Indonesia.go.id - Indeks Kepercayaan Industri Meningkat

Indeks Kepercayaan Industri Meningkat

  • Administrator
  • Kamis, 13 Juli 2023 | 07:28 WIB
INDUSTRI
  Pekerja menyelesaikan perakitan Mobil BMW di PT Gaya Motor, Sunter, Jakarta . Industri kendaraan bermotor, trailer dan semitrailer, industri makanan, dan industri minuman mendapatkan nilai IKI tertinggi. ANTARA FOTO/ Rivan Awal Lingga
IKI Juni 2023 mencapai 53,93, atau meningkat 3,03 poin dibandingkan Mei 2023. Angka ini juga merupakan yang paling tinggi sejak IKI dirilis pada November 2022.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) terbaru 27 Juni 2023. Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif menyampaikan, IKI Juni 2023 mencapai 53,93 meningkat 3,03 poin dibandingkan Mei 2023. Angka ini juga merupakan yang paling tinggi sejak IKI dirilis November 2022 lalu.

Disebutkan bahwa seluruh variabel pembentuk IKI Juni 2023 mengalami ekspansi. Variabel pesanan baru meningkat sebesar 4,97 poin, menjadi 54,81. Lalu, variabel produksi meningkat 4,85 poin, menjadi 54,86. Sedangkan, variabel persediaan menurun 4,56 poin menjadi 50,34.

Sementara itu, pesanan domestik masih menjadi faktor dominan yang mempengaruhi indeks variabel pesanan baru. Peningkatan IKI pada Juni 2023 itu didorong oleh peningkatan IKI di 21 subsektor industri. Bahkan, beberapa subsektor juga terpantau telah mengalami ekspansi setelah sebelumnya selalu mengalami kontraksi.

Dari 23 subsektor industri, delapan di antaranya berubah dari kontraksi menjadi ekspansi pada Juni 2023 ini. Yaitu, industri kertas dan barang dari kertas, industri karet, barang karet dan plastik, industri pencetakan dan reproduksi media rekaman, serta industri pengolahan tembakau. Ada pula, industri barang galian bukan logam, industri farmasi, obat kimia dan tradisional, industri pakaian jadi, dan industri logam dasar.

Sementara itu, tiga subsektor yang masih mengalami kontraksi, yaitu industri tekstil, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, dan industri pengolahan lainnya. “Untuk bulan Juni, subsektor industri dengan nilai IKI tertinggi adalah industri kendaraan bermotor, trailer dan semitrailer, industri makanan, dan industri minuman,” jelas Febri.

Sedangkan Direktur Industri Aneka dan Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, dan Kerajinan Ni Nyoman Ambareny menyampaikan, permasalahan yang dihadapi kelompok industri pengolahan lainnya yang masih mengalami kontraksi, khususnya pada industri yang berorientasi ekspor. Kelompok Industri itu, antara lain, industri alat musik, industri mainan, industri alat tulis, industri alat olahraga, dan industri bulu mata palsu.

“Masalah utama yang dihadapi adalah kondisi ekonomi negara tujuan ekspor, yaitu Uni Eropa dan Amerika Serikat belum kembali normal, sehingga permintaan untuk produk-produk yang termasuk sebagai produk tersier belum kembali pulih,” ujar Ambareny.

Dalam rangka menjaga pasar domestik melalui pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah (IKM), Kemenperin telah melakukan beberapa upaya, antara lain memberikan fasilitasi sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) berdasarkan self-assessment bagi industri kecil, kampanye Bangga Buatan Indonesia, serta sinergi dengan instansi di luar Kemenperin dalam penjajakan ekspor ke pasar non-tradisional.

Permasalahan yang sama juga dihadapi oleh industri tekstil dan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki. Tahun ajaran baru dan adanya investasi baru pada industri yang mengalami kontraksi menimbulkan harapan untuk perbaikan nilai IKI sampai dua bulan mendatang. “Selain itu, di periode ini industri pakaian jadi mengalami ekspansi, didukung oleh kondisi pasar ekspor untuk tujuan Amerika Serikat yang cukup bersahabat,” kata Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin, Adie Rochmanto Pandiangan.

Sedangkan terkait produk tekstil yang bulan lalu mengalami kenaikan impor sebanyak 70,49%, Kemenperin telah mengusulkan untuk dilakukan pengawasan di Pusat Logistik Berikat (PLB) maupun market place.

Nilai IKI Juni 2023 mengalami rebound setelah sempat menurun pada bulan sebelumnya, akibat perilaku konsumsi saat libur Idulfitri tidak seperti harapan akibatnya, pada Mei lalu, industri masih memiliki banyak persediaan produk. Dengan habisnya persediaan produk tersebut, industri berproduksi kembali di bulan Juni.

Plt. Sekretaris Jenderal Kemenperin, Putu Juli Ardika menambahkan, tumbuhnya optimisme pelaku usaha didukung oleh momen-momen rutin tahunan, seperti tahun ajaran baru, libur hari raya, libur sekolah, serta peringatan HUT RI. Selain itu, pesta demokrasi yang akan berlangsung juga berpeluang meningkatkan permintaan, terutama bagi industri tekstil dan produk tekstil maupun industri makanan dan minuman.

Mayoritas pelaku usaha menyatakan kondisi usaha secara umum di bulan Juni 2023 mengalami peningkatan. Sebanyak 33,6% pelaku usaha mengatakan kondisi usaha bulan Juni lebih baik dibanding bulan Mei 2023 (naik 5,3%). Kondisi ini merupakan yang tertinggi sepanjang periode IKI.

“Pandangan terhadap kondisi usaha enam bulan ke depan pada bulan Juni ini tercatat sebesar 66,19% pelaku usaha lebih optimis, dan 25,47% mengatakan kondisi usaha enam bulan ke depan akan tetap,” kata Putu, yang disampaikan melalui rilis Kemenperin 27 Juni 2023.

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari