Indonesia.go.id - Skema Jenderal Doni dan Percepatan Laju Transaksi

Skema Jenderal Doni dan Percepatan Laju Transaksi

  • Administrator
  • Selasa, 5 Mei 2020 | 22:21 WIB
PASAR MODAL
  Layar menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Foto: ANTARA /Hafidz Mubarak

Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan bertahan di level 4.500-4.700. Laporan kuartal satu perbankan nasional akan mewarnai pergerakan IHSG. Isu pandemi Covid-19 masih menjadi variabel utama di pasar modal.

Pasar modal selalu haus akan kabar baik. Maka, pernyataan Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo, Rabu (29/4/2020), bahwa ada kemungkinan pandemi akan mereda pada Juni, disambut dengan antusias para pelaku bisnis saham pada hari esok harinya. Walhasil, menutup April dan menyambut long weekend, hari itu, IHSG di Bursa Saham Indonesia (IDX) naik 146,5 poin (+3,21%) ke level 4.713,8.

Kenaikan itu terasa spesial karena hari-hari sebelumnya pasar seperti tak henti-hentinya ada dalam tekanan. Data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) hari itu menunjukkan 246 saham menguat, 146 saham lain melemah dan 138 sisanya flat. Total nilai transaksi mencapai Rp7,3 triliun, dengan melibatkan 6,5 miliar unit saham yang berpindah tangan 508.381 kali. Transaksi ramai. Saham perbankan dan PT Telkom menjadi primadona.

Investor asing yang pada pagi mengambil “posisi buang” dan mencetak jual bersih (net sell) sebesar  Rp129,4 miliar, pada pembukaan sesi kedua berbalik memborong saham, dan mencetak beli bersih (net buy) sebesar Rp7,7 miliar. Hingga sesi penutupan, net buy para pemain asing mencapai Rp304 miliar. Mereka makin aktif dibanding sebelumnya.

Analis bursa saham dari Profinco Securitas Dimas Wahyu Putra Pratama mengatakan bahwa kabar baik di akhir April 2020 itu tak hanya dari Doni Monardo. Dari Amerika Serikat, kata Dimas, muncul kabar baik tentang obat baru remdesivir produksi Gilead Science, yang disebut terbukti bisa  membantu pasien bertahan dari serangan virus corona, dan karenanya obat  tersebut mendapat izin resmi untuk diedarkan secara luas.

Kabar baik itu disambut oleh bursa saham global, termasuk Asia. Indeks Shanghai Composite China menguat 1,3%, Nikkei Jepang terkerek 2,1%, dan Straits Times Singapura terapresiasi 2,1%. ‘’Reaksi positif akan muncul bila ada perkembangan yang dianggap signifikan dalam penanganan pandemi global ini,” Dimas Wahyu menambahkan.

 

Ancaman Baru

Namun kegairahan itu bertekan di awal  pekan ini. IHSG Bursa Indonesia terkoreksi 2,35% di Senin (4/5/2020) dan tertahan pada level 4.605. “Ada profit taking, ambil untung, setelah ada kenaikan di akhir pekan lalu,” kata Dimas Wahyu. Apa lagi, gairah profit taking itu dibarengi kabar buruk dari Gedung Putih, berupa rencana Presiden Donald Trump menetapkan tarif baru untuk barang produksi Tiongkok. Tuduhan terbarunya, Pemerintah Tiongkok tak terbuka dalam urusan informasi potensi penularan Covid-19.

Pernyataan dari Washington itu meniupkan sentimen negatif secara global. Gairah di bursa saham kembali tertekan, termasuk di wilayah Asia. Hangseng Index Hongkong turun sebesar 4,18%, Straits Times Singapura terkoreksi 2,22%, sedangkan bursa Jepang tutup sementara karena libur nasional.

Bursa saham Indonesia tak hanya ikut terpapar oleh hawa panas dari Washington. Di dalam negeri pun, menurut Dimas, ada berita yang kurang menyenangkan. Lembaga IHS Markit, yang bermarkas di London, melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia merosot ke angka 27,5. Jauh menurun dari bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011. Penurunan PMI ini mengindikasikan adanya kontraksi di dunia manufaktur Indonesia. Tak pelak lagi, IHSG pun terkoreksi.

Toh, Dimas Wahyu percaya, di hari-hari Ramadan ini, IHSG akan bergerak kisaran di 4.500 -4.700. Tak tampak ada potensi kabar buruk yang bisa menyeretnya jatuh lebih dalam. Dimas malah percaya, IHSG akan menguat bila pada hari-hari mendatang muncul laporan keuangan kuartal satu industri perbankan. ‘’Saham perbankan bisa menjadi pendorong IHSG bergerak naik,” ujarnya.

Yang  diharapkan oleh market, kata Dimas, bukan melulu neraca laba-rugi dalam satu kuartal. Lebih jauh, adalah proyeksi sampai akhir tahun. “Pemerintah telah memberikan komitmen bantuan untuk relaksasi. Nilainya ratusan triliun,” katanya. Dengan begitu, ada harapan kinerja perbankan masih lumayan di kuartal satu, surut di kuartal dua, dan membaik di kuartal tiga, sehingga bisa jadi mesin derek di bursa IDX. Sejauh ini, harga saham Bank BCA (BBCA), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank BNI (BBNI) masih oke.

Meski belum akan cepat melesat tinggi, Dimas Wahyu meyakini, saham-saham telko akan menguat ke depannya. Bahkan, saat ini  pun saham PT Telkom Tbk termasuk masih perkasa. Saat ini, industri provider layanan transmisi data masih dalam tahap konsolidasi finansial, setelah berinvestasi besar menyongsong era 5G.  Dengan demikian, kata Dimas Wahyu pula, dalam waktu dekat mereka tidak akan tampil menjadi lokomotif penggerak bursa saham IDX.

Yang masih akan terseok adalah harga saham komoditas serta minyak dan gas. Ekonomi dunia yang melambat, bahkan ada kemungkinan negatif, akan secara cepat menyebabkan gejala  panas-dingin untuk usaha komoditas. Ditambah oleh anjloknya harga minyak dunia, saham perusahan migas pun akan mengalami tantangan berat.

Dalam situasi yang berat ini, isu-isu yang terkait perkembangan pandemi Covid-19 akan menjadi unsur penting sebagai penggerak. Kalau ada gelagat kuat dunia akan bebas dari serangan virus corona ini, menurut Dimas Wahyu, pasar akan bangkit dan bergairah. Maka, ketika diumumkan  Negara Bagian California serta beberapa lainnya akan mengakhiri masa lockdown-nya, pasar modal pun bergairah. IHSG di BEI pun bergerak menuju 4.700 pada Selasa (5/5/2020) pagi.

 

Trading Halt

Wabah Covid-19 yang berjangkit dari Wuhan, Tiongkok, akhir Desember 2019 menyebar sangat cepat. Pemerintah Tiongkok pun mendeklarasikan Provinsi Hubei dan ibu kotanya, Wuhan, resmi lockdown per 23 Januari. Kondisi perekonomian Tiongkok yang tidak pasti memberikan tekanan ke bursa saham dunia. Maklum, Tiongkok berkontribusi pada 16 persen produk domestik bruto (PDB) dunia.

Memasuki Februari 2020, IHSG IDX tergelincir dari posisi 6.000-an ke level 5.900-an. Namun, secara angka itu terus menyusut. Saat Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus positif pertama Covid-19 pada 2 Maret 2020, IHSG hari itu ditutup turun 91 poin (1,67%) ke level 5.361. Penderita Covid-19 di Indonesia semakin bertambah. IHSG terus merosot dan cukup parah.

Pada perdagangan 9 Maret 2020, IHSG ditutup turun tajam hingga 6,5% ke level 5.136. Keadaan itu memaksa regulator dan pengawas pasar modal mengambil tindakan cukup drastis. Pada 10 Maret Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan opsi akan diterapkannya penghentian perdagangan atau trading halt dalam kondisi pasar modal mengalami tekanan. Itu sebagai tindak lanjut dari kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Atas kebijakan itu, BEI akan melakukan trading halt 30 menit jika terjadi penurunan 5%. Setelah itu bursa dibuka lagi, dan akan  diambil tindakan serupa bisa bursa kembali mengalami pelemahan 5% pada kesempatan kedua. Jika setelah trading halt kedua masih terjadi penurunan sampai 5% lagi, dan secara kumulatif 15%, maka perdagangan disetop, trading suspend.

Benar saja, pada perdagangan 12 Maret 2020, IHSG mengalami penurunan lebih dari 5%. Ketika itu,  IHSG terkoreksi 258 poin atau 5,01% ke level 4.895 pada pukul 15.33 WIB. Sejak itu, setidaknya sudah enam kali perdagangan saham dikenakan trading halt, dan terakhir 30 Maret lalu.

Selain itu ada juga kebijakan relaksasi buyback atau membeli kembali saham oleh perusahaan atau emitennya sendiri. Mereka boleh melakukan buyback tanpa harus melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terlebih dahulu. Tujuannya, agar emiten dapat menyelamatkan sahamnya sendiri di pasar modal.

Dengan segala kebijakan itulah IHSG IDX tak terperosok lebih dalam lagi. Sentimen negatif dikoreksi dengan sentimen positif. Isu utamanya tentu wabah Covid-19 itu. Gejala-gejala positif mulai muncul. Di beberapa  negara Eropa dan Timur Tengah, laju penularannya  sudah menyusut. Tiongkok dan Korea sudah berhasil mengendalikannya. Malaysia dan Thailand sudah melewati masa puncaknya. Dimas Wahyu yakin, titik balik akan terjadi bila IHSG sudah menggeliat menembus level 5.000.

Di Indonesia wabah memang masih berkecamuk. Namun, laju penularan yang ekstrim tidak  terjadi. Penambahan pasien positif Covid-19 tetap bertahan di kisaran 300-400 orang per hari dalam 25 hari terakhir, meski jumlah PDP (pasien dalam pengawasan) yang terdiagnosis semakin besar.

Dengan 59 laboratorium, yang mengoperasikan piranti diagnostik biomolekuler PCR, saat ini  6.000-7.000 pasien bisa diperiksa spesimen swabnya per hari. Itu tiga kali lipat dibandingkan  sebulan lalu. Sinyalemen Letjen Doni Monardo bahwa ada kemungkinan wabah mulai mereda di bulan Juni, sepertinya berpijak pada data yang valid. Dengan begitu, ada harapan transaksi di BEI bisa bergulir ramai, tanpa trading halt, tanpa suspend.

Hanya saja, Doni Monardo mewanti-wanti agar semua pihak turut membantu pelaksanaan skema kebencanaan, yakni taati  ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB ), pemeriksaan  masif dan tracing agresif untuk temukan pasien Covid-19, agar bisa segera dirawat dan diisolasi, supaya tidak menular, menjalankan protokol kesehatan, dan menunda perjalanan mudik lebaran.

 

 

Penulis: Putut Trihusodo
Editor: Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini