Indonesia.go.id - Investasi Sektor Manufaktur bak Berlari

Investasi Sektor Manufaktur bak Berlari

  • Administrator
  • Rabu, 9 November 2022 | 16:15 WIB
INVESTASI
  Sektor industri manufaktur memberikan kontribusi sebesar 40,9 persen terhadap total investasi yang mencapai Rp892,4 triliun. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Capaian investasi sepanjang Januari--September 2022 Rp365,2 triliun, atau tercatat naik 54 persen dibanding periode.

Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi bagi para pelaku industri manufaktur nasional maupun global. Meskipun, kondisi perekonomian global sedang tidak baik-baik saja.

Di kawasan Eropa, perang Ukraina-Rusia masih saja berlangsung dan belum ada tanda akan berakhir. Hal itu mendorong terjadinya krisis pangan dan energi. Efek rambatan lainnya berupa terjadinya perlambatan pertumbuhan, selain juga mengerek laju inflasi di sejumlah negara.

Merespons kondisi itu, sejumlah negara menaikkan suku bunga acuan bank sentralnya dan cukup agresif. Bahkan, diprediksi pola itu akan mencapai puncaknya pada 2023. Salah satunya adalah langkah The Federal Reserve (Fed) yang baru saja mematok suku bunga acuan di level 3,25 persen.

Meskipun, iklim dunia terlihat suram, dalam laporannya belum lama ini Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan kementerian mencatatkan prestasinya berupa realisasi investasi asing atau penanaman modal asing (PMA) ke Indonesia pada kuartal III-2022 senilai Rp168,9 triliun atau tumbuh 63,6 persen (yearn on year/yoy) hingga kuartal III-2022.

Realisasi ini menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah. Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, realisasi PMA memang lebih tinggi dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang tercatat Rp138,9 triliun atau tumbuh 22,5 persen yoy sepanjang kuartal III-2022.

Nah, bagaimana dengan realisasi penanaman modal sektor industri manufaktur pada periode Januari—September 2022. Data Kementerian Perindustrian menjelaskan realisasinya mencapai Rp365,2 triliun.

“Capaian tersebut meningkat 54 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp236,8 triliun,” ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, dikutip dari laman resmi Kemenperin, Rabu (26/10/2022).

Data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan, pada yang sama sektor industri manufaktur memberikan kontribusi sebesar 40,9 persen terhadap total investasi yang mencapai Rp892,4 triliun.

Secara kumulatif, investasi di Indonesia tumbuh 35,3 persen (yoy) dan selama sembilan bulan ini telah berhasil mencapai 74,4 persen dari target Rp1.200 triliun pada tahun 2022.

Di sisi penanaman modal dalam negeri (PMDN), realisasi di sektor industri manufaktur sebesar Rp104,9 triliun. Subsektor yang memberikan andil paling besar adalah industri makanan senilai Rp38 triliun atau menyumbang 9,2 persen dari total realisasi PMDN yang mencapai Rp413,1 triliun.

Sementara itu, untuk penanaman modal asing (PMA), realisasi di sektor industri manufaktur menembus Rp260,3 triliun. Subsektor yang menyokong paling besar adalah industri logam dasar, barang logam, serta bukan mesin dan peralatannya dengan investasi menyentuh 8,5 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) atau berkontribusi 25,3 persen dari seluruh realisasi PMA yang berada di angka Rp479,3 triliun.

Agus mengungkapkan, di tengah situasi dunia saat ini yang dilanda krisis pangan, energi, hingga finansial, semua negara berlomba-lomba berebut investasi karena investasi dapat mendorong peningkatan nilai tambah, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan devisa.

“Kepercayaan diri para investor di sektor industri ini harus tetap dijaga, yang didukung dengan berbagai kebijakan strategis,” tandasnya.

Menteri Perindustrian menekankan, investasi pemerintah juga terus mendorong hilirisasi industri yang berkontribusi signifikan terhadap pemasukan negara melalui pajak ekspor, royalti, pendapatan negara bukan pajak (PNBP), dan dividen.

“Seperti yang Bapak Presiden sering kali sampaikan, hilirisasi industri menjadi prioritas nomor satu. Sebagai gambaran, saat masih diekspor dalam bentuk bahan mentah, kontribusi komoditas nikel nilainya sekitar Rp15 triliun dalam setahun. Setelah masuk ke industrialisasi, nilainya melompat tajam menjadi 20,9 miliar Dolar AS atau setara Rp360 triliun,” ujarnya.

Menperin meyakini, peningkatan investasi di sektor manufaktur memiliki kolerasi dengan kebijakan pemerintah dalam memacu hilirisasi industri, khususnya sektor pertambangan. “Artinya, pemerintah sangat konsisten sekali bahwa realisasi investasi tidak hanya didorong oleh sektor jasa, tetapi sudah membangun industri hilirnya sehingga memperdalam struktur manufaktur kita agar bisa lebih berdaya saing,” pungkasnya.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari