Surplus neraca perdagangan telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
Tren positif perekonomian nasional kembali tecermin dari neraca perdagangan sepanjang Juni 2022. Meskipun perdagangan dunia kini cukup terguncang dengan adanya konflik antara Rusia dan Ukraina, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus pada Juni 2022.
Wajar saja adanya ketakutan dampak dari konflik Rusia-Ukraina itu, yang hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda mereda, bagi perdagangan global, termasuk terhadap Indonesia.
Belum lama ini, organisasi perdagangan dunia (WTO) telah memperingatkan, perang dua negara di kawsan Eropa yang dimulai pada 24 Februari itu akan memberikan dampak bagi redupnya prospek ekonomi dunia. Lembaga itu pun hanya memberikan proyeksi pertumbuhan perdagangan global, impor dan ekspor, dari 4,7 persen menjadi 3 persen.
Meskipun perdagangan dunia terganggu, Indonesia masih patut bersyukur ekonominya masih cukup baik. Indikator itu terlihat dari neraca perdagangan selama periode Juni 2022 kembali mencetak surplus besar mencapai USD5,09 miliar.
Surplus perdagangan terutama disumbangkan oleh ekspor komoditas minyak kelapa sawit yang melonjak menjadi USD2,74 miliar. "Minyak sawit memberikan kontribusi 54 persen terhadap surplus perdagangan pada Juni," ujar Kepala BPS Margo Yuwono, Jumat (15/7/2022).
Dia menjelaskan, kinerja surplus perdagangan secara keseluruhan didorong oleh ekspor yang meningkat, lebih pesat dibandingkan dengan impor.
Ekspor pada Juni 2022 mencapai USD26,09 miliar, naik 21,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month) atau 40,68 persen dibadingkan Juni 2021 (year on year/yoy).
Menurut Margo, ekspor nonmigas naik 22,71 persen secara bulanan atau 41,89 persen secara tahunan menjadi USD24,56 miliar. Sedangkan ekspor migas hanya naik 2,45 persen secara bulanan atau 23,68 persen secara tahunan menjadi USD1,53 miliar.
BPS juga melaporkan ekspor migas tercatat mencapai USD1,53 miliar, naik 2,45 persen dibandingkan periode sebelumnya. Bila dilihat secara yoy, pencapaian ekspor USD26,09 miliar, naik 40,6 persen dibandingkan periode Juni 2021.
Bila dilihat per sektor dari total ekspor nonmigas, sektor yang paling besar memberikan kontribusi terhadap kinerja ekspor nonmigas adalah sektor industri pengolahan dengan nilai USD18,27 miliar.
Berikutnya, sektor pertambangan dan lainnya (USD5,93 miliar) dan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (USD0,36 miliar). Artinya, ekspor nonmigas menyumbang 94,13 persen dari struktur ekspor menurut sektor.
Meskipun neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus pada periode Juni 2022, bila ditelaah kinerja impor tetap menunjukkan pertumbuhan. Pada periode Juni 2022, nilai impor mencapai USD21,00 miliar, atau naik 12,87 persen dibandingkan periode Mei 2022.
Dari total nilai itu, impor nonmigas mencapai USD17,33 miliar, naik 13,60 persen dibandingkan periode Mei 2022. Begitupun dengan impor migas yang mencapai USD3,67 miliar, naik 9,52 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Bahan Baku
Komponen apa saja yang mendominasi struktur impor selama Juni 2022? Laporan BPS menyebutkan, komponen bahan baku/bahan penolong masih memberikan kontribusi yang terbesar, yakni USD16,23 miliar. Kontribusi itu naik 10,72 persen dibandingkan periode Mei 2022.
Berikutnya, impor barang modal yang mencapai USD3,08 miliar dan impor konsumsi mencapai USDS1,70 miliar. Bila dilihat dari struktur impor menurut penggunaan barangnya, peran golongan bahan baku/penolong berkontribusi mencapai 77,27 persen dari total impor.
Terlepas dari gambaran di atas, harus diakui kinerja neraca perdagangan periode Juni 2022 cukup moncer. Nah pertanyaaan selanjutnya, komoditas apa yang mendukung cemerlangnya kinerja neraca dagang periode Juni 2022?
Seperti disampaikan Margo Yuwono, kinerja ekspor yang cukup menyakinkan itu ditunjang oleh HS15, yakni komoditas lemak dan minyak hewan nabati. “Ekspor nonmigas ditunjang oleh HS15 yakni lemak dan minyak hewan nabati yang naik sangat impresif 300,66 persen dibandingkan bulan sebelumnya," ujarnya.
Kenaikan ekspor komoditas lemak dan minyak hewan nabati, terutama didorong oleh ekspor komoditas sawit yang melesat setelah pemerintah membuka kembali keran ekspor yang sempat ditutup pada Mei selama tiga pekan.
Ekspor minyak sawit naik 862,66 persen menjadi USD2,74 milar di tengah anjloknya harga CPO pada bulan lalu sebesar 12,57 persen. Demikian pula komoditas batu bara.
Menurut data BPS, komoditas itu ikut mendongkrak neraca perdagangan periode Juni 2022. Komoditas sebagian besar diserap negara-negara di kawasan Eropa. Nilainya mencapai USD191,2 juta selama kuartal II, naik 143,72 persen dibandingkan periode kuartal sebelumnya.
Naiknya permintaan dua komoditas itu juga tergambarkan dari kontribusinya terhadap ekspor nonmigas. Sepanjang Januari--Juni 2022, kontribusi batu bara terhadap pangsa ekspor nonmigas mencapai USD24,11 miliar, atau kontribusinya mencapai 18,09 persen terhadap total ekspor nonmigas.
Demikian pula dengan nilai ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati yang mencapai USD15,14 miliar, atau berkontribusi 11,35 persen terhadap total nilai ekspor nonmigas periode Januari--Juni 2022.
Berkaitan dengan kinerja neraca perdagangan periode Juni 2022, Bank Indonesia, melalui Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono, menilai bahwa surplus neraca perdagangan tersebut telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. “Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas kebijakan terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional,” ujarnya.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari