Digital Transformation Expo merupakan ajang untuk menampilkan keragaman berbagai kemajuan inovasi dan pemanfaatan teknologi digital Indonesia maupun negara G20.
Side event yang paling menyedot perhatian delegasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali hingga masyarakat umum adalah Digital Transformation Expo (DTE). Sejak pagi, ratusan pengunjung silih berganti dari tamu VIP, delegasi, undangan, mahasiswa, pelajar, hingga awak media memasuki arena DTE di ruang Pecatu Hall 3 dan 5, Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali.
Bagi masyarakat yang berminat untuk mengunjungi pameran tersebut cukup mendaftar melalui laman dte.g20.org tanpa dipungut biaya. Acara digelar dari 13 November 2022 sampai 17 November 2022. Antusiasme tinggi tampak sejak dibuka pada Minggu (13/11/2022) siang sampai keesokan harinya. Tercatat sudah 780 orang mendatangi DTE. Sementara sudah ada 4.400 orang yang terdaftar di laman dte.g20.org.
Digital Transformation Expo merupakan ajang untuk menampilkan keragaman berbagai kemajuan inovasi dan pemanfaatan teknologi digital Indonesia maupun negara G20. Pameran ini merupakan kolaborasi berbagai sektor pemerintahan dan swasta sebagai upaya untuk mewujudkan transformasi digital yang lebih inklusif, memberdayakan, dan berkelanjutan untuk mencapai pemulihan yang tangguh pascapandemi.
DTE semacam ekspose perjalanan transformasi digital Indonesia dan negara G20 yang disajikan secara visual. Menggunakan teknologi kecerdasaan buatan (artificial intelligence) maupun virtual reality (VR) yang dibagi dalam enam zona. Konsep tersebut dibuat agar pengunjung merasakan "experience" soal capaian transformasi digital.
Seperti apa suasana DTE? Untuk itu, Kominfo Newsroom menyambangi area DTE pada Senin (14/11/2022) siang. Di area penyambutan, pengunjung akan melewati gapura besar dan dua layar LED berukuran jumbo yang merepresentasikan kolaborasi negara-negara G20 dalam mendorong transformasi digital.
Memasuki zona kedua, pengunjungi seperti melewati lorong yang penuh atraksi visual video dan cahaya memukau. Ada seperti bola dunia yang berpendar seperti berada di film-film karya Marvel atau Stars Wars. Pengunjung dibolehkan melakukan swafoto atau merekam suasana di zona itu. Suasananya memang sangat instagrammable.
Lanjut ke Tunnel of Wonders yang berisi tampilan visual tentang kekayaan alam dan keindahan budaya Indonesia. Ada visualisasi budaya Danau Toba, Borobudur, serta lanskap wilayah pertambangan di Indonesia.
Bergeser ke zona ketiga yang dinamakan G20 Sinergy. Area ini menampilkan video capaian empat pilar transformasi digital Indonesia. Yakni pembangunan infrastruktur digital, ekonomi digital, masyarakat digital, dan tata kelola pemerintahan digital.
Di zona ini, pengunjung mendapatkan pemahaman soal capaian ekonomi digital Indonesia yang sudah menghasilkan startup sekelas decacorn dengan valuasi miliaran dolar. Termasuk, urgensi teknologi digital dalam pemulihan ekonomi, akses kesehatan dan pendidikan.
Selain itu, juga ditampilkan video pendek transformasi digital dari delapan anggota G20, yakni Argentina, Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Brasil, Kanada, Turki, serta negara undangan seperti Uni Emirat Arab (UEA).
Dari situ memasuki zona kelima Wall of Collaboration yang berisi tentang apresiasi terhadap pemangku kepentingan serta pihak-pihak yang terlibat dan berkontribusi dalam mendorong percepatan transformasi digital. Setidaknya ada 40-an kementerian, lembaga, korporasi, universitas dan komunitas yang mendukung terwujudnya DTE ini.
Terakhir, di The Metaverse Corner pengunjung dapat melihat kecanggihan digital experience berbasis teknologi metaverse hasil kolaborasi dengan perusahaan teknologi anak bangsa dan global berupa AI dan VR. Pengunjung akan merasakan mengenal/turut memainkan alat-alat musik, pakaian tradisional tanpa harus memilikinya. Dikenalkan juga teknologi hologram yang dapat membuat avatar dari sosok yang diinginkan.
Nanda, 25, warga Denpasar, Bali, mengaku sengaja datang ke DTE karena tertarik perkembangan dengan teknologi informasi di Indonesia. Menurut dia, DTE ini menjadi etalase digital Indonesia maupun dunia. “Selain ada rasa penasaran juga untuk melihat sudah sejauh mana perkembangan teknologi digital Indonesia. Karena ingar bingar G20 inilah masyarakat biasa pun di Bali bisa ikut berpartisipasi meramaikan G20,” jelas karyawan swasta tersebut.
Nanda memandang, DTE merupakan gambaran masa depan digital Indonesia dan dunia. Apalagi generasi muda harus tahu digital merupakan syarat penting menyongsong tahun emas Indonesia 2045. “Saya jadi tahu teknologi digital Indonesia ternyata tidak kalah dengan negara lain, banyak animator digital asal Indonesia bekerja untuk perusahaan dunia. Indonesia kini bukan lagi negara kecil.”
Saat meresmikan DTE pada Minggu (14/11/2022), Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) RI Johnny G Plate mengatakan, pameran teknologi digital tersebut tidak hanya menjadi wadah untuk saling bertukar pikiran, melainkan sekaligus menjadi penanda kolaborasi transformasi digital dalam harmoni bagi negara anggota G20. “Bagi mereka di luar sana yang masih ragu, biarkan pameran ini tanpa keraguan. Dan bagi mereka yang percaya pada manfaat upaya digital, biarkan pameran ini terus menginspirasi langkah mereka. Lebih penting lagi untuk menunjukkan kepada dunia bagaimana komitmen kita dalam membangun kemakmuran di era digital,” jelas Menkominfo.
Kementerian Kominfo merupakan inisiator dari DTE. Pameran ini merupakan puncak dari agenda Digital Economy Working Group (DEWG) G20 yang digelar dalam KTT G20 di Nusa Dua, Bali.
Digital Transformation Expo ini memang bukan pameran yang biasa, melainkan pameran yang berusaha menyediakan atau menyampaikan substansi dengan instrumen digital.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari