Indonesia.go.id - Ujian Akhir Vaksin Sinovac

Ujian Akhir Vaksin Sinovac

  • Administrator
  • Kamis, 10 Desember 2020 | 06:49 WIB
VAKSIN COVID-19
  Petugas memindahkan vaksin COVID-19 setibanya di Kantor Pusat Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Senin (7/12/2020). Foto: ANTARA FOTO/HO/Setpres-Muchlis Jr

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) akan melakukan serangkaian pengujian akhir sebelum memberikan izin edar untuk vaksin Sinovac. Hasil uji klinis di Bandung akan jadi acuan. Vaksinasi diperkirakan akhir Januari 2021.

Dalam cuaca berawan, pesawat Boeing 777-300 milik Garuda Indonesia mendarat di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Minggu (6/12/2020) malam. Dari runway, pesawat berbadan besar itu langsung merapat ke apron terminal 3. Pesawat terbang dari Beijing tanpa membawa penumpang. Ketika pintu kargo dibuka baru terlihat muatannya, beberapa boks kontainer berisi kemasan vaksin Covid-19. Ada 1,2 juta dosis vaksin buatan Sinovac Biotech, Tiongkok, di perut pesawat.

Kargo vaksin itu secara keseluruhan tak sampai 20 ton beratnya. Semua dikemas dalam boks yang berukuran sekitar 1,5x3x2 m3. Setelah menjalani pemeriksaan petugas, kargo itu langsung naik ke sejumlah truk trailer dan diangkut ke tempat penyimpanannya di kompleks industri PT Biofarma di Bandung. Indonesia telah memasuki tahapan vaksinasi untuk Covid-19.

Presiden Joko Widodo menyambut gembira. Melalui tayangan video di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Minggu malam itu juga, Presiden Jokowi dengan wajah semringah menyatakan rasa syukurnya. “Alhamdulillah, vaksin sudah tersedia. Artinya, kita dapat segera mencegah meluasnya wabah Covid-19,” ujarnya.

Kepala negara menyebut, vaksin yang didatangkan itu telah siap suntik. Pada awal Januari nanti, 1,8 juta dosis vaksin Sinovac lainnya akan kembali dikirim. Pada bulan itu juga, akan datang bahan baku curah untuk 45 juta dosis. Pengirimannya dilakukan dua tahap. Yang pertama 30 juta dosis dan kedua 15 juta dosis.

Namun, Presiden mengingatkan, vaksin itu belum bisa langsung didistribusikan pada masyarakat, karena harus diperiksa lebih dulu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Jika terbukti aman, BPOM akan mengeluarkan izin edar darurat dan baru vaksin itu boleh disuntikkan kepada masyarakat. BPOM mengatakan, butuh waktu tiga hingga empat pekan untuk memeriksanya.

“Seluruh prosedur harus dilalui dengan baik, untuk menjamin kesehatan dan keselamatan warga masyarakat serta memastikan efektivitas vaksin,’’ ujar Presiden pula. “Hasil kajian ilmiah itu yang akan menentukan kapan vaksinasi bisa dimulai,” sambungnya.

Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto pun menggelar konferensi pers virtual, untuk menyambut kedatangan vaksin ini. Dia memberikan jaminan bahwa ketika vaksinasi datang, semua dijamin aman. ‘’Pemerintah hanya menyediakan vaksin yang telah terbukti aman dan lolos uji klinis sesuai dengan rekomendasi WHO,” katanya, Senin (7/12/2020) di Jakarta.

Menkes pun yakin bahwa vaksin Sinovac itu memenuhi mutu yang dipersyaratkan, sehingga akan meraih izin edar berupa emergency use authorisation (EUA) dari BPOM dan sertifikat halal dari MUI.

Setelah vaksin Covid-19 itu mendapatkan EUA dari Badan POM, untuk menjaga (safety), mutu, dan efikasinya (kemanjuran), maka akan didistribusikan secara berjenjang, mulai dari pemerintah pusat, lalu turun ke Dinas Kesehatan Provinsi, lantas ke dinas kesehatan kabupaten/kota, dengan prosedur cara distribusi obat yang baik (CPOB). Tujuannya, menjaga kualitas.

Dari dinas kabupaten/kota baru dibagi ke rumah sakit (RS) dan puskesmas. Harus pula dipastikan, rumah sakit dan puskesmas itu memiliki tempat penyimpanan yang baik agar vaksin tidak terdegradasi mutunya. Sampai saat ini, di Indonesia ada 2.870-an unit RS dan 10.130-an puskesmas. Mana yang akan menjadi tempat vaksinasi massal, kelak akan ditentukan sesuai kebutuhan.

Untuk vaksin siap suntik yang akan tersedia pada Januari 2021, sebanyak 3 juta dosis, Menkes Terawan menyatakan, akan memberikannya kepada kelompok yang paling berisiko. ‘’Yang pertama jadi sasaran adalah  tenaga kesehatan dan tenaga penunjang yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan,’’ ujarnya.

Saat ini, menurut catatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ada sekitar 168 ribu dokter, termasuk 30-an ribu spesialis. Dengan tenaga penunjangnya, termasuk paramedis, bidan, dan petugas laboratorium, jumlahnya keseluruhan diperkirakan sekitar 600-700 ribu. Mereka tersebar di 514 kabupaten/kota. Kini mereka sedang didata oleh Kementerian Kesehatan.

Data itu akan dikirim pada Komite Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) dan di situ ditentukan siapa yang harus menjalani vaksinasi. Tim Sistem Informasi dari KPC-PEN yang akan menyusunnya dalam bentuk data sasaran by name by address. Data sasaran itu menjadi acuan pendistribusian vaksin.

Tentu, masih banyak stok bila tiga juta dosis vaksin semua sudah tersedia. Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, prioritas berikutnya setelah adalah aparatur TNI-Polri yang telah membantu dalam penanganan Covid-19 di berbagai aspek, terutama dalam penegakan protokol kesehatan. Ada di urutan persis di bawah anggota TNI/Polri ini aparatur sipil negara atau pegawai negeri yang bertugas dalam pelayanan langsung kepada masyarakat.

Mengutip rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional, menurut Muhadjir, setelah kelompok pertama ini ada kelompok prioritas kedua. Mereka adalah tenaga produksif yakni yang memiliki risiko tinggi tertular atau membawa virus, seperti pekerja kantoran, para pedagang pasar, pelayan toko, pramuniaga, pekerja sektor industri, teller bank, dan seterusnya.

Namun, pengelompokan yang disusun berdasarkan pertimbangan risiko paparan Covid-19 bukan satu-satunya patokan distribusi vaksin. Mengutip arahan rapat terbatas dengan Presiden Jokowi, menurut Menko PMK, distribusi vaksin pun akan dilakukan mengikuti prioritas  geospatial. ‘’Daerah yang terdapat penumpukan virus harus lebih diutamakan.’’ 

 

Keputusan BPOM

Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan, aspek keamanan vaksin buatan Sinovac Biotech asal Tiongkok itu sudah baik. Penny merujuk ke laporan tim BPOM yang telah meninjau proses produksi vaksin tersebut di Tiongkok. "Alhamdulillah, kalau dari aspek mutu itu sudah memenuhi aspek cara produksi obat yang baik," ujar Penny dari siaran pers video tentang keamanan vaksin Covid-19 yang ditayangkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (6/12/2020).

 "Tidak ada efek samping yang critical. Dari aspek keamanan sudah baik," kata dia. Dia mengatakan, saat ini BPOM tinggal menunggu hasil analisis efektivitas vaksin Sinovac. Efektivitas yang dimaksud adalah daya vaksin untuk menginduksi  imunogenitas (kekebalan tubuh). Efektivitas itu diuji lewat pemeriksaan darah relawan yang telah disuntik vaksin. Vaksin dinyatakan efektif bila analisis darah menunjukkan munculnya antibodi untuk melawan Covid-19. Semuanya perlu waktu, sehingga izin edar diperkirakan baru bisa paling cepat pekan ketiga Januari 2021.

Pihak Sinovac sendiri, dalam rilis awal Oktober lalu lewat portal Nasdaq, mengklaim bahwa vaksin buatannya menunjukkan efektivitas sampai  98 persen dalam uji klinis di Tiongkok. Demi menegakkan hasil pengujian yang lebih kredibel, lewat kerja samanya dengan Biofarma, Sinovac melakukan uji klinis di Turki, Brazil, dan Indonesia (Bandung). Juru bicara PT Biofarma Iwan Setiawan pun sempat menyebut efektivitas 97 persen dari hasil uji klinisnya di Bandung.  

Namun, BPOM tentu menunggu laporan resmi tahap pertama (adinterim report) dari uji klinis di Bandung. Laporan itu akan menyebutkan tingkat  efektivitas dari uji klinisnya secara resmi. Badan POM  juga akan melakukan uji klinis sendiri terkait efektivitas vaksin, selain melakukan pengujian pada beberapa hal lainnya. BPOM bekerja secara independen.

Pengadaan vaksin Covid-19 itu tidak hanya oleh Sinovac. Dua perusahaan Tiongkok lainnya, Sinopharm dan CanSino Biologics Inc pun berpeluang memasok ke Indonesia. Begitu pula AstraZeneca (Inggris) atau Pfizer-Biontech dari Amerika. Dalam vaksinasi di Inggris, yang dimulai pekan kedua Desember, vaksin Pfizer dan AstraZeneca sudah digunakan.

Beberapa vaksin itu dibuat dengan platform yang berbeda. Vaksin Sinovac dibuat dengan teknologi yang  paling klasik, yakni menggunakan virus yang dilemahkan (inactivated virus). AstraZeneca dan Cansino memilih platform non-replicating virus, yakni memanfaatkan virus  tidak berbahaya (tidak bisa membiakkan diri dalam tubuh manusia. Sepenggal genom virus Covid-19 dicangkokkan dalam virus jinak itu dan bisa menginduksi kekebalan tubuh (imunogenitas). Pilihan lainnya ialah memakai RNA virus corona untuk vaksinnya seperti pada Pfizer-Biontech.

Pilihan atas vaksin ini punya konsekuensi pada urusan ruang penyimpanannya (cool chain). Untuk vaksin Sinovac Biontech hanya perlu ruang bersuhu 2 -8 derajat Ceksius. Kulkas biasa bisa dipakai  menyimpannya. Sedangkan untuk jenis platform RNA seperti pada vaksin Pfizer lebih repot urusan cool chain-nya. Vaksin itu perlu tempat penyimpanan yang bersuhu jauh di bawah nol derajat Celsius. Tentu lebih merepotkan untuk dibawa ke pelosok-pelosok. Tapi, dengan reputasinya yang tinggi, vaksin Pfizer mungkin bisa melayani kebutuhan komersial di rumah sakit besar.

Apapun vaksinnya, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengingatkan bahwa vaksin bukan lampu ajaib yang bisa mengenyahkan Covid-19 dalam seketika. Ia tetap meminta agar masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan meski vaksinasi sudah dilakukan. Tak ada vaksin yang secara absolut menjamin 100 persen bahwa penggunanya akan terbebas dari risiko penularan.

 

 

Penulis: Putut Trihusodo
Editor: Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini