Indonesia.go.id - Tahun Depan, Ekonomi semakin Ekspansif

Tahun Depan, Ekonomi semakin Ekspansif

  • Administrator
  • Selasa, 7 Desember 2021 | 12:26 WIB
PEMULIHAN EKONOMI
  Ilustrasi. Optimisme muncul melihat pertumbuhan yang positif pada nilai tukar rupiah, dan indeks harga saham gabungan (IHSG). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memprediksi, pada 2022 ekonomi Indonesia tumbuh di angka 5 persen. Itu seiring dengan angka vaksinasi yang sudah melebihi 50 persen.

Situasi ekonomi belakangan ini bergerak ke arah positif. Indikator itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi mencapai 3,51 persen year on year (yoy) pada kuartal III-2021 dan diharapkan terus berlanjut pada kuartal IV-2021, sehingga memberikan optimisme proyeksi ekonomi 2022 lebih ekspansif.

Pembentukan pertumbuhan yang positif, seperti defisit transaksi berjalan, cadangan devisa, neraca perdagangan, nilai tukar rupiah, dan indeks harga saham gabungan (IHSG) juga menunjukkan capaian yang cukup baik.

Oleh karena itu, wajar saja momentum yang cukup baik itu terus diingatkan oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Dia meminta kepada para pelaku usaha dan investor agar dapat memanfaatkan momentum perekonomian yang baik pada saat ini.

Apalagi, pada saat bersamaan pemerintah juga terus berupaya untuk mendorong agar investasi bisa tumbuh sehingga membawa dampak baik, di antaranya pada penciptaan lapangan kerja. “Pemerintah juga terus menggenjot industri berbasis ekspor sehingga kita bisa memperoleh devisa,” ujar Airlangga dalam siaran persnya, Senin (22/11/2021).

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis belum lama ini, semua komponen pengeluaran produk domestik bruto (PDB) memberikan gambaran yang masih tumbuh positif selain pertumbuhan tinggi terjadi pada ekspor dan impor. Kontributor utama pertumbuhan ekonomi dari sisi demand adalah konsumsi rumah tangga dan PMTB (investasi) dengan kontribusi sebesar 83,54 persen.

Sektor-sektor utama yang juga masih tumbuh positif, antara lain, sektor infokom 5,51 persen, jasa kesehatan 14 persen, pertanian 1,31 persen, dan real estate 3,42 persen. Begitu juga dengan industri pengolahan memiliki kontribusi PDB terbesar yaitu masih tumbuh 3,68 persen.

Pencapaian itu juga didukung oleh Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Oktober 2021 yang tercatat di level 57,2. Pencapaian itu merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah dan merupakan yang tertinggi di Asean.

Beberapa variabel yang mendukung untuk menatap ekonomi Indonesia yang lebih baik juga ditunjukkan dengan indikator itu berupa defisit transaksi berjalan yang rendah, cadangan devisa yang terus meningkat, neraca perdagangan Indonesia yang surplus, dan nilai tukar rupiah serta IHSG juga terjaga.

Selanjutnya, neraca perdagangan Indonesia (NPI) pada Oktober 2021 mengalami surplus USD5,73 miliar dan masih melanjutkan tren surplus sejak Mei 2020 atau selama 18 bulan berturut-turut, sehingga neraca perdagangan sampai dengan Oktober 2021 surplus USD30,8 miliar. Di bulan itu, nilai ekspor mencapai USD22,03 miliar.

Pada kesempatan terpisah, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid juga mengungkapkan, optimismenya soal proyeksi ekonomi 2022. Indikator itu didukung oleh ekonomi bangsa yang semakin pulih dan terjadinya penurunan jumlah kasus Covid-19 dan membaiknya tingkat vaksinasi di tanah air.

“Saya prediksikan ekonomi Indonesia tumbuh di angka 5 persen. Saya optimis itu bisa dicapai, apalagi bila melihat tren di dunia, bilamana vaksinasi sudah lebih dari 50 persen, maka biasanya angka kasus turun. Jadi tanda-tanda pemulihan ada,” ujarnya.

Meskipun pelaku usaha dan pemerintah terus memompa optimisme, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto tetap mewanti-wanti agar tetap waspada terhadap potensi kenaikan Covid-19 terutama menghadapi Natal dan tahun baru (nataru).

Menurut Hartarto, pengendalian kasus Covid-19 yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi membuat pemerintah tetap waspada dan bersiap, apalagi dalam jangka pendek akan ada libur nataru.

“Pada Februari dan Maret tahun lalu, libur Natal dan tahun baru berdampak pada kenaikan Covid-19,” ucap Airlangga mengingatkan.

Sedangkan tahun ini, meski kondisi berbeda karena masyarakat telah menerima vaksinasi yaitu 64 persen dosis ke-1 dan di 42 persen dosis ke-2, Airlangga mengingatkan agar masyarakat tetap waspada hingga Covid-19 dinyatakan berakhir oleh WHO.

Pasalnya, di negara-negara lain yang sudah mendapatkan vaksin dua kali masih juga terjadi gelombang ke-3 dan ke-4. “Pemerintah berharap, ke depan, tidak hanya masyarakat yang sehat, tetapi juga ekonominya sehat,” pungkas Airlangga.

Berangkat dari data di atas, sudah sewajarnya semua pihak harus optimistis menatap kondisi ekonomi di 2022, apalagi kebijakan gas dan rem yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan pandemi Covid-19 dan mendukung pemulihan ekonomi nasional (PEN) sudah cukup terbukti manjur.

Tahun ini pertumbuhan ekonomi diyakini bisa tembus 4 persen (yoy) dan 2022 diyakini di atas 5 persen. Ada sejumlah faktor yang membuat optimistis memasuki 2022 dan diyakini bahwa tahun depan adalah tahun ekspansi.

Faktor pendukung itu adalah pandemi Covid-19 yang dapat dikendalikan sejak September 2021. Ini ditandai dengan menurunnya kasus Covid-19 pada akhir pekan lalu yang tercatat di bawah 500.

Bahkan positivity rate di bawah 0,3 persen. Kasus aktif yang pertengahan Juli lalu di atas 56.000, sekarang hanya delapan ribu. Selain itu, kegiatan masyarakat dan bisnis kembali bergeliat sejalan dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Oleh karena itu, masyarakat wajib untuk terus taat terhadap protokol kesehatan secara ketat dan vaksinasi terus ditingkatkan. Harapannya, pandemi dapat menjadi endemi dan ekonomi nasional mulai menggeliat dan pulih kembali.

 

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari