Indonesia.go.id - Menyikap Tabir Misteri Gereja Ayam

Menyikap Tabir Misteri Gereja Ayam

  • Administrator
  • Senin, 30 Desember 2019 | 19:50 WIB
PARIWISATA
  Gereja Ayam Magelang. Foto: Pesona Indonesia

Misteri Gereja Ayam membuat kru uji nyali sebuah stasiun televisi swasta, sempat menghentikan pengambilan gambar karena diganggu oleh makhluk penunggunya.

Setiap tempat wisata di Indonesia, selain menyimpan keindahan tak jarang juga menyimpan cerita misteri yang kadang membuat bulu kuduk berdiri. Cerita misteri juga terjadi pada Gereja Ayam yang belakangan menjadi happening dengan keindahan pemandangan yang dimilikinya. Saat itu tempat ini dijadikan sebagai ajang uji nyali. Tepatnya 2012, saat peserta dan para kru diboyong untuk melakukan uji nyali ditempat yang dirasa angker dan memiliki aura mistis.

Gereja ayam ini merupakan salah satu yang dijadikan tempat uji nyali, semua peserta yang ikut ternyata tidak berhasil. Hal ini dikarenakan aura mistis pada tempat gereja ayam ini cukup kuat. Ada beberapa kejadian aneh yang terjadi dan dialami oleh beberapa crew televisi. Sehingga membuat crew-crew cukup takut. Kejadian aneh dari gangguan makhluk perempuan atau bayangan besar dilakukan oleh penunggu dari gereja ayam ini. Lepas dari cerita misteri tersebut, Gereja Ayam tetap menarik tetap memiliki daya tarik yang besar untuk didatangi para wisatawan dalam maupun luar negeri.

Terletak di Desa Gombong, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Desa ini berjarak 2 kilometer dari area wisata Candi Borobudur.  Ada dua jalur perjalanan yang bisa ditempuh bagi para pengunjung bila ingin ke Gereja Ayam. Jalur pertama, bila membawa kendaraan pribadi langsung ke Gereja Ayam, perjalanan dimulai dari Yogyakarta maupun dari Magelang menuju ke Candi Borobudur. Setiba di depan Taman Candi Borobudur, pengunjung dapat menemukan papan petunjuk jalan yang menuju Bukit Rhema.

Jalur kedua, bisa dilakukan trekking dari Punthuk Setumbu yang merupakan jalur setapak berada di tengah hutan. Gereja Ayam mempunyai tujuh lantai, yang masing-masing lantainya mempunyai cerita yang berbeda-beda seperti cerita perjalanan spiritual manusia, cerita makna doa, kebaikan Tuhan, dan kearifan lokal. Semua cerita tersebut dituangkan dalam lukisan yang saling berhubungan dan memiliki pesan moral.  Pada lantai pertama, bermakna seorang manusia yang lahir suci mulai belajar mengenal dunia dari merangkang sampai berjalan. Fungsinya di lantai satu ini adalah orang dengan latar belakang apapun datang untuk berdoa.

Di lantai kedua, artinya manusia telah dewasa bisa membedakan mana yang baik dan buruk yang di hadapi dalam kehidupan. Selanjutnya di lantai ketiga ini menggambarkan tentang kenakalan dan pergaulan bebas, dimana kenakalan remaja dan narkoba. Tak heran bila Bukit Rhema pernah mengelola rehabilitasi kenakalan remaja, narkoba dan gangguan jiwa. Untuk lantai keempat menggambarkan keanekaragaman, seni, dan budaya yang ada di Indonesia. Bukit Rhema juga pernah dijadikan tempat belajar bagi anak panti membatik dan mengenalkan budaya di Indonesia. Lantai kelima, artinya bercerita tentang seorang yang jatuh lalu melihat pemandangan sekitar bukit, lalu termotivasi untuk bangkit dan memiliki keyakinan dan harapan. Lalu lantai keenam menggambarkan mulut pada bagian Bukit Rhema sebagai terbuka.  Mengartikan bahwa manusia pernah mengalami masa sulit tetap akan merasakan kebahagiaan di masa-masa akan datang. Di lantai tujuh yang merupakan lantai terakhir menggambarkan bahwa manusia harus bersyukur. Karena kita masih bisa menghirup udara segar dan melihat pemandangan.

Petunjuk Gaib.

Fenomena Film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC) yang mengambil lokasi syuting di beberapa tempat, salah satunya adalah Gereja Ayam maka bangunan yang masih belum selesai ini menjadi hits. Banyak orang yang pergi ke Borobudur atau Magelang banyak yang melanjutkan perjalanannya ke Gereja Ayam. Tak heran bila ketenaran Gereja Ayam yang sebelumnya dikenal misteri justru malah mengundang banyak orang.

Berdirinya Gereja Ayam pada 1992 sendiri mengalami sejarah panjang. Adalah Daniel Alamsyah yang memiliki ide untuk mendirikan Gereja Ayam di atas bukit Rhema. Pria kelahiran Lampung pada 17 Oktober 1943 melalui pergumulan batin mendapatkan sebuah petunjuk mimpi tentang membangun rumah berdoa di perbukitan asing yang belum pernah dia kunjungi. Sampai pada 1988, Daniel dan keluarga mengunjungi kawasan Borobudur bertemu dengan seorang pemuda yang asli dari sana yang bernama Jito.

Dari pemuda tersebut, Daniel mengetahui ada sebuah bukit di Dusun Gombong, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Magelang. Setelah berdoa semalam suntuk, Daniel seperti mendapat pesan ajaib yang kemudian hari dinamakan Bukit Rhema bagi umat Kristiani berarti firman yang hidup. Tahun 1992, rumah doa mulai dibangun. Lalu pada tahun 1996 proses pembangunan sempat terhenti karena krisis moneter.

Bangunan rumah doa ini sempat dimanfaatkan tidak hanya sebagai tempat ibadah. Penggunaannya mulai dari tempat panti rehabilitasi bagi anak-anak yang kekurangan fisik, orang ketergantungan narkoba, orang kurang waras, dan anak muda yang memiliki masalah. Tapi sayangnya pada 2000, gereja ini sempat ditutup karena penolakan warga. Baru 2014 tempat wisata ini dibuka untuk umum. Jam operasional atau jam buka bukit rhema dibuka setiap hari mulai pukul 05.30 - 17.00 WIB, dengan waktu buka yang lama maka wisatawan dapat puas menjelajahi bukit rhema dan apa yang ada disekitarnya. Harga tiket masuk yang tidak menguras kantong, membuat wisata ini banyak diminati. (K-GR)