Indonesia.go.id - Smelter Bauksit Mempawah Gerakkan Ekonomi Kalimantan Barat

Smelter Bauksit Mempawah Gerakkan Ekonomi Kalimantan Barat

  • Administrator
  • Senin, 11 November 2024 | 08:05 WIB
HILIRISASI
  Smelter bauksit di Mempawah, Kalimantan Barat mengolah bauksit menjadi alumina, sebuah langkah penting dalam rantai pasokan aluminium. DISKOMINFO KALBAR
Masyarakat sekitar smelter Mempawah berpeluang menjadi pemasok barang dan jasa demi mendukung operasional pabrik.

Indonesia tengah melangkah maju dalam industri pengolahan mineral dengan membangun Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat. 

Proyek besar ini bertujuan mengolah bauksit menjadi alumina, sebuah langkah penting dalam rantai pasokan aluminium. Berbekal investasi senilai USD900 juta atau sekitar Rp13,96 triliun, proyek SGAR Fase 1 ini merupakan wujud nyata mendorong industri hilir mineral.

Tidak itu saja, keberadaan industri itu juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi daerah sekitar. Harapannya, proyek ini bisa menjadi penggerak ekonomi baru bagi Kalimantan Barat, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap produk alumina impor.

Sebagai informasi, SGAR Mempawah dikelola oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), perusahaan patungan antara PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Direktur Utama PT BAI Leonard M Manurung mengatakan, kehadiran pabrik alumina di Mempawah membawa dampak berkelanjutan bagi daerah. 

Dengan beroperasinya smelter ini, perekonomian lokal akan tumbuh pesat. Selain menciptakan lapangan kerja baru, proyek ini membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk terlibat sebagai pemasok barang dan jasa yang dibutuhkan untuk mendukung operasional pabrik.

"PT Borneo Alumina ini akan membuka lapangan kerja, menggerakkan roda perekonomian, dan memberikan peluang bagi masyarakat setempat untuk menjadi supplier barang, material, maupun tenaga kerja," ujar Leonard kepada media belum lama ini.

Serap Tenaga Lokal

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pengolahan di Kalimantan Barat menyerap sekitar 5 persen dari total angkatan kerja, yang saat ini mencapai 2,7 juta orang. Leonard menambahkan, industri pengolahan ini memberi kontribusi besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat.

Menurut perhitungan, sektor pertambangan itu akan berkontribusi sekitar 15,38 persen. Diharapkan, dengan beroperasinya SGAR pada awal 2025, kontribusi ini akan meningkat signifikan.

Peresmian injeksi bauksit pertama untuk SGAR fase 1 telah dilakukan pada 24 September 2024 oleh Presiden Joko Widodo. Dengan kapasitas produksi mencapai 1 juta ton alumina per tahun, SGAR fase 1 menargetkan produksi alumina pertama pada November 2024. 

Proses commissioning atau uji coba dilakukan secara bertahap hingga Desember 2024, sebelum pabrik mencapai produksi penuh pada kuartal pertama 2025. Produksi alumina di SGAR fase 1 akan memasok kebutuhan smelter aluminium Inalum di Kuala Tanjung, Sumatra Utara, dan mengurangi ketergantungan Indonesia pada alumina impor. 

Proyek SGAR ini direncanakan akan terus berlanjut ke fase 2, yang ditargetkan beroperasi pada 2028, dengan tambahan kapasitas produksi sebesar 1 juta ton alumina per tahun. Jika kedua fase beroperasi penuh, total produksi alumina domestik akan mencapai 2 juta ton per tahun, dengan kebutuhan bauksit mencapai 6 juta ton per tahun.

Mengurangi Impor Alumina

Selain memenuhi kebutuhan alumina untuk produksi aluminium di dalam negeri, proyek ini sejalan dengan rencana Inalum untuk meningkatkan kapasitas produksi aluminium nasional. 

Saat ini, kapasitas produksi aluminium Inalum mencapai 275.000 ton per tahun, sementara kebutuhan aluminium dalam negeri mencapai 1,2 juta ton per tahun. Selama lima tahun terakhir, sekitar 56 persen dari kebutuhan aluminium domestik masih dipenuhi melalui impor.

Dengan adanya proyek SGAR diharapkan bahwa ketergantungan pada produk alumina dan aluminium impor akan berkurang secara signifikan, mengurangi defisit perdagangan Indonesia di sektor ini. Leonard memastikan bahwa tenaga kerja lokal menjadi prioritas dalam pengoperasian SGAR di Mempawah. PT BAI berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat.

Medium yang digunakan adalah melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), yang bertujuan meningkatkan keterampilan dan kapasitas masyarakat lokal, sehingga mereka dapat terlibat langsung dalam operasional pabrik. Melalui program-program pelatihan dan peningkatan keterampilan, PT BAI ingin memastikan bahwa masyarakat sekitar turut merasakan manfaat dari hadirnya proyek strategis ini.

Proyek SGAR di Mempawah menjadi salah satu proyek strategis nasional yang diharapkan dapat membawa dampak positif bagi industri dan ekonomi Indonesia. Dengan beroperasinya smelter ini, Indonesia tak hanya memperkuat rantai pasokan alumina dan aluminium, melainkan juga mengurangi ketergantungan pada impor, memberdayakan masyarakat lokal, dan memperkuat ekonomi daerah. 

Proyek ini juga menjadi contoh nyata dari upaya hilirisasi industri yang menjadi fokus pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Jika SGAR Mempawah berjalan sesuai dengan rencana, Indonesia akan semakin kuat memenuhi kebutuhan aluminium domestik secara mandiri.

Proyek ini menunjukkan bahwa dengan kerjasama antara pemerintah, perusahaan BUMN, dan masyarakat, potensi mineral Indonesia dapat diolah untuk memberikan manfaat jangka panjang bagi negeri, termasuk masyarakat setempat.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf