Sejumlah perusahaan minyak dan gas multinasional AS hendak berinvestasi di Indonesia dalam pengembangan teknologi energi terbarukan dan pengurangan emisi karbon.
Sesudah menyambangi Republik Rakyat Tiongkok, Presiden RI Prabowo Subianto beserta rombongan melanjutkan lawatan ke Amerika Serikat. Dalam lawatan selama tiga hari (10--13 November 2024), selain menemui Presiden AS Joe Bide, Presiden Prabowo juga menyapa via telepon seluler Presiden ke-76 AS terpilih Donald J Trump.
Meningkatkan kemitraan di bidang ekonomi dengan Amerika Serikat merupakan komitmen pemerintahan Prabowo Subianto. Apalagi sampai triwulan III-2024, Amerika Serikat menjadi investor nomor lima terbesar di Indonesia dengan nilai USD840 juta. Oleh karena itu, saat bertemu pimpinan perusahaan AS, Presiden RI mendorong mereka untuk melakukan investasi di Indonesia. Khususnya, dalam mengembangkan energi terbarukan, teknologi, dan pendidikan.
Presiden Prabowo menyampaikan hal tersebut usai melakukan pertemuan dengan The United States Indonesia Society (USINDO) di hari kedua lawatannya di Washington, DC, Amerika Serikat (AS), Senin sore (11/11/2024) waktu setempat. “Saya sangat gembira, pertemuan-pertemuan tadi dengan perusahaan-perusahaan terbesar di Amerika dan di dunia. Amerika sangat terlibat di perekonomian Indonesia, dalam pembangunan Indonesia. Sudah lama mereka di Indonesia,” kata Presiden Prabowo.
USINDO adalah organisasi nonpemerintah yang didirikan untuk meningkatkan pemahaman Amerika Serikat tentang Indonesia, pengertian Indonesia tentang AS, dan memperkuat hubungan di antara kedua negara dan penduduknya. Pertemuan yang digelar pada pukul 16:00 waktu setempat ini berlangsung secara santai dengan dihadiri oleh 25 pihak baik dari AS maupun Indonesia. Hadir dalam pertemuan tersebut beberapa pimpinan perusahaan besar AS seperti Freeport McMoran, S&P Global, Boeing, BP America, Exxonmobil, Citi dan Caterpillar.
Pada kesempatan itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani menyampaikan minat sejumlah perusahaan minyak dan gas multinasional, yang berpusat di AS, untuk berinvestasi di Indonesia dalam pengembangan teknologi energi terbarukan dan pengurangan emisi karbon. Minat itu datang dari Exxonmobil, Chevron, dan BP. “Mereka menyampaikan untuk berinvestasi di renewable energy, kan di situ ada Exxon, ada BP, Chevron juga, untuk mereka berinvestasi ingin bersama-sama menaikkan peningkatan kapasitas dari oil and gas kita,” katanya.
Menteri Investasi mengatakan perusahaan-perusahaan tersebut membidik potensi besar di sektor energi Indonesia, terutama terkait dengan pengembangan teknologi energi terbarukan dan pengurangan emisi karbon. Selain sektor energi tradisional, kata Rosan, mereka juga menyampaikan adanya peluang besar di bidang carbon capture dan carbon storage, yang merupakan peluang besar bagi Indonesia dalam mencapai target net zero emission di 2060.
Menteri Rosan juga menyoroti pentingnya pengembangan energi terbarukan, khususnya energi panas bumi, yang mendapat perhatian khusus dari Presiden Prabowo Subianto. Sejauh ini, pengembangan energi pas bumi (geothermal) di Indonesia belum terlalu optimal. Padahal, potensinya amat besar. Baru perusahaan AS seperti Chevron yang konsisten mengembangkan PLTP di Indonesia.
Perusahaan-perusahaan tersebut juga merespons dengan positif arahan Presiden Prabowo, mengingat beberapa dari mereka sudah berinvestasi di sektor geothermal dan berencana untuk mempercepat proyek-proyeknya. Indonesia memiliki total potensi sumber daya panas bumi hingga 23,5 gigawatt, tetapi yang baru dimanfaatkan saat ini hanya sebesar 2,59 gigawatt atau 10 persen.
Sedikitnya ada sekitar 12 proyek panas bumi yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia, di mana tiga di antaranya merupakan proyek cogeneration geothermal. Total investasi yang dibutuhkan untuk seluruh proyek ini diperkirakan mencapai USD2,16 miliar atau sekitar Rp33,7 triliun.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf