Mambruk atau dara mahkota masuk spesies kategori rentan (vulnerable/VU) dalam daftar merah (red list) Badan Konservasi Alam Internasional (IUCN) untuk satwa terancam. Pemerintah juga memasukkannya dalam daftar satwa dilindungi berdasarkan PP 7/1999.
Pernah ingat uang logam pecahan Rp25 terbitan Bank Indonesia tahun 1971? Di salah satu bagian keping berbahan nikel itu terdapat gambar seekor burung dengan semacam mahkota unik di atas kepalanya. Di dunia nyata, satwa ini hidup di hutan dataran rendah bagian selatan Papua, namanya mambruk atau dara mahkota.
Mereka adalah salah satu di antara 650 spesies burung asal Papua serta bagian dari 1.812 jenis burung di Nusantara, menurut data organisasi Burung Indonesia pada 2021. Ada tiga spesies mambruk, burung dalam keluarga merpati dan dara (Columbidae) yang seluruhnya endemik Papua. Yuk kita berkenalan dengan ketiganya.
Spesies pertama dikenal sebagai mambruk selatan dengan nama ilmiahnya Goura scheepmakeri dan dunia internasional menyebutnya southern crowned pigeon. Ciri khas mambruk selatan adalah warna biru keabu-abuan dengan jambul rumit seperti renda biru. Iris matanya berwarna merah dan bulu dada merah marun gelap. Inilah burung paling indah di dunia, menurut para pakar ilmu burung atau ornitologi.
Mengutip situs Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, burung ini merupakan merpati darat terbesar. Di mana baik jantan maupun betina memiliki ukuran dan bentuk yang hampir sama, akan tetapi jantan biasanya berukuran lebih besar. Ukuran rata-ratanya adalah panjang 70 sentimeter dan berat 2.250 gram.
Burung mambruk selatan masih memiliki dua subspesies lagi dibedakan berdasarkan warna bulu bahu dan perut, yakni Goura scheepmakeri sclateri dengan bahu merah marun dan perut biru-abu-abu serta hidup di barat daya Papua. Lainnya adalah ras Goura scheepmakeri scheepmakeri dengan bahu biru-abu-abu dan bagian bawah merah marun dan dapat ditemui di tenggara Papua.
Mambruk selatan hanya dapat ditemukan di hutan Kampung Fanamo, Distrik Mimika Timur Jauh, Kabupaten Mimika, berdasarkan data lapangan yang diperoleh tim Balai Taman Nasional Lorentz, pada 2016.
Spesies ini pertama kali diperkenalkan ke dunia ilmiah oleh ornitolog Otto Finsch yang menemukan dua burung hidup dari pedagang satwa langka C Scheepmaker di Amsterdam Zoo dan itulah sebabnya si pedagang tersebut menjadi salah satu bagian nama ilmiah dara mahkota.
Spesies lain dari dara mahkota adalah mambruk victoria atau Goura victoria. Ukurannya lebih besar dari mambruk selatan, yaitu 74 cm. Memiliki bulu berwarna biru keabu-abuan, jambul seperti kipas dengan ujung putih, dada merah marun keunguan, paruh abu-abu. Kaki merah sedikit kusam, dan garis tebal berwarna abu-abu di sayap dan ujung ekornya. Di sekitar mata terdapat topeng hitam dengan iris mata berwarna merah. Burung jantan dan betina memiliki bentuk dan ukuran serupa.
Populasi mambruk Victoria tersebar di hutan dataran rendah, hutan sagu dan hutan rawa di utara Papua, termasuk Yapen, Biak, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Mambruk victoria bersarang di atas dahan pohon, terbuat dari ranting-ranting dan dedaunan. Burung betina biasanya menetaskan sebutir telur berwarna putih.
Mambruk victoria adalah spesies terestrial dan mencari makan di atas permukaan tanah. Pakan mambruk victoria meliputi aneka biji-bijian dan buah-buahan yang jatuh ke tanah. Spesies ini biasanya hidup berpasangan atau dalam kelompok. Namanya diambil dari Ratu Inggris, Victoria dari Britania Raya yang hidup pada 24 Mei 1819 dan wafat 22 Januari 1901.
Spesies ketiga atau terakhir dari mambruk adalah mambruk ubiaat atau Goura cristata. Ia dikenal dengan nama mambruk barat (western crowned pigeon), mambruk biasa, atau mambruk mahkota biru. Cirinya nyaris serupa dengan dua spesies mambruk lainnya. Baik jantan maupun betina memiliki ukuran dan bentuk yang sama. Akan tetapi jantan biasanya berukuran lebih besar. Ukuran rata-ratanya adalah panjang 70 cm dan berat 2.100 gram.
Kendati hidup di alam liar, burung-burung mambruk tadi sangat jinak dan sering diburu untuk dikonsumsi dagingnya. Bulunya yang indah kerap dijadikan hiasan penutup kepala. Ia terancam kehilangan habitatnya karena sebarannya yang terbatas serta sering diburu.
Dara mahkota masuk spesies kategori rentan (vulnerable/VU) dalam daftar merah (red list) Badan Konservasi Alam Internasional (IUCN) untuk satwa terancam. Pemerintah juga memasukkannya dalam daftar satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999.
Mari kita jaga populasi burung terindah di dunia ini agar di masa mendatang aves bercorak aneka warna ini masih dinikmati oleh siapa saja.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber Indonesia.go.id.