Indonesia.go.id - Menggenjot Reformasi Fundamental Sektor Kesehatan

Menggenjot Reformasi Fundamental Sektor Kesehatan

  • Administrator
  • Minggu, 16 Agustus 2020 | 01:12 WIB
INDUSTRI ALKES DAN FARMASI
  Petugas medis menunjukkan alat tes cepat (rapid test) COVID-19 buatan dalam negeri di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Kamis (9/7/2020). Foto: Antara Foto

Reformasi fundamental di sektor kesehatan harus dipercepat. Orientasi utama pada pencegahan penyakit dan pola hidup sehat.

Masalah kesehatan menjadi sesuatu keniscayaan di tengah pandemi yang melanda sekitar 200 negara di dunia. Covid-19 tidak hanya menginfeksi 132.816 orang di Tanah Air, virus SARS COV-2 juga mengakibatkan sebanyak  5.968 orang meninggal dunia.

Berdasarkan data Satgas Covid-19 pada 9 Agustus, disampaikan Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, sebanyak 33 daerah masuk dalam kategori zona merah atau risiko tinggi.

Selain itu, dalam laporan mingguan Satgas per 9 Agustus pada laman https://covid19.go.id/peta-risiko, juga menunjukkan bahwa ada 222 zona oranye, 177 zona kuning, dan 82 zona hijau yang merupakan daerah tidak terdampak dan daerah tidak ada kasus.

Zona hijau terbanyak berada di NTT yakni 14 kabupaten/kota, sementara zona merah terbanyak berada di Kalimantan Selatan sebanyak enam kabupaten/kota.

Berkaitan dengan serangan pandemi tersebut, pemerintah, pada medio Juli 2020, telah menyampaikan perubahan fokus penanganan Covid-19. Yakni, melakukan upaya menekan angka kematian dan mengerek tingkat kesembuhan setinggi-tingginya.

Disampaikan langsung Presiden Jokowi, kedua hal itu dijadikan sebagai fokus penanganan karena disadari bahwa pengendalian kasus Covid-19 memang sulit untuk dilakukan.

"Target dunia itu sekarang bagaimana menekan angka kematian. Yang kedua, bagaimana tingkat kesembuhannya setinggi-tingginya. Dua ini yang sekarang dikejar oleh negara-negara di dunia," katanya saat itu, tatkala memimpin rapat bersama para Gubernur di Istana Bogor.

Sejalan dengan hal itu dan kondisi pandemi terkini di Tanah Air, Presiden Joko Widodo saat berpidato dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI dalam rangka HUT ke-75 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/2020), memberikan penekanan khusus pada reformasi fundamental di tengah pandemi Covid-19.

Presiden berharap, langkah itu mampu mempercepat penanganan Covid-19 di Tanah Air. "Dengan peristiwa pandemi ini, maka reformasi fundamental di sektor kesehatan harus kita percepat,” tegasnya.

 

Inovasi Anak Negeri

Salah satu penekanan terhadap reformasi fundamental di sektor kesehatan, Presiden menekankan perlunya penguatan kapasitas SDM serta pengembangan industri obat dan alat kesehatan, selain rumah sakit dan balai kesehatan. "Industri obat dan alat kesehatan juga harus diprioritaskan," tandasnya.

Sejatinya, sebagaimana diketahui, sejak kasus pertama Covid-19 ditemukan di Indonesia, yakni pada 2 Maret 2020, dunia industri alat kesehatan (alkes) bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk badan riset dan dunia pendidikan, memang telah menggeliat.

Beragam inovasi dihasilkan, di antaranya seperti yang diungkapkan Menteri Riset Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Soemantri Brodjonegoro, jelang penghujung Mei 2020.

Itulah sebabnya, dalam peluncuran inovasi alkes dan suplemen karya anak bangsa, yang bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional, Menteri Bambang mengatakan, capaian itu dapat menjadi bukti dari bentuk kemandirian bangsa menghadapi dan menangani pandemi Covid-19.

“Sejumlah inovasi ini dihasilkan dari konsorsium yang dibentuk dalam rangka percepatan penanganan Covid-19," kata Bambang.

Adapun produk utama dari keseluruhan produk inovasi percepatan penanganan Covid-19, antara lain, polymerase chain reaction (PCR) test kit dengan nama Indonesia TFRIC-19 BioCov-19.

Ada juga alat uji cepat (rapid test) yang juga untuk mendeteksi Covid-19. Khusus untuk alat tes karya anak bangsa, produknya sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan dan disalurkan ke beberapa rumah sakit dan laboratorium uji rujukan.

Produk lainnya berupa ventilator atau alat bantu pernafasan darurat yang dikembangkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama sejumlah perguruan tinggi dan pelaku industri.

Sementara itu inovasi sistem kecerdasan buatan untuk mendeteksi Covid-19 yang dikembangkan BPPT berupa pencitraan medis berdasarkan kecerdasan buatan.

Ada dua robot yang membantu tenaga medis. Pertama, robot yang diberi nama Medical Assistant Robot (Raisa) yang dikembangkan ITS dan Unair. Robot ini mampu melakukan komunikasi dua arah berbasis antarmuka antara petugas dan pasien karena dilengkapi kamera dan mampu membawa peralatan medis dan obat hingga lima kilogram.

Kedua, robot yang diberi nama Autonomous UVC Mobile Robot (AUMR) yang dikembangkan Universitas Telkom dan LIPI. Robot ini mampu melakukan disinfeksi dan sterilisasi ruang isolasi pasien Covid-19 tanpa campur tangan manusia secara langsung.

Uji coba AUMR telah berhasil dilakukan di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, RS Dr Hasan Sadikin Bandung, dan RS Pindad Bandung.

“Covid-19 telah membangunkan kita semua, telah menyadarkan kita semua bahwa kesiapan dan ketahanan nasional kita, khususnya dalam menangani penyakit menular, perlu mendapatkan perhatian serius," kata Bambang ketika itu.

Berbekal semangat mengakhiri serangan wabah corona, inovasi dan capaian di bidang alat kesehatan boleh dikata berjalan seiring dengan pengembangan riset di bidang obat-obatan dan vaksin. Diketahui, saat ini setidaknya ada tiga vaksin yang tengah berproses di Tanah Air.

Pertama, adalah vaksin F C19, yang disebut-sebut akan diproduksi dengan nama CoronaVac. Fase pengembangan vaksin ini segera memasuki uji klinis tahap III di Tanah Air, sekira pertengahan Agustus, dengan relawan sebanyak 1.620 orang.

Dalam fase uji coba itu, perusahaan pengembang vaksin, yakni SinoVac, asal Tiongkok, menggandeng perusahaan pelat merah farmasi yang berlokasi di Bandung, Bio Farma.

Pengembangan vaksin kedua dilakukan oleh Lembaga Biomolekuler Eijkman (LBME). Bakal vaksin yang kini lebih sering disebut dengan vaksin merah putih itu merupakan buatan dalam negeri.

Sedangkan pengembangan vaksin ketiga merupakan buah dari gerak cepat perusahaan farmasi swasta RI, yaitu Kalbe Farma. Bersama dengan institusi riset dan perusahaan bioteknologi asal Asia lainnya, Kalbe terlibat dalam konsorsium yang dinamakan Genexine. Kandidat vaksin Genexine saat ini sedang memasuki uji klinis fase 1/2.

 

Platform Berbeda

Kendati sama-sama ditujukan untuk melawan aksi virus corona dan menciptakan kekebalan terhadap masyarakat Indonesia atas SARS COV-2, ada perbedaan di antara tiga bakal vaksin tersebut.

Direktur LBME Profesor Amin Soebandrio, dalam webinar yang diselenggarakan Society of Indonesian Science Journalist, Minggu (8/8/2020), menyebutkan bahwa perbedaan utama bakal vaksin itu terletak pada platformnya.

Pengembangan vaksin Merah Putih, menurut Profesor Amin, menggunakan metode rekombinan. Di mana konsorsium Eijkman dkk memakai bagian atau komponen dari virus SARS COV-2 yang berupa protein, yang bernama Spike dan Nucleocapsid. Kedua jenis protein ini adalah komponen dari virus corona yang bersifat sebagai antigen dan dapat memicu terbentuknya antibodi dalam tubuh manusia.

"Sehingga, (vaksin) Merah Putih adalah sub unitnya. Tidak seluruh virusnya digunakan, hanya bagian-bagian tertentu dari virus yang dianggap penting kemudian diperbanyak dan dijadikan antigen," tuturnya.

Berbeda dengan vaksin Merah Putih, kandidat vaksin yang dikembangkan Sinovac menggunakan satu virus kemudian diperbanyak di laboratorium. Lalu, virus itu dipisahkan dan dilakukan inaktivasi (inactivated vaccine). Jadi, inactivated vaccine sendiri merupakan vaksin yang dilemahkan sehingga tidak lagi menyebabkan penyakit.

Hanya saja pemberian virus yang telah inaktif tersebut masih mampu memicu respons kekebalan tubuh sehingga ketika seseorang yang disuntikkan vaksin terpapar kepada patogen yang sama, imunitasnya bisa langsung merespons sehingga terhindar dari penyakit.

Mengacu pada penelitian ilmiah yang dilakukan 35 ilmuwan asal Tiongkok, dipimpin Qiang Gao yang berasal dari Sinovac, virus inaktif yang digunakan untuk mengembangkan vaksin Covid-19 adalah strain CN-2.

Disebutkan dalam laporan penelitian yang berjudul Development of an inactivated vaccine candidate for SARS COV-2 dan dipublikasikan di jurnal ilmiah terkemuka internasional, Science, diungkapkan adanya 11 isolat virus yang bakal jadi kandidat untuk vaksin Covid-19.

Dari 11 isolat tersebut, lima berasal dari Tiongkok, tiga dari Italia, satu dari Swiss, satu dari Inggris, dan satu dari Spanyol. Selama masa pengembangan skala mini di laboratorium (pilot) kandidat vaksin tersebut telah diujikan ke berbagai hewan uji seperti mencit, tikus, hingga primata nonmanusia.

Hasil dari uji coba ke hewan model tersebut menunjukkan bahwa virus yang inaktif dapat menginduksi pembentukan antibodi penetral virus corona jenis baru itu yang juga dikenal dengan SARS COV-2. Hasil yang positif pada hewan model mengindikasikan kandidat vaksin dapat diuji lebih lanjut ke manusia.

Biasanya, untuk vaksin yang dibuat dengan metode inaktivasi memerlukan beberapa dosis, sebelum seseorang bisa mendapatkan kekebalan yang diinginkan.

Sementara itu, pada kandidat vaksin ketiga, yakni yang dikembangkan Kalbe Farma-Genexine adalah vaksin DNA. Dengan menggunakan teknologi genetika molekuler yang canggih vaksin DNA diharapkan mampu membuat vaksin yang lebih stabil dan spesifik sehingga tidak ada kontaminan lain yang menyebabkan penyakit.

Saat ini kandidat vaksin yang disebut GX-19 itu sedang berada pada fase uji klinis tahap I yang dilakukan di Korea Selatan hingga akhir Agustus. Rencananya uji klinis tahap II akan dilakukan di Indonesia pada September-Oktober nanti. Sedangkan untuk pengembangan vaksin Merah Putih dan Sinovac diharapkan bisa selesai pada pertengahan 2021.

Kendati tiga vaksin sedang dalam proses pengembangan yang menjanjikan di tanah air, pemerintah tetap membuka kerja sama dengan berbagai pihak. Seperti dikatakan Presiden beberapa waktu lalu melalui akun resminya di Instagram, “Kita tetap membuka diri untuk bekerja sama, misalnya dengan Sinovac, Uni Emirat Arab di G20, dan dengan Korea Selatan. Kerja sama ini demi secepat-cepatnya kita bisa melakukan vaksinasi untuk seluruh rakyat Indonesia."

 

 

 

Penulis: Ratna Nuraini
Editor: Firman Hidranto/Elvira Inda Sari