Indonesia.go.id - [SIARAN PERS] Rangkaian Presidensi G20, Kirab Budaya ”Nyawiji Nunggal Rasa” Pukau Pengunjung

[SIARAN PERS] Rangkaian Presidensi G20, Kirab Budaya ”Nyawiji Nunggal Rasa” Pukau Pengunjung

  • Administrator
  • Senin, 12 September 2022 | 22:12 WIB
G20

Siaran Pers

Senin, 12 September 2022

Tentang

Rangkaian Presidensi G20, Kirab Budaya ”Nyawiji Nunggal Rasa” Pukau Pengunjung

 

Kirab Budaya yang melibatkan 2000 warga dari 20 desa di kecamatan Borobudur memukau wisatawan mancanegara. Acara bertajuk “Nyawiji Nunggal Rasa” yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tekologi (Kemendikbudristek) dan digelar Senin (12/2022) sejak pukul 8.00 WIB tersebut, menempuh rute dari Candi Pawon menuju Candi Kebanggaan Indonesia, Borobudur, Magelang Jawa Tengah.

Wisatawan asal Belanda, Chistopher, mengatakan rela menanti sejak pagi untuk menyaksikan hingga akhir pertunjukan budaya tersebut. Ia pun mengungkapkan kekaguman dan merasa terkesima dengan atraksi budaya yang menurutnya begitu tradisional dan kaya makna.

“Nuansa budaya begitu kental dalam kemasan pementasan tari yang berbalut Kirab Budaya,” ujar Chistopher, saat ditemui Infopublik, Senin, (12/9/2022).

Hal senada disampaikan oleh, Renda, wisatawan yang juga berasal dari Belanda. Baginya kekayaan dan keragaman budaya Indonesia tak dimiliki oleh negara lain. “Indonesia sangat kaya akan budaya. Menakjubkan,” katanya.

Kirab Budaya dan Rapat Raksasa bertajuk "Nyawiji Nunggal Rasa", adalah bagian dari kegiatan Pertemuan Tingkat Menteri G20 di bidang Kebudayaan atau (Culture Ministers’ Meeting/CMM).

Kirab Budaya adalah gerak kirab massal yang melibatkan 2000 warga desa yang bergerak dari Candi Pawon ke lapangan Lumbini, Borobudur. Inilah gerak menari warga yang ditata secara koreografis menurut gagasan dan tradisi masing-masing desa. Kirab dipimpin oleh direktur artistik R.M Altiana serta diiringi arasemen musik oleh Trie Utami. 

Kirab Budaya dan Rapat raksasa G20 terdiri dari empat segmen kegiatan yakni Ritus 'Bangun Tuwuh' di Candi Pawon, Kirab Budaya 'Mulih Pulih' dari Candi Pawon menuju Candi Borobudur, Rapat Raksasa 'Nyawiji' di Taman Lumbini Candi Borobudur, dan Parade Seni 'Golong Gilig'.

Ritus 'Bangun Tuwuh' merupakan simbol dari harapan seluruh kalangan masyarakat untuk sebuah awal yang baru setelah dua tahun pendemi terjadi. Biji tanaman yang didoakan akan dibawa pulang dan ditanam, dengan harapan akan tumbuh subur bersama dengan tumbuh makmurnya kehidupan masyarakat.

Ritus doa bersama menjadi pembuka rangkaian kegiatan kirab, yang dilakukan oleh perwakilan dari 20 desa, perwakilan pemuka agama, dan pemuka adat nusantara. Kirab Budaya 'Mulih pulih' adalah gerak kirab massal yang melibatkan sekitar 2000 warga desa yang bergerak dari Candi Pawon ke lapangan Lumbini, Borobudur.

Karya-karya instalasi fauna yang ditampilkan adalah gambar yang ada di dinding Borobudur dan terbuat dari limbah dan tetumbuhan, seperti pelepah pisang, bambu dan daun pandan. Hasil tangan seni ini menemani gerak selama kirab berlangsung. Semuanya adalah gambaran semangat masyarakat untuk bergerak bersama membangun masa depan yang cerah dan berkelanjutan, usai hantaman pandemi COVID-19.

Kisah Jataka yang terpahat dalam relief Candi Borobudur diambil sebagai tema. Kisah tersebut memang menginspirasi warga tiap-tiap desa dalam penciptaan karya instalasi ragam fauna, yang diusung dalam gerak bersama barisan kirab.

Rapat Raksasa “Nyawiji” merupakan simbol solidaritas dengan sesama dan menyampaikan aspirasi melalui rangkaian pertunjukkan yang merupakan adaptasi artistik dari aneka isu yang telah didiskusikan dalam rangkaian kegiatan yang melibatkan pelaku budaya sebelumnya.

Kegiatan tersebut adalah bagian Program Pemajuan Kebudayaan Desa, salah satu program prioritas Direktorat Jendral Kebudayaan yang menitikberatkan pada proses pemberdayaan masyarakat yang melibatkan warga sebagai pemilik budaya.

Pada 2022 adalah tahun ke-2 Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, mendampingi warga Kawasan Borobudur untuk menemukenali kembali potensi budayanya, kemudian membuat program pengembangan sekaligus bagaimana pemanfaatannya untuk kehidupan berkelanjutan.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek selaku Koordinator Pertemuan Tingkat Menteri Kebudayaan G20, Hilmar Farid, menjelaskan  bahwa Kirab Budaya dan Rapat Raksasa etrsebut menjadi wujud nyata keterlibatan masyarakat desa dalam upaya bersama merayakan kehidupan dan diharapkan dapat kembali pulih tidak hanya lebih kuat namun juga tepat guna dan bermanfaat.

Antusiasme Warga

Pada kesempatan tersebut warga juga mempersiapkan berbagai makanan tradisional dan produk kuliner lokal andalan desa masing-masing untuk ikut diusung disaat kirab dan nantinya disajikan pada saat Kembul Bujana (Upacara Makan Bersama).

Keterlibatan masyarakat sekitar Candi Borobudur untuk turut menyukseskan acara Presidensi G20 Indonesia diakui Sekertaris Derah (Sekda) Kabupaten Magelang, Adi Waryanto, sangat besar.

Ditemui di sela acara kirab, Ia mengungkapkan hal tersebut terlebih, setelah mengetahui salah satu rangkaian acaranya di tingkat kebudayaan, Magelang, jadi salah satu tuan rumahnya.

Masyarakat sekitar dikatakan Adi, beranggapan jika gelaran Internasional tersebut menjadi kesempatan menunjukan kekayaan budaya adalah salah satu kekuatan untuk bangkit usai krisis akibat pandemi COVID-19.

“Dengan rasa memiliki (kekayaan budaya) yang besar mendorong masyarakat Kabupaten Magelang memeriahkan dan menyemarakan event Presidensi G20. Apalagi kebetulan juga Borobudur ini merupakan salah satu daerah wisata super prioritas,” katanya.

Kirab Budaya, yang menjadi rangkaian Pertemuan Tingkat Menteri bidang Kebudayaan (Culture Ministers’ Meeting/CMM) G20 tersebut, memberi motivasi masyarakat bangkit, tidak hanya dari sisi kebudayaan, tapi juga ekonomi.

“Setelah acara ini tentu akan banyak gagasan yang keluar, untuk tetap bisa berjalan gelaran event budaya seperti ini sehingga bisa menjadi suguhan terhadap wisatawan domestik maupun mancanegara,” terangnya.

Sementara salah satu warga Desa Giripurno Magelang, Wartini, menjelaskan, Ia dan semua warga memang antusias dengan kegiatan. Hal ini pula yang mendorong suaminya, turut terlibat langsung dalam pementasan di Kirab Budaya.

“Sebelum pementasan di acara Kirab Budaya, suami saya berlatih seminggu tiga sampai empat kali. Hal itu dilakukan untuk memberikan hasil yang memuaskan dan tidak mengecewakan. Masyarakat pun terlibat juga dalam pembuatan kostum,” ujarnya. (Foto: Agus Siswanto/Infopublik)

***

Untuk Informasi lebih lanjut, silakan menghubungi kontak di bawah ini.

Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo – Usman Kansong  (0816785320).