Indonesia.go.id - Wujud Bakti Kapal Kebanggaan Bangsa

Wujud Bakti Kapal Kebanggaan Bangsa

  • Administrator
  • Sabtu, 7 Maret 2020 | 03:54 WIB
PROFIL KRI DR SOEHARSO
  Kapal rumah sakit KRI dr Soeharso bersandar di Dermaga Madura, Komando Armada II Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/2/2020). Pemerintah menggunakan kapal ini sebagai sarana evakuasi WNI dari kapal Diamond Princess dan World Dream menuju Pulau Sebaru Kecil.Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono

Misi rutinnya, kegiatan kemanusiaan di pulau-pulau terluar. Saat wabah Covid-19 mengancam warga dunia, kapal rumah sakit inipun kembali membaktikan diri.

Namanya KRI dr Soeharso. Tidak seperti kapal perang pada umumnya, KRI bernomor lambung 990 milik TNI-Angkatan Laut ini memiliki fungsi sebagai rumah sakit terapung dengan perlengkapan tercanggih yang dipunyai Indonesia.

Kehadiran rumah sakit terapung menjadi keniscayaan bagi negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau besar dan kecil serta lautan seluas 3.257.483 kilometer persegi (km2), nyaris dua pertiga lebih luas dari daratan yang membentang seluas 1.922.570 km2.

Sosok gagah KRI dr Soeharso mampu dimobilisasi secara cepat bagi kepentingan kemanusiaan, baik di saat damai maupun perang. Tak beda dengan rumah sakit yang ada di darat, KRI dr Soeharso sebagai kapal rumah sakit telah dilengkapi dengan 1 ruang unit gawat darurat (UGD), 1 ruang intensive care unit (ICU), 1 ruang pascaoperasi, 3 ruang bedah (2 steril, 1 nonsteril), 6 ruang poliklinik, 14 ruang penunjang klinik, dan 2 ruang perawatan dengan kapasitas masing-masing 20 tempat tidur.

Tidak itu saja. Kapal rumah sakit itu juga didukung oleh tenaga medis yang mumpuni. Sebanyak 51 dokter spesialis selalu siaga dan siap melakukan pelayanan kesehatan bagi 2.000 pasien di kapal tersebut.

Diawaki 75 anak buah kapal (ABK) dan 65 staf medis, kapal itu mampu menampung 40 pasien rawat inap. Untuk keadaan darurat, KRI dr Soeharso dapat menampung 400 pasukan dan 3.000 penumpang.

Kapal inilah yang pada akhir Februari lalu ditugasi mengangkut 188 anak buah kapal (ABK) asal Indonesia yang bekerja di kapal pesiar World Dream dan 69 ABK Diamond Princess. ABK dari dua kapal berbeda itu dijemput secara terpisah, masing-masing di Selat Durian, perairan Kepulauan Riau, dan di PLTU Indramayu. Para ABK itu kemudian diantarkan ke Pulau Sebaru Kecil guna menjalani karantina untuk diobservasi terkait wabah Covid-19 yang mendunia.

Kendati KRI dr Soeharso memiliki ciri umum seperti halnya kapal perang lain milik Indonesia, yakni ada bendera merah putih yang berkibar di puncak menara dan didominasi warna abu-abu muda, cukup mudah untuk membedakan kapal ini dengan KRI lainnya. Pasalnya, di bagian tengah lambung kapal rumah sakit itu diterakan logo palang merah yang berukuran relatif besar.

https://indonesia.go.id/assets/img/assets/1583553525_RAGAM_KRISOEHARSO2.jpg" />

Personel TNI Angkatan Laut merapikan tempat tidur di kapal rumah sakit KRI dr Soeharso di Dermaga Madura, Komando Armada II Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/2/2020). Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono

 

Mengenang Jasa

Penamaan KRI dengan bobot mati 11.394 ton, panjang 122 meter, lebar 22 meter, dan kedalaman 4,9 itu merupakan bentuk penghormatan terhadap seorang dokter spesialis bedah tulang (orthopedi), yakni Profesor dr Soeharso. Soeharso diketahui banyak membantu dan memberikan rehabilitasi medis kepada para pejuang kemerdekaan yang mengalami cacat tubuh akibat perang. Jasa besarnya membuat Soeharso diabadikan pula sebagai nama rumah sakit khusus orthopedi dan rehabilitasi di Solo, Jawa Tengah.

Sebelum dialihfungsikan menjadi kapal rumah sakit, kapal bernomor lambung 972 itu bernama KRI Tanjung Dalpele. Kapal itu berfungsi sebagai kapal bantu angkut personel (BAP) dan kapal bantu rumah sakit (BRS).

Di kapal itu, dua unit helikopter besar jenis Super Puma atau tiga helikopter ringan dapat mendarat secara bersamaan. KRI Tanjung Dalpele tersebut diklasifikasikan sebagai Landing Platform Dock (LPD). TNI-AL juga memiliki unit lain kapal perang berjenis LPD, yakni KRI Surabaya dan KRI Makassar.

Dalpele sendiri merupakan nama sebuah tanjung yang terletak di pulau paling timur gugusan pulau di Provinsi Papua. Di tanjung itulah para sukarelawan yang terdiri atas putra-putri terbaik Indonesia rela mengorbankan jiwa ketika berlangsungnya Operasi Komando Trikora untuk membebaskan Irian Barat.

KRI produksi galangan Daesun Shipbuilding and Eng Co Ltd, Busan, Korea Selatan itu tiba di Indonesia pada 21 September 2003. Merujuk fungsinya sebagai kapal perang jenis LPD, KRI itu juga mampu mengangkut 14 truk/tank dengan bobot per truk 8 ton, 3 helikopter tipe Super Puma, 2 Landing Craft Unit (LCU) tipe 23 M, dan 1 hovercraft.

Tepatnya pada 17 September 2008 kapal ini beralih fungsi dan berubah nama menjadi KRI dr Soeharso. Meskipun menjalankan fungsi kemanusiaan, KRI dr Soeharso tetaplah kapal perang. Oleh karenanya, kapal itu dilengkapi persenjataan berupa 2 pucuk meriam Penangkis Serangan Udara (PSU) Rheinmetall 20 milimeter. Tenaga penggeraknya adalah mesin diesel.

Kapal perang tipe rumah sakit senilai USD37,5 juta atau sekitar Rp525 miliar dengan kurs Rp14.000 per 1 USD ini juga dilengkapi sebuah hanggar untuk menampung satu unit helikopter atau sebagai bengkel perawatan helikopter.

Kapal rumah sakit yang sejak 2017 dinakhodai Letkol Laut (P) Alfred Daniel Matthews itu telah menjalankan begitu banyak misi kemanusiaan di seluruh Indonesia. Mulai dari bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 2004 silam, gempa di Sumatra Barat pada 2009, operasi penanggulangan bencana kabut asap Kalimantan 2015, misi kemanusiaan ke Timor Leste pada 2016, dan gempa Lombok serta Palu di 2018.

Setiap tahunnya, KRI dr Soeharso juga ikut dalam misi kemanusiaan Operasi Bhaskara Jaya, yang digelar di pulau-pulau terdepan, dengan wujud memberikan pengobatan gratis dan penyuluhan bagi ibu dan balita. Kini, menghadapi Covid-19 yang menjangkiti puluhan ribu warga dunia, KRI kebanggaan itu pun kembali dituntut untuk membaktikan diri pada negeri tercinta, Indonesia.

 

Penulis: Anton Setiawan
Editor: Firman Hidranto/Ratna Nuraini