BRIN dan Rosatom bersama dua perguruan tinggi terkemuka di Rusia menggelar Nuclear Young Talent Fest 2024 di Indonesia guna menyiapkan talenta IPTEK nuklir dalam negeri.
Pemanfaatan teknologi nuklir di Indonesia sudah dimulai sejak 70 tahun silam. Ketika itu, pada 1954, Presiden RI Ir Soekarno membentuk panitia untuk meneliti dampak dari radioaktif dan pemanfaatan tenaga nuklir. Sampai akhirnya, pada 1964, dibentuklah Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) untuk membangun reaktor nuklir riset pertama di Asia Pasifik.
Saat ini, Indonesia mempunyai tiga reaktor riset yang dapat dimanfaatkan untuk riset bahan bakar nuklir, radiografi neutron, analisis aktivasi neutron, riset berkas neutron, pendidikan ahli nuklir hingga produksi radioisotop. Pertama, diresmikan pada 1965, Reaktor Bandung di Bandung, Jawa Barat dengan daya 2 MWth; Reaktor Kartini yang berlokasi di Yogyakarta, dengan daya 100 KWth mulai beroperasi 1979; dan pada 1987 Reaktor G. A Siwabessy, Serpong, Tangerang Selatan mulai operasional dengan daya 30 MWth.
Potensi tenaga nuklir untuk energi maupun nonenergi di Indonesia amatlah besar. Menurut penelitian BATAN pada 2020, Indonesia memiliki bahan baku nuklir berupa uranium sebanyak 81.090 ton dan thorium sebanyak 140.411 ton. Namun saat ini, pengembangan nuklir di Indonesia lebih banyak dimanfaatkan untuk produksi radioisotop, penelitian pangan, dan kesehatan. Pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pun sudah masuk dalam revisi Peraturan Pemerintah nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) terkait Kebijakan Energi Nasional tersebut direncanakan selesai tahun ini.
Sejak pemerintah membentuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), maka lembaga ini fokus untuk mengintegrasikan penelitian dan pengembangan nuklir. Salah satu upayanya dengan menggandeng badan nuklir Rusia, Rosatom State Atomic Energy Corporation untuk mengembangkan teknologi produksi radioisotop dan radiofarmaka. Hal ini terungkap pada Pertemuan ke-2 Kelompok Kerja Bersama Penerapan Teknologi Nuklir Non-Energi. Pertemuan berlangsung di Kawasan Sains dan Teknologi BJ Habibie, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (9/10/2024).
“Kita berharap kerja sama dengan Rosatom bisa mempercepat laju pengembangan teknologi dalam produksi radioisotop, yang menjadi concern (perhatian) kita, baik berbasis reaktor maupun akselerator,” ungkap Kepala Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimeteri (PRTRRB) BRIN Tita Puspitasari, dilansir laman BRIN, Minggu (13/10/2024).
Peneliti Ahli Utama PRTRRB BRIN Rohadi Awaludin menuturkan, kini BRIN berfokus pula pada pemanfaatan nuklir untuk non-energi. Misalnya, di bidang kesehatan, pertanian, dan pangan. “BRIN memiliki program besar dalam pemanfaatan teknologi nuklir di bidang kesehatan, khususnya untuk produksi radioisotop dan radiofarmaka, yaitu untuk diagnosis dan terapi, lebih khusus lagi untuk diagnosis dan terapi kanker,” kata Rohadi.
Indonesia sudah menjadi pelopor dalam penggunaan teknologi nuklir. Antara lain dalam mengembangkan varietas padi unggul. Sejak 2013, Indonesia yang diwakili oleh Kelompok Peneliti Pemuliaan Tanaman Pangan (PAIR) bekerja sama dengan IAEA dan Badan Pangan Dunia (FAO) telah mengembangkan 23 varietas padi baru.
Kiprah Indonesia tersebut diapresiasi oleh dunia internasional sehingga mendapatkan dua penghargaan FAO/IAEA Outstanding Achievement Award, yaitu di 2014 dan 2021.
Karena itu, kolaborasi BRIN dan Rosatom untuk mendalami hal konkret di bidang pemanfaatan nuklir untuk non-energi seperti kesehatan dan pangan. Rosatom merupakan pengembang teknologi nuklir terkemuka di dunia dengan pengalaman lebih dari 70 tahun untuk pengembangan nuklir untuk kepentingan damai.
Sementara itu, Kepala Kantor Regional Rosatom Indonesia, Anna Belokoneva menjelaskan tentang teknologi nuklir yang saat ini dimiliki oleh Rusia. Di antaranya di bidang pertanian dan kedokteran. Ia menyampaikan beberapa topik yang bisa didiskusikan untuk kerja sama lebih lanjut dan terperinci.
“Kami telah memaparkan teknologi nuklir kami untuk pertanian dan kedokteran, dalam teknologi aditif, decomisioning, dan pengelolaan limbah untuk reaktor riset,” papar Anna.
Pejabat bidang bisnis internasional Rosatom, Boris Arseev meyakini teknologi dan solusi yang ditawarkan bisa berkontribusi signifikan bagi Indonesia. Dia berharap bisa bekerja sama dengan Indonesia dalam hal pemanfaatan teknologi nuklir.
Kerja sama ini merupakan kelanjutan dari perjanjian Indonesia dan Rusia mengenai pemanfaatan nuklir untuk tujuan damai. Perjanjian tersebut telah ditandatangani kedua negara pada 1 Desember 2006.
Menyiapkan Talenta
Satu hal, BRIN dan Rosatom bersama dua perguruan tinggi terkemuka di Rusia menggelar Nuclear Young Talent Fest 2024 di Indonesia guna menyiapkan talenta IPTEK nuklir dalam negeri.
Kegiatan tersebut digelar pada 14-16 Oktober 2024 di Kawasan Sains dan Edukasi (KSE) A. Baiquni Yogyakarta dan Kawasan Sains dan Teknologi (KST) BJ Habibie Serpong, Tangerang Selatan, Banten pada 17 Oktober 2024, dengan mengambil tema “Promotion and Development of Nuclear Higher Education Programs”.
Menurut Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Iptek BRIN Edy Giri Rachman Putra, kegiatan ini juga ditujukan guna menjaring talenta riset dan inovasi Indonesia untuk melakukan kolaborasi riset bersama perguruan tinggi maupun institusi riset di Rusia. “Saat ini sudah ada kerja sama antara BRIN dengan Tomsk Polytechnic University dalam program Degree by Research (DbR). Ada empat mahasiswa program S3 dan satu mahasiswa program S2 yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Rusia melalui skema tersebut dan (kami) akan membuka tahap ke-2 untuk program DbR tersebut,” ujarnya.
Selain program DbR, pihak BRIN juga memiliki skema untuk mendukung mahasiswa, dosen maupun peneliti melakukan magang atau kegiatan riset bersama di Rusia melalui skema joint research visit dan skema lainnya seperti postdoctoral, visiting researcher atau profesor untuk melakukan kegiatan riset bersama di Indonesia, termasuk menyiapkan Beasiswa Program Doktor untuk Talenta Riset Nasional bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf