Indonesia.go.id - Prokes Kendor, Kasus Melonjak

Prokes Kendor, Kasus Melonjak

  • Administrator
  • Senin, 11 Januari 2021 | 02:32 WIB
COVID-19
  Seorang bocah melintas di depan mural tentang penggunaan masker di Kota Tangerang, Banten, Minggu (21/12/2020). Mural tersebut dibuat sebagai edukasi kepada masyarakat untuk selalu menggunakan masker guna mencegah penyebaran COVID-19. Foto: ANTARA FOTO/Fauzan/aww.

Sebuah kejutan terjadi Jumat pekan lalu. Hari itu (8/1/2021), kasus harian positif Covid-19 tembus 10.617. Angka tertinggi selama 10 bulan pandemi ini melanda Indonesia. Kasus itu ditemukan setelah ada 42.605 orang menjalani pemeriksaan spesimen hari itu.

Sehari berikutnya, jumlah kasus positif juga masih di angka 10 ribu atau tepatnya 10.046 kasus. Sedangkan pada Minggu (10/1/2021) penambahan kasus harian turun menjadi 9.640 kasus. Total jumlah kasus positif hingga Minggu mencapai 828.026. Sedangkan yang sembuh mencapai 681.024 orang dan yang meninggal 24.129 orang.

Lonjakan kasus ini terjadi setelah libur natal dan tahun baru pada 24-27 Desember 2020 ditambah 31 Desember 2020-3 Januari 2021. Sehingga total libur menjadi 8 hari. Libur panjang ini menjadi biang kerok pada kenaikan jumlah kasus positif Covid-19. "Ternyata ini pembelajaran yang keempat kali kita masih belum berhasil juga memperbaiki dan mengambil pembelajaran dari tiga libur sebelumnya. Ini adalah kondisi yang sangat mengkhawatirkan dan perlu segera kita hentikan," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Minggu (10/1/2021).

Lonjakan kasus pernah terjadi pasca libur panjang  sebelumnya. Pada libur panjang lebaran (22-25 Mei 2020) peningkatan kasus positif mencapai 69-93 persen pada 6-28 Juni 2020. Begitu juga saat libur HUT RI 15-17 Agustus 2020, peningkatan kasus positif mencapai 58-188 persen pada 1-3 September 2020. Pun saat libur panjang akhir Oktober, peningkatan kasus positif mencapai 17-22 persen pada 8-22 November 2020.

Masa libur panjang ini kerap digunakan masyarakat untuk bepergian. Entah pulang kampung atau berwisata. Padahal pergerakan dan kerumuman bisa berdampak pada meningkatnya kasus Covid-19. Hal ini juga terjadi pada saat libur panjang akhir tahun.

Kondisi ini, menurut Wiku, diperparah dengan kendornya masyarakat mematuhi protokol kesehatan (prokes). Menurut catatan Wiku, menurunnya ketaatan masyarakat mematuhi prokes ini terjadi pada minggu ketiga September hingga akhir Desember 2020. Wiku membeberkan persentasenya. Kata dia, persentase kepatuhan memakai masker menurun 28 persen. Persentase kepatuhan menjaga jarak dan menghindari kerumunan 20,6 persen.

Kendornya masyarakat mematuhi prokes itu sempat menjadi perhatian Presiden Joko Widodo. Kata Presiden, kendornya masyarakat mematuhi protokol ini diketahui berdasarkan survei yang dilakukan pemerintah. Survei yang dimaksud Presiden ini menyebut, selama tujuh hari terakhir terdapat 96 atau 19,35 persen dari 496 kabupaten/kota yang tidak patuh dalam memakai masker, yaitu memiliki tingkat kepatuhan kurang dari 60 persen.

Papua tercatat menjadi provinsi yang memiliki daerah tidak patuh terbanyak. Jumlahnya 13 kabupaten/kota di Papua yang tingkat kepatuhan masyarakatnya dalam memakai masker kurang dari 60 persen. Di Sumatra Utara terdapat 12 kabupaten/kota yang masyarakatnya tidak patuh patuh dalam memakai masker. Sementara, di Sumatra Barat ada 9 kabupaten/kota tidak patuh. Provinsi lain yakni Bengkulu, Sumatra Selatan, dan Sulawesi Tenggara ada 6 kabupaten/kota yang tingkat kepatuhan masyarakat dalam memakai masker masih rendah.

Terjadinya lonjakan kasus pasca libur panjang itu sudah diprediksi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya. Kata dia, pemerintah meyakini akan terjadi lonjakan kasus Covid-19 setelah masa libur Natal dan Tahun Baru 2021. Karena itu, pemerintah menyiapkan sejumlah hal untuk mengantisipasi hal tersebut, mulai dari menambah ketersediaan tempat tidur di rumah sakit hingga jumlah perawat. Yang penting, menurut Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, pemerintah berupaya agar lonjakan kasus positif Covid-19 tidak diiringi dengan kenaikan kasus kematian. Karenanya, pemerintah terus memantau ketersediaan obat-obatan, fasilitas kesehatan, dan tenaga medis di rumah sakit.

 

 

Penulis: Fajar Wahyu Hermawan
Editor: DT Waluyo/Elvira Inda Sari