Pandemi Covid-19 masih berlangsung dan tidak ada yang mampu meramalkan kapan semua akan berakhir. Namun, risiko kematian akibat virus corona di Indonesia terus menyusut dan pasien sembuh terus meningkat. Kabar baik itu disampaikan oleh Presiden Joko Widodo saat membuka rapat terbatas soal vaksinasi Covid-19 di Istana Negara, Jakarta, Senin (26/10/2020).
‘’Ini penting sekali disampaikan ke publik,’’ kata Presiden. Menurutnya, per 25 Oktober 2020, kasus aktif di Indonesia ada di level 16,06 persen, jauh lebih rendah dibanding rata-rata global yang 23,73 persen. Pasien Covid-19 kini lebih banyak dan lebih cepat sembuh. Itu ditunjukkan dengan angka kesembuhan 80,51 persen, jauh melampaui rata-rata dunia yang 73.60 persen.
Adapun risiko kematian (fatality rate) di Indonesia 3,41 persen, masih lebih tinggi dibanding rata-rata global yang 2,67 persen. Namun, angka risiko itu telah jauh membaik ketimbang di awal pandemi yang bisa mencapai 8–9 persen. Dari waktu ke waktu, fatality rate di Indonesia terus menunjukkan grafik penurunan.
Namun, virus corona ini masih akan terus bercokol sampai batas waktu yang sulit diketahui. Maka, kebijakan vaksinasi telah jauh hari dipancangkan oleh pemerintah untuk memberikan perlindungan kekebalan pada masyarakat. Dalam rapat terbatas itu, presiden pun membahas mulai dari urusan pengadaan vaksin hingga jadwal pelaksanaan vaksinasinya.
Dalam arahannya, Presiden Jokowi menekankan agar vaksin yang digunakan ialah yang teruji dari aspek keamanannya (safety), efektivitas imunogenitasnya (dapat menginduksi antibodi), dan efikasinya bisa diandalkan, yakni antibodi yang muncul bisa menekan pertumbuhan virus.
Secara khusus, presiden menekankan aspek safety ini, karena akan menjadi perhatian utama masyarakat, pakar, dan peneliti. "Ada satu saja yang bermasalah, itu bisa menimbulkan rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap upaya vaksinasi ini," ia menambahkan.
Presiden mengingatkan agar seluruh tahapan penyiapan vaksin Covid-19 itu harus memenuhi kaidah-kaidah ilmiah mengacu pada data yang saintifik, serta standar kesehatan yang berlaku. Pemerintah tak mau dianggap terburu-buru. ‘’Hati-hati, jangan sampai tergesa-gesa sehingga kaidah saintifik, data sains, dan standar kesehatan dinomorduakan. Tolong, meskipun kita ingin dipercepat, tapi kita harus tetap mengikuti koridor ilmiahnya,’’ tutur Presiden. Jadi, semua harus berdiri tegak lurus di atas koridor keilmuan.
Dari rapat terbatas itu belum ada konfirmasi terkini tentang jumlah dan asal vaksin yang akan datang dalam waktu dekat atau bulan-bulan berikutnya. Situasi di industri vaksin amat dinamis, karena ketersediaan yang terbatas, permintaan sangat tinggi, sementara perjalanan vaksin itu ke penggunanya harus melalui jalur yang penuh regulasi.
Namun, Presiden Jokowi meminta jajarannya membuat persiapan secara rinci sejak dari vaksin datang, masuk gudang, pengangkutan, distribusinya, hingga tempat penyimpanan di lapangan. Tentu, ada keperluan sarana, alat, atau tenaga terlatih, dan presiden meminta semua disiapkan segera.
Sertifikat Halal
Sejauh ini ada empat merk vaksin yang sering disebut bakal segera masuk ke Indonesia, yaitu Sinovac, Sinopharm, dan Cansino (ketiganya dari Tiongkok) serta AstraZeneca dari Inggris. Tapi, dari empat itu yang tampaknya sering disebut paling siap adalah Sinovac karena vaksin itu telah menjalani tahap pengujian klinis paling lengkap.
Pemerintah Tiongkok bahkan telah mengeluarkan izin emergency approval bagi Sinovac. Ia boleh digunakan sampai batas waktu tertentu, dan diakui keabsahan pengujiannya. Setelah diuji pada hewan percobaan dan dinyatakan aman, vaksin harus menjalani clinical trial (uji klinis) tiga tahap atas manusia.
Tahap pertama adalah uji safety. Bakal vaksin dinyatakan lulus tahap pertama bila disuntikkan ke tubuh relawan tidak menimbulkan infeksi atau reaksi alergi. Sedangkan uji klinis tahap dua adalah melihat efek imunogenitasnya. Bakal vaksin lolos bila terbukti dapat menginduksi badan manusia membentuk antibodi, dibuktikan dengan pemeriksaan serologis darah. Tahap ketiga, vaksin diuji di lapangan dan diobservasi bagaimana dampak proteksinya.
Keempat kandidat vaksin itu masih terus menjalani diuji coba tahap tiga (di negeri asal) atau tahap III tambahan yang dilakukan di luar negeri asal. Vaksin SinoPharm diuji tahap ketiganya di Maroko, Arab Saudi, dan Peru. Ia telah mendapat emergency approval dari Uni Emirate Arab.
Di luar Inggris, AstraZeneca sedang menjalani uji coba di India, Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan Brazil (multicenter). Adapun, Sinovac sedang menjalani uji klinis di Bangladesh, Indonesia, dan Brazil. Toh, uji coba secara multicenter itu tidak menjadi syarat mutlak bahwa satu vaksin boleh beredar. Syarat pokoknya berhasil menjalani uji klinis tahap ketiga di negerinya.
Apakah vaksin buatan Tiongkok ini yang akan mendarat pertama di Indonesia? Tunggu dulu. Satu tim peneliti Indonesia yang mewakili BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) dan satu tim lainnya dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) masih melakukan kunjungan ke tiga pabrik vaksin Tiongkok itu. Mereka memeriksa proses pembuatan dan laporan hasil pengujiannya untuk dijadikan pertimbangan sebelum diputuskan kelaikannya untuk digunakan di Indonesia.
Tim MUI tentu akan mencari fakta secara substansial vaksin itu dibuah dari bahan halal atau tidak. Akan halnya tim Badan POM itu akan mengevaluasi aspek bahannya, produksi, safety, efektivitas imunogenitasnya, dan tentu dampak proteksinya. Mereka akan memutuskannya di Jakarta setelah segala informasi yang diperlukan telah terkumpul.
Penulis: Putut Trihusodo
Editor: Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini