Proses penciptaan berawal dari mempelajari karakteristik produk serupa ketika masing-masing negara terpilih sebagai tuan rumah. Ada yang menggunakan landmark, budaya, alam, atau karakter lainnya yang menonjol.
Perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok 20 atau G20 2022 digelar Nusa Dua, Bali, 15-16 November 2022. Momentum itu merupakan puncak dari Presidensi G20 Indonesia yang rangkaiannya sudah diawali sejak setahun lalu oleh Pertemuan Perdana Sherpa Track Presidensi Indonesia di Jakarta, 7-8 Desember 2021.
Salah satu hal menarik dari rangkaian kegiatan itu adalah kemunculan logo ikonik yang merepresentasikan kearifan lokal Indonesia. Logo gunungan dengan motif batik kawung yang merupakan teknik paling tua asli Indonesia itu telah mencuri perhatian dunia. Desainnya yang elegan menjadi salah satu alasannya.
Lalu siapa sebenarnya tokoh perancang logo yang saat ini sudah mendunia tersebut? Mereka adalah Satu Collective, konsultan desain pemenang sayembara logo Presidensi G20 Indonesia yang diadakan Kementerian Luar Negeri RI bersama Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI).
Seperti dikutip dari website Kemenlu, logo tersebut diperkenalkan pertama kali kepada masyarakat Indonesia, 14 September 2021, atau sebelum dilakukan serah terima dari Presidensi G20 2021 Italia kepada Presidensi G20 2022 Indonesia di Roma, 31 Oktober 2021.
Salah satu pendiri Satu Collective, Seto Adi Witonoyo, seperti dikutip dari Media Keuangan terbitan Kementerian Keuangan, menyatakan bahwa studio desainnya masuk kuratorial dari ADGI untuk proyek G20 tersebut. Mereka kemudian diundang untuk mengikuti pitching, dan berlanjut hingga pembuatan proposal, pembuatan opsi logo, hingga akhirnya diumumkan sebagai pemenang.
Seto bersama timnya yang berjumlah lima orang memulai penggalian ide dengan melakukan analisa terhadap logo-logo Presidensi G20 yang selama ini digunakan. Mereka melihat bahwa dalam logo-logo tersebut, selalu ada karakteristik negara masing-masing. Ada yang menggunakan landmark, budaya, alam, atau karakter lainnya yang menonjol.
Pemilihan gunungan pada karakter utama wayang disebabkan keinginan Satu Collective untuk mengedukasi dunia dengan kearifan-kearifan lokal Indonesia. Ini merupakan sebuah peluang sekaligus tantangan. "Mungkin bagi masyarakat kita sudah sangat umum. Namun bagi dunia internasional, belum tentu mereka aware bahwa produk budaya ini dari Indonesia,” ungkap Seto.
Pemenang sayembara logo HUT ke-75 RI, juga beberapa kampanye pariwisata Wonderful Indonesia itu mengaku bahwa pengerjaan logo G20 tersebut sangat menantang. Desain gunungan yang diusung, memerlukan proses panjang dari awal ide sampai bentuk finalnya.
Mereka sampai membuat ratusan alternatif hingga akhirnya terpilih yang final seperti yang sekarang dilihat. Dari seluruh proses, Seto menyebutkan, yang paling susah adalah saat membuat turunan dan penyiapan graphic standard manual (GSM) beserta aturan-aturan pengaplikasian logonya.
Benar saja, bila kita melihat keseluruhan aset logo G20 2022 beserta semua turunan dan template desain terapan kolateralnya, ukuran file resmi yang telah dirilis terbilang cukup besar. Unduhannya bisa mencapai lebih dari 2 gigabita (GB). Belum lagi adanya perubahan-perubahan selama perhelatan acara, sesuai kebutuhan di lapangan yang lebih spesifik.
Seto mengaku merasa senang dan bangga dapat berkontribusi bagi negara lewat karya yang digunakan untuk sebuah acara berskala internasional seperti G20. Ia juga meyakini perkembangan desain grafis Indonesia akan semakin pesat, dengan banyaknya desainer asal Indonesia yang namanya sudah cukup berkibar di kancah dunia.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari