listrik dari energi ramah lingkungan.
Proyek PLTS IKN 50 MW menjadi pionir pembangkit EBT di kawasan IKN. Peletakan batu pertama dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada November 2023. PLTS ini dibangun di lahan dengan luas 80 hektare dengan 21.600 panel surya dan mampu menyerap tenaga kerja lokal hingga 337 pekerja.
Ketika meninjau langsung perkembangan PLTS IKN, Sabtu (29/6/2024), Menteri BUMN Erick Thohir menilai, kebutuhan listrik di IKN ke depan akan semakin besar. Untuk itu dirinya meminta PLN untuk terus meningkatkan penyediaan energi bersih. Saat ini, kebutuhan listrik IKN baru mencapai 1 MW.
“Hari ini kapasitas PLTS ini masih cukup, namun ke depan, kebutuhannya di sini akan semakin besar. PLN harus manfaatkan potensi energi hijau yang ada di Kalimantan ini, ada hidro, surya, dan angin. PLN harus bisa kembangkan. Peran PLN di sini sangat besar karena akan jadi jantungnya IKN,” kata Menteri Erick.
Jaringan Transmisi Canggih
Pada kesempatan itu, Direktur PT PLN Darmawan Prasodjo memastikan bahwa seluruh pembangkit yang memasok listrik IKN berasal dari energi ramah lingkungan dan proses bisnis kelistrikannya juga akan berbasis digital yang canggih.
Dijelaskan bahwa seluruh jaringan kelistrikan di IKN akan dibangun di bawah tanah sehingga lebih andal dan indah secara estetika. “Kami membangun smart transmission, smart distribution sampai smart meter ke setiap pelanggan. Dengan listrik 100 persen dari EBT (energi baru terbarukan), seluruh sistem kelistrikan akan beroperasi dalam smart grid,” ujar Darmawan.
Tidak hanya itu, PLN Icon Plus juga telah menyiapkan jaringan telekomunikasi untuk mendukung digitalisasi dan data center yang akan dibangun di IKN.
Menurut Deputi Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN Ali Berawi, dari sisi infrastruktur, jaringan listrik di IKN akan disalurkan melalui transmisi kabel bawah tanah (underground cable/UGC) melalui Multi Utility Tunnel (MUT) yang secara bersamaan menampung utilitas lain seperti sistem perpipaan dan kabel jaringan optik. Dengan memanfaatkan fasilitas MUT, pekerjaan perbaikan atau pembaharuan dapat dilakukan tanpa perlu melakukan penggalian kembali.
Di samping itu, jaringan transmisi dan distribusi yang berada di bawah tanah dapat membantu meningkatkan perlindungan dari cuaca buruk, sabotase, dan juga peminimalan dampak visual untuk estetika perkotaan yang lebih baik.
Selain itu, juga akan dibangun juga Gas Insulated Switchgear 4 (GIS 4) atau gardu induk sebagai perangkat pengaman dan pemindah daya untuk penyaluran listrik dengan tegangan tinggi. Teknologi pendukung yang terintegrasi dalam distribusi pasokan listrik dari pembangkit yang tersebar juga akan dikembangkan di IKN dengan tujuan pemenuhan kebutuhan listrik sewaktu-waktu.
IKN akan mengaplikasikan Smart Grid atau suatu sistem jaringan aliran data listrik dua arah dengan teknologi komunikasi digital. Sistem itu untuk mendeteksi berbagai permasalahan, salah satunya seperti pemulihan listrik yang lebih cepat setelah adanya gangguan listrik. Beberapa contoh teknologi berbasis smart grid yang dapat diterapkan di IKN adalah Advanced Metering Infrastructure (AMI) yang memungkinkan pengguna listrik, baik rumah tangga maupun industri, untuk memantau dan mengelola konsumsi energi secara real-time.
Otorita IKN juga menyiapkan Grid Monitoring and Control yang berfungsi sebagai sistem monitoring modern untuk pemantauan yang lebih baik, mendeteksi gangguan atau kegagalan dengan cepat, serta mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan jaringan. Lalu pemanfaatan energi hydrogen dan Battery Energy Storage Systems (BESS) sebagai sistem penyimpanan energi seperti baterai yang membuat energi dapat dialokasikan secara efisien dan mendorong penggunaan energi terbarukan yang lebih stabil dan andal.
Dengan demikian, implementasi teknologi berbasis smart grid di IKN akan membantu meningkatkan efisiensi, keandalan, dan keberlanjutan sistem ketenagalistrikan.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari