Pertumbuhan investasi ASEAN pada 2022 naik 5% dengan total investasi USD 224 miliar. Itu merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Seluruh anggota ASEAN serta perwakilan UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development) menghadiri AIA Council Meeting ke-26 di Semarang, Jawa Tengah, pada 19 Agustus lalu. Acara ini dipimpin Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia selaku ASEAN Investment Area (AIA) Council Chair.
UNCTAD adalah organisasi di bawah Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mempromosikan kepentingan negara berkembang terkait perdagangan dan investasi. Dalam konferensi itu, Direktur Divisi Investasi dan Bisnis UNCTAD James Zhan mempresentasikan Special ASEAN Investment Report (AIR) 2023 yang memotret pertumbuhan investasi ASEAN tahun 2022. Ada kenaikan 5% dengan total investasi USD224 miliar.
Pertumbuhan tersebut merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah di tengah arus investasi dunia yang turun hingga 12% di tahun yang sama. Penurunan pertumbuhan investasi tersebut didominasi oleh negara-negara maju yang dipacu oleh perang Rusia dan Ukraina yang mengakibatkan kenaikan harga pangan serta energi dunia.
James mengatakan, “Sangat kontras perbedaan arus investasi ke negara berkembang yang naik 4% dengan arus investasi global dan juga negara maju. Arus investasi ke Asia Tenggara bahkan meningkat hingga 5%, melampaui level global dan negara maju. Menteri-menteri Asia Tenggara telah berhasil dalam hal menarik investasi ke kawasan ini”.
Sementara itu, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyampaikan data tersebut sejalan dengan tema Keketuaan Indonesia ASEAN 2023. Di mana, kawasan ASEAN menjadi pusat pertumbuhan dunia atau epicentrum of growth. Namun Bahlil menekankan, pentingnya mengedepankan asas pemerataan investasi.
“Konsentrasi FDI pada segelintir golongan akan mengancam kesatuan ASEAN di masa depan. Pada 2022, 60% FDI yang masuk ke ASEAN hanya dinikmati oleh kurang dari 1% penduduk ASEAN. Ke depan, ASEAN perlu lebih memupuk kolaborasi secara konkret dalam upaya promosi dan fasilitas investasi agar ASEAN betul-betul dapat menjadi satu komunitas, satu rumah, satu keluarga,” ujar Bahlil.
UNCTAD dalam laporannya juga menggarisbawahi pertumbuhan manufaktur di ASEAN yang meningkat tajam. Tahun 2020 masa pandemi pertumbuhan manufaktur tetap tumbuh mencapai USD11 miliar saat seluruh dunia juga terpuruk.
Namun pemulihan di ASEAN berlangsung cepat. Terbukti pada 2021 ada lonjakan pertumbuhan sebesar 400% menjadi USD55 miliar dan tetap mampu naik di 2022 sebesar USD62 miliar.
Pertemuan AIA Council yang ke-26 ini merupakan bagian dari ASEAN Economic Ministers’ (AEM) Meeting yang dihadiri oleh perwakilan dari sepuluh negara ASEAN yang membidangi terkait isu investasi. UNCTAD didukung oleh Pemerintah Indonesia dalam menyusun kajian Special ASEAN Investment Report (AIR) 2023.
Kajian tersebut memuat tema International Investment Trends: Key issues and policy options, yang secara garis besar membahas tren FDI global dan kebijakan-kebijakan terkait FDI di dunia, isu-isu baru yang muncul, serta pilihan kebijakan terkait isu-isu baru dimaksud. Dalam sesi Pertemuan ASEAN Economic Ministers’ (AEM) Meeting - AIA (ASEAN Investment Area) Council itu, Bahlil Lahadalia selaku Ketua AIA (ASEAN Investment Area) Council menyampaikan optimismenya terkait industri kendaraan listrik (Electric Vehicle-EV) di kawasan ASEAN dan pentingnya kolaborasi antara negara anggota ASEAN dalam pengembangan ekosistem EV.
Menurut Bahlil, ASEAN harus terus meningkatkan capaiannya yang luar biasa dalam menarik investasi hijau dan berkelanjutan, dalam hal ini terkait dengan pengembangan EV. Apalagi, pada 2022, investasi dunia yang terkait dengan EV di ASEAN meningkat tajam hingga 570% mencapai USD18 miliar. Namun, Bahlil mengingatkan pentingnya untuk merumuskan formulasi bersama untuk pengembangan ekosistem EV di ASEAN.
Kawasan ASEAN terbukti menjadi tujuan utama investasi pengembangan ekosistem EV, hal ini terlihat di hampir semua negara anggota ASEAN telah memiliki program untuk mengembangkan EV. Ditambah lagi, sepuluh produsen EV global teratas semuanya hadir di ASEAN dan 9 dari 10 produsen baterai listrik aktif berinvestasi di kawasan ASEAN.
Senada dengan pernyataan Menteri Investasi, Deputi Direktur Jenderal Badan Investasi Asing Kementerian Perencanaan dan Investasi Vietnam Nguyen Anh Tuan mengungkapkan bahwa terdapat tren potensial untuk negara anggota ASEAN berkolaborasi mengembangkan investasi, khususnya Foreign Direct Investment (FDI) di sektor ekosistem EV. Nguyen menyampaikan perlunya solidaritas dan kolaborasi yang efektif dalam mengembangkan sektor potensial seperti EV agar bisa secara positif memberikan kontribusi pada pembangunan berkelanjutan.
“Saya percaya bahwa ASEAN mampu menjadi kawasan yang mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dan saya sepenuhnya setuju bahwa untuk menarik FDI dan juga untuk mengembangkan sektor potensial seperti kendaraan listrik, kita tidak bisa melakukannya sendiri, kita perlu bekerja sama,” ungkap Nguyen.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari