Indonesia.go.id - Memompa Pertumbuhan Ekonomi 2022 Tetap Positif

Memompa Pertumbuhan Ekonomi 2022 Tetap Positif

  • Administrator
  • Selasa, 8 Februari 2022 | 11:03 WIB
PERTUMBUHAN EKONOMI
  Pengunjung berbelanja di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Rabu (5/1/2022). Mobilitas warga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal keempat. ANTARA FOTO
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2021 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi beberapa negara.

Badai wabah Covid-19 sudah berjalan mendekati tiga tahun. Tanda-tanda segera berakhirnya penyakit pandemi itu pun belum tampak hingga kini.

Bahkan, wabah virus itu kini menujukkan tren mulai menanjak lagi, terutama dengan keberadaan varian baru, Omicron. Kedatangan badai wabah itu tentu tak ada yang bisa menduga dan menolaknya. Seluruh dunia menderita akibat wabah itu, termasuk Indonesia.

Dampak wabah Covid-19 sangat terasa bagi perekonomian semua negara. Setahun setelah didera wabah, ekonomi pun tumbuh negatif. Pada 2021, pandemi itu diharapkan berakhir, minimal melandai tajam sehingga Indonesia bisa memproyeksikan pertumbuhan ekonominya setelah sempat mengalami kontraksi 2,07 persen pada 2020. Optimistis pun dipompa.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mematok pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 3,7 persen, sama dengan proyeksi Bank Dunia bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh 3,7 persen pada 2021. Sri Mulyani pernah menyampaikan, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 akan berkisar 3,5 persen sampai dengan 4,0 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporannya belum lama ini mencatat pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Indonesia untuk keseluruhan tahun sebesar 3,69 persen yoy.

Kepala BPS Margo Yuwono menegaskan, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 yang tertinggi adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yakni sebesar 1,21 persen. Dari laporan lembaga itu, dan itu patut disyukuri, adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2021 tercatat mencapai 5,02 persen yoy dan 1,06 persen quartal-to-quartal (qtq).

Penyebabnya, seperti dikemukakan Margo, adalah semua kegiatan pemerintah dan swasta terkompensasi di kuartal IV-2021 sehingga ekonomi tumbuh 5,02 persen. "Ini 5,02 persen lebih baik dari 3,51 persen kuartal III-2021 dan lebih bagus dari kuartal IV-2020 yang minus -2,17 persen," papar Margo dalam konferensi pers, Senin (7/2/2022).

Di kuartal IV-2021, tambahnya, bila perekonomian Indonesia diukur berdasarkan besaran produk domestik bruto (PDB) pada kuartal tersebut atas dasar harga berlaku mencapai Rp4.498,0 triliun. Di sisi lain, perekonomian berdasarkan harga konstan mencapai Rp2.845,9 triliun.

Berdasarkan catatan BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2021 ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi beberapa negara mitra dagang utama Indonesia.

 

Tren Perbaikan

Hal itu sejalan dengan tren perekonomian ekonomi global yang terus menunjukkan perbaikan, tecermin dari PMI manufaktur global yang berada di atas 50 sepanjang Oktober hingga Desember 2021. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV-2021 yang sebesar 5,02 persen yoy tercatat lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang mencapai 4,0 persen dan Korea Selatan sebesar 4,1 persen.

Pertumbuhan ini pun lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Hong Kong dan Uni Eropa yang masing-masingnya tercatat mencapai 4,8 persen pada kuartal IV-2021. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dicatatkan oleh Amerika Serikat, Singapura, dan Vietnam, yang masing-masingnya mencapai 5,5 persen, 5,9 persen, dan 5,2 persen pada kuartal IV-2021.

Pertanyaan berikutnya adalah apa faktor yang mendukung perekonomian Indonesia tahun lalu? Margo Yuwono menjelaskan, perekonomian bangsa ini ditopang oleh harga komoditas yang melambung.

Harga minyak kelapa sawit atau CPO pada akhir 2021 naik 42,41 persen secara tahunan, atau 15,8 persen secara kuartalan. Demikian pula dengan harga batu bara yang naik 168,01 persen secara tahunan dan 8,75 persen secara kuartal, sedangkan nikel 23,9 persen secara tahunan dan 3,4 persen secara kuartalan. 

"Kenaikan harga komoditas ini mendorong ekspor dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Ekspansi ekonomi pada kuartal keempat juga ditunjukkan oleh mobilitas masyarakat yang meningkat, seiring menurunnya kasus harian Covid-19. Perbaikan mobilitas, tambah Kepala BPS, berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi domestik, terutama sektor transportasi domestik dan internasional.

Mobilitas masyarakat yang membaik juga mendorong perbaikan penjualan eceran pada kuartal keempat yang tumbuh 5,8 persen secara kuartalan atau 8,7 persen secara tahunan. Aktivitas penjualan mobil juga tumbuh melesat 10,93 persen secara kuartalan atau 62,31 persen secara tahunan.

"Aktivitas manufaktur menunjukkan bahwa selama kuartal IV berada di level 50,17 persen atau mengalami ekspansi," katanya. 

Selain didukung ekspor dan konsumsi masyarakat, menurut Margo, realisasi belanja pemerintah juga meningkat pada kuartal keempat.  Belanja pegawai turun 0,9 persen secara kuartalan tetapi naik 2,7 persen secara tahunan, belanja barang dan jasa secara kuartal naik 72,8 persen atau 25,1 persen secara tahunan, sedangkan belanja modal naik 133,7 persen secara kuartalan atau 10,6 persen secara tahunan.

Adapun belanja bantuan sosial naik 43,5 persen secara kuartalan atau 23,5 persen secara tahunan.  "Untuk program PEN, secara kuartalan meningkat tinggi 55,2 persen tetapi secara tahunan menurun 10,1 persen," ujar Margo.

Investasi asing dan domestik pada kuartal IV, menurut Margo, juga mendukung pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat. Penanaman modal asing (PMA) naik 18,5 persen secara kuartalan atau 10,1 persen secara tahunan, sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) naik 5,1 persen secara kuartalan atau 15,2 persen secara tahunan. 

Terlepas pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto Indonesia yang masih meleset dari proyeksi dari pemerintah, performa kuartal IV-2021 memberikan harapan yang cukup baik untuk menatap perekonomian tahun ini. Harapan itu bukan sebuah pepesan kosong.

Fakta dari laporan Purchasing Managers' Index (PMI) IHS Markit di Januari 2022 mengenai PMI manufaktur Indonesia mencatatkan angka ekspansif 53,7 atau naik tipis dari posisi Desember 2021 di level 53,5. Tentu itu cukup membesarkan hati terhadap prospek perekonomian tahun ini.

Namun, meningkatnya serangan Covid-19 melalui varian Omicron menjadi ancaman laju pertumbuhan perekonomian negara. Harapannya, pemerintah didukung masyarakat bisa mengendalikan potensi serangan itu, sehingga laju pertumbuhan bisa lebih kencang lagi. Masyarakat agar selalu melaksanakan protokol kesehatan dengan menggunakan masker, sering mencuci tangan dengan air dan sabun, menjaga jarak, serta membatasi mobilisasi.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari