Sebanyak total 29 negara anggota ASEAN serta mitra-mitranya, juga ASEAN Secretariat dan Uni Eropa, hadir dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yakni ASEAN Ministerial Meeting/Post Ministerial Conference ke-56 (AMM/PMC).
Agenda Keketuaan ASEAN 2023 di Indonesia terus berlanjut. Kali ini Jakarta menjadi tuan rumah Pertemuan Menteri Luar Negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yakni ASEAN Ministerial Meeting/Post Ministerial Conference ke-56 (AMM/PMC) yang berlangsung di Jakarta pada 10--14 Juli 2023.
Forum AMM/PMC merupakan salah satu mekanisme ASEAN yang memiliki peran penting sebagai convening power, di mana budaya komunikasi dan dialog terus berusaha dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip Piagam PBB, Piagam ASEAN, dan hukum internasional.
Pertemuan tersebut diikuti total 29 negara anggota ASEAN serta mitra-mitranya, juga ASEAN Secretariat dan Uni Eropa. Tingkat kehadiran pada forum tersebut sangat tinggi, meskipun pertemuan ASEAN diselenggarakan hanya beberapa hari setelah pertemuan para menteri Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Vilnius, Lithuania.
Ajang itu diikuti oleh sedikitnya 1.165 delegasi dan diliput 493 wartawan selama rangkaian AMM/PMC berlangsung. Seturut agenda AMM/PMC itu, digelar 18 pertemuan yang membahas antara lain Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ), pertemuan dengan Komisi HAM Antarpemerintah ASEAN (AICHR), pertemuan para menlu ASEAN dalam format plenary dan retreat.
Kemudian, pertemuan dilanjutkan dengan pertemuan para menlu ASEAN dengan negara mitra dialog yakni India, Selandia Baru, Rusia, Australia, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat, serta ASEAN Plus Three, East Asia Forum dan ASEAN Regional Forum. Dijadwalkan Menlu AS Antony J Blinken, Menlu Rusia Sergey Lavrov, Menlu Jepang Yoshimasa Hayashi, dan Menlu Korea Selatan Park Jin hadir di Jakarta untuk mengikuti rangkaian dialog ASEAN dan negara mitra tersebut.
Saat menyampaikan pidato pembukaan AMM ke-56, Selasa (11/7/2023), Menlu RI Retno Marsudi menegaskan kredibilitas ASEAN bisa dianggap besar ketika mampu menjaga persatuan dan sentralitasnya di kawasan Asia Tenggara. Tentunya dengan melaksanakan Piagam ASEAN secara konsisten khususnya dalam menavigasi dinamika di kawasan serta mengantisipasi pelbagai tantangan di masa depan
“Kita perlu mengirimkan pesan yang jelas bahwa ASEAN tidak akan pernah menjadi wakil dalam persaingan kekuatan besar,” ujar Menlu Retno, seraya menambahkan bahwa Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC) harus dipatuhi oleh semua mitra wicara ASEAN.
Yang jelas, ASEAN, harus menjadi pelopor dalam membangun arsitektur kawasan yang inklusif. Indonesia menekankan bahwa ASEAN juga harus menjadi yang terdepan dalam membangun arsitektur kawasan yang inklusif yang berlandaskan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Indo-Pasifik.
Untuk itu, ASEAN dinilai perlu memperluas kerja sama yang inklusif dengan kawasan lain, dengan melibatkan Forum Kepulauan Pasifik (PIF) dan Asosiasi Negara-negara Lingkar Samudera Hindia (IORA).
“Selanjutnya, kita perlu bergerak melampaui langkah-langkah membangun kepercayaan dan mengambil langkah berani untuk mencegah potensi konflik dan secara agresif memajukan perdamaian melalui diplomasi preventif. Hanya melalui ini, ASEAN dapat terus menjadi penting dan menjadi episentrum pertumbuhan,” tukas Menlu Retno.
Melalui forum ini, Indonesia juga mendorong penguatan langkah-langkah membangun kepercayaan sambil mulai memperkuat diplomasi pencegahan (preventive diplomacy). Untuk itu ASEAN Plus Three (mekanisme dialog dengan Tiongkok, Jepang, Korea) dapat direvitalisasi kembali. Mekanisme ini sangat penting bagi stabilitas dan kemakmuran kawasan Asia Pasifik.
Di samping itu, Indonesia juga meminta negara-negara pemilik senjata nuklir (NWS) untuk mengaksesi Protokol Traktat SEANWFZ. Sementara itu, Indonesia mendesak ASEAN untuk segera menyelesaikan pedoman untuk mempercepat penyelesaian negosiasi panduan tata perilaku (CoC) di Laut China Selatan.
Satu hal, menurut Menlu RI, Indonesia juga mendorong penyelesaian pembentukan ASEAN Maritime Outlook yang akan menjadi dokumen yang sangat strategis untuk memperkuat sinergi dan menghindari duplikasi kerja sama maritim, yang selama ini dilakukan oleh 12 badan sektoral ASEAN, serta sebagai rujukan negara mitra dalam kerja sama maritim dengan ASEAN.
Para menlu ASEAN dan negara mitra juga membahas kerja sama konkret dalam rangka memperkuat ketahanan pangan, arsitektur kesehatan kawasan, penguatan kerja sama maritim dan transisi energi termasuk ekosistem kendaraan listrik.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari