Indonesia.go.id - Bandara Letung, Pintu Gerbang Menuju Keindahan Kepulauan Anambas

Bandara Letung, Pintu Gerbang Menuju Keindahan Kepulauan Anambas

  • Administrator
  • Selasa, 20 Agustus 2024 | 12:23 WIB
KONEKTIVITAS
  Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Plt Gubernur Kepri, Isdianto saat berkunjung ke Bandara Letung, Anambas, Kepulauan Riau, Senin (14/10/2019). ANTARA/HO-Pemprov Kepri
Bandara Letung mempermudah akses wisatawan domestik dan internasional ke Kepulauan Anambas yang terkenal dengan keindahan alam bawah laut dan pantainya, sehingga meningkatkan jumlah kunjungan wisata dan pendapatan daerah.

Di Provinsi Kepulauan Riau, tepatnya di wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas, terdapat sebuah bandar udara domestik yang dinamai Bandara Letung. Bandara yang ada di Pulau Jemaja itu merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

Dibangun pada 2014 silam, Bandara Letung sebenarnya sudah beroperasi sejak 2016. Namun, menurut Kepala Bagian Kerja Sama Internasional Humas dan Umum Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Mokhammad Khusnu dalam keterangan di Jakarta, Minggu (11/8/2024), bandara itu baru diresmikan tiga tahun kemudian, yakni pada 2019, oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

"Bandara Letung merupakan satu dari sekian Bandara yang dibangun sebagai wujud kehadiran pemerintah di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan perbatasan atau 3TP," kata Khusnu.

Keberadaan Bandara Letung, bak memunculkan titik cerah bagi persoalan transportasi di kawasan tersebut. Itulah sebabnya, Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara Letung Andy Hendra Suryaka menaruh harap agar kehadiran Bandara Letung dapat mempermudah mobilitas masyarakat dari dan menuju Kepulauan Anambas.

Selain itu, peran Bandara itu menjadi roda penggerak perekonomian dan membantu dalam pengembangan sosial, budaya serta pariwisata. "Saat ini Bandara Letung memiliki runway 1600 meter x 30 meter, dan dapat didarati pesawat ATR-72, guna meningkatkan pelayanan dan keamanan di Bandara Letung," kata Andy.

Lebih jauh, menurut Andy, terminal bandara itu juga telah diperluas dari 600 m2 menjadi 1200 m2, sehingga mampu menampung sekitar 150 penumpang per tahun. Terminal baru itu juga didesain dengan memasukkan unsur kearifan lokal, di antaranya bentuk bangunan menyerupai sampan atau perahu, dan ornamen ukiran menyerupai ikan Napoleon dan batik gonggong yang mencerminkan kekhasan Kepulauan Anambas.

"Bandara Letung kini melayani penerbangan perintis yang disubsidi pemerintah dengan rute Letung-Tanjung Pinang, frekuensi dua kali seminggu, dan penerbangan komersial rute Letung-Batam frekuensi penerbangan lima kali seminggu," jelas Andy.

Ia menyebutkan, data lima tahun terakhir terjadi peningkatan pesawat yang beroperasi, penumpang dan serta muatan bagasi. Pada 2019, terdapat 185 pergerakan pesawat, meningkat menjadi 282 pergerakan di tahun 2023.

Begitupun dengan pergerakan penumpang, dari 15.272 penumpang di tahun 2019 meningkat menjadi 19.844 penumpang di tahun 2023. Penurunan pergerakan pesawat dan penumpang hanya terjadi ketika pandemi Covid-19 melanda, dan mulai pulih di tahun 2022.

 

Multiplier Effect

Menurut dia, kehadiran Bandara Letung memiliki multiplier effect yang signifikan dalam berbagai sektor, termasuk industri pariwisata, ekonomi, dan sosial.

Dari segi pariwisata, bandara ini mempermudah akses wisatawan domestik dan internasional ke Kepulauan Anambas yang terkenal dengan keindahan alam bawah laut dan pantainya, sehingga meningkatkan jumlah kunjungan wisata dan pendapatan daerah.

Destinasi-destinasi yang sebelumnya sulit dijangkau kini menjadi lebih mudah diakses, menarik minat lebih banyak wisatawan untuk datang dan menikmati keindahan alam serta budaya lokal.

"Secara ekonomi, bandara ini mendorong pertumbuhan sektor terkait lainnya seperti perhotelan, transportasi, dan kuliner," ujar Andy.

Dengan meningkatnya jumlah wisatawan, permintaan akan akomodasi, transportasi lokal, dan layanan kuliner pun meningkat, menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat.

Peningkatan aktivitas ekonomi ini juga memberikan efek domino yang positif bagi usaha kecil dan menengah yang bergerak di sektor-sektor tersebut, sehingga kesejahteraan masyarakat semakin meningkat.

"Sebelum adanya bandara, masyarakat mengandalkan jalur laut yang cenderung memakan waktu lebih lama, biasanya mencapai 8--9 jam melalui kapal laut, sedangkan melalui jalur udara dapat ditempuh sekitar satu jam perjalanan saja dengan pesawat udara," tuturnya.

Gangguan cuaca buruk serta ombak tinggi tersebut menjadikan jalur udara sebagai alternatif bagi masyarakat dan wisatawan menuju Anambas dengan lebih cepat, selamat, aman, dan nyaman.

Dari sisi sosial, kehadiran bandara memperkuat konektivitas antarwilayah, memudahkan mobilitas penduduk, serta mempercepat distribusi barang dan jasa. Dengan konektivitas yang lebih baik, masyarakat di Kepulauan Anambas dapat lebih mudah mengakses berbagai layanan dan produk dari wilayah lain.

Ini berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan integrasi sosial masyarakat di Kepulauan Anambas, memperkuat ikatan sosial dan memperluas jaringan ekonomi serta sosial mereka.

Yang tak kalah penting, tambah Andy, Bandara juga mempermudah evakuasi medis bagi pasien dengan kondisi darurat untuk segera mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap di kota-kota besar.

"Akses cepat ini sangat penting dalam situasi darurat medis, di mana setiap menit sangat berharga. Bandara berperan dalam menyelamatkan nyawa dan meningkatkan layanan kesehatan di daerah terpencil, memastikan bahwa masyarakat Anambas mendapatkan akses kesehatan yang lebih baik dan responsif terhadap kebutuhan darurat," tegasnya.

Selain itu Andy juga menjelaskan bahwa di Kepulauan Riau telah beroperasi Seaplane dengan tujuan Batam-Pulau Bawah yang dioperasikan oleh Airfast, khusus bagi wisatawan yang ingin menikmati liburan secara privat.

"Pulau Bawah ini menjadi tujuan wisata premium yang banyak diminati wisatawan asing khususnya dari Eropa. Kalau di Papua Barat Daya ada Raja Ampat, di Kepulauan Riau ada Pulau Bawah," kata Andy.

 

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari