Ramadan punya andil yang sangat signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi masyarakat yang meningkat.
Dalam konteks ekonomi, momen Ramadan adalah pemicu paling positif dalam mendorong aktivitas ekonomi secara umum. Pasalnya, momen ini punya andil yang sangat signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi masyarakat yang meningkat.
Dalam satu studi yang pernah dilakukan oleh Nielsen Global Survey menyebutkan, momen lebaran selalu mampu mendongkrak permintaan terhadap barang konsumsi. Permintaan yang tinggi ini tidak hanya terjadi di pasar modern, melainkan juga di pasar-pasar tradisional.
Sebagai gambaran, datanglah ke sejumlah tempat, minimal ke lokasi di seputaran kita, maka bisa disaksikan betapa pedagang banyak tumbuh bak cendawan di musim hujan. Mereka membentuk pasar informal, ada membuka dagangan untuk berbuka, dengan aneka panganan tradisional.
Sangat jelas, geliat ekonomi terasa sekali. Begitu juga di pasar tradisional, pasar modern, dan pasar informal. Dalam hal ini akan muncul pemain-pemain baru musiman, yang ikut menikmati profit di momen Ramadan dalam berbagai sektor, di antaranya, kuliner, kerajinan tangan, dan fashion.
Bisa jadi ada fenomena yang menarik di tengah Ramadan kali ini, yakni tumbuhnya juga para pemain bisnis musiman dengan menggunakan media sosial dan internet untuk memasarkan barang-barang dan jasa yang diinginkan konsumen.
Berkaitan dengan geliat ekonomi itu, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sudah memprediksinya. Belanja masyarakat semakin menggeliat pada April 2021. Peningkatan terjadi baik pada belanja masyarakat yang dipengaruhi faktor musiman, maupun yang tidak dipengaruhi oleh faktor musiman.
“Belanja nasional mengalami kenaikan yang cukup besar di April, di mana tumbuh 32,48 persen secara tahunan (year on year/ yoy) untuk yang nonseasonally adjusted (tidak dipengaruhi faktor musiman). Di sisi lain, belanja yang digerakkan faktor musiman (seasonally adjusted) meningkat hingga 13,11 persen (yoy),” kata Airlangga usai rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (19/4/2021).
Pengungkit Ekonomi
Oleh karena itu, Airlangga menambahkan, pemerintah juga telah mengatur sejumlah kebijakan terkait pemberian tunjangan hari raya (THR) untuk pengungkit ekonomi.
Untuk pekerja, misalnya, telah ada Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor M/6 Tahun 2021 yang menyebutkan bahwa THR dibayar secara penuh paling lambat H-7. “Kementerian Tenaga Kerja akan membuat posko THR untuk memonitor. Untuk ASN dan prajurit TNI/Polri ini juga difinalisasi oleh Ibu Menteri Keuangan dan dibayarkan H-10,” jelas Airlangga Hartarto.
Berkaitan dengan pengucuran THR, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengemukakan, pemerintah akan mengucurkan anggaran tunjangan hari raya (THR) PNS pada Idulfitri 1442 H sebesar Rp45,4 triliun. Jumlah itu terbagi untuk alokasi THR pada pemerintah pusat dan daerah.
"Jumlah THR kita yang akan dibelanjakan untuk pusat mencapai Rp30,6 triliun, dan untuk daerah akan mencapai Rp14,8 triliun. Jadi totalnya mencapai Rp45,4 triliun," kata Sri Mulyani seperti ditulis, Jumat (23/4/2021).
Menurut dia, alokasi APBN Rp45,4 triliun tersebut sudah sangat besar sekali jika dibandingkan dengan realisasi belanja pemerintah saat ini. Belanja pemerintah sendiri menjadi salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya.
"Rp45,4 triliun ini dibandingkan dengan belanja realisasi tahun ini yang bulan ini, itu gede sekali. Jadi kalau ditanyakan apakah akan memberikan dampak positif, saya bisa memberikan jawaban, itu pasti," ujarnya.
Tidak hanya soal THR yang diharapkan bisa jadi pengungkit ekonomi di tengah momen Ramadan dan Idulfitri. Instrumen lain yang digunakan adalah melalui program perlindungan sosial dan sembako. Airlangga menyebut, itu juga terus dilakukan.
Untuk Mei dan Juni mendatang akan dibayarkan di awal Mei. Selain itu, dalam program Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) Ramadan, ongkos kirim ditanggung oleh pemerintah ataupun platform digital.
Itu sejumlah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengungkit ekonomi sehingga mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Nah, ada instrumen ekonomi lainnya yang tidak kalah pentingnya bersamaan dengan momen Ramadan, yakni zakat, infak, dan sedekah. Potensi zakat pun luar biasa, yakni Rp300 triliun.
Sadar dengan potensi ekonomi tersebut, tak tanggung-tanggung, Presiden Joko Widodo pun turun langsung untuk menggerakkan ekonomi itu dengan meluncurkan Gerakan Cinta Zakat di Istana Negara, Jakarta, Kamis (15/4/2021). Gerakan tersebut dinilai dapat mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan zakat, infak, dan sedekah.
Pasalnya, penyaluran zakat juga dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi kemiskinan. "Gerakan Cinta Zakat ini sejalan dengan program pemerintah yang memiliki kerja yang sangat besar untuk mengentaskan kemiskinan, menangani musibah dan bencana, serta menuntaskan program-program SDGs," ujar Jokowi dalam sambutannya.
Dari gambaran di atas, terlepas ada kekurangan di sana sini, kita tetap patut mengucapkan syukur ekonomi Ramadan masih menggeliat di tengah-tengah masyarakat. Meskipun, bisa jadi, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Pasalnya, pandemi Covid-19 masih berlangsung di negeri ini. Harapannya, Ramadan tahun depan akan lebih baik lagi seiring dengan mulai terkendalinya wabah seiring dengan semakin masifnya vaksinasi di masyarakat.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari