Tekad Pemerintah Indonesia untuk membebaskan warganya dari kungkungan wabah Covid-19 tidak pernah lekang, kendati pengiriman sebagian vaksin sempat terkendala akibat terjadinya gelombang ketiga pandemi di sejumlah negera.
Sebuah lift barang tampak perlahan menurunkan sebuah benda yang berbentuk persegi panjang setinggi ukuran tubuh pria dewasa dari pintu bagasi pesawat Garuda Indonesia, pada Minggu (18/4/2021) siang. Segera setelahnya, kotak kontainer itu langsung dipindahkan ke tow truck and baggage trailer dan dibawa menjauh dari areal parkir pesawat.
Kendati tampak sigap, sikap kehati-hatian jelas ditunjukkan oleh enam kru yang mengurus pemindahan kontainer berisi kiriman bahan vaksin tahap kedelapan itu, sebanyak enam juta bulk vaksin. Bahan vaksin besutan perusahaan farmasi Tiongkok, Sinovac, itu kemudian dibawa ke lokasi penyimpanan untuk kemudian diolah oleh tim dari Bio Farma.
Usai memantau kedatangan bahan vaksin tersebut, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, kedatangan itu merupakan bagian dari rencana pengiriman total 140 juta bulk vaksin pada 2021. Menurut Menteri Budi, hingga kini total telah diterima sebanyak 59,5 bulk vaksin dari Sinovac, yang jika dikonversi dalam dosis, maka menjadi sebanyak 47 juta dosis.
“Sampai sekarang sudah ada 22 juta dosis dari 47 juta yang sudah diterima, sudah didistribusikan ke seluruh daerah,” katanya.
Dengan masuknya enam juta bulk vaksin itu, Menteri Budi mengatakan, satu bulan ke depan maka bisa tersedia tambahan 20-an juta dosis vaksin hasil produksi Biofarma. “Dengan demikian kita harapkan program vaksinasi di daerah, di seluruh provinsi, kabupaten/kota bisa berjalan dengan baik dan lancar,” katanya.
Menteri Budi pun berpesan kepada para kepala daerah agar terus menjalankan vaksinasi. Apalagi, dia mengingatkan, Majelis Ulama Indonesia sudah mengatakan bahwa vaksinasi tidak membatalkan puasa selama Ramadan.
“Hal yang penting juga untuk diingat adalah, saat Ramadan, banyak keluarga yang ingin bertemu para orang tua, sehingga prioritas vaksinasi saat ini adalah untuk lansia,” paparnya.
Situasi Khusus
Setidaknya, sudah tujuh kali perusahaan farmasi Tiongkok, Sinovac, mengirimkan vaksin atau bahan vaksin ke Indonesia. Pengiriman pertama dilakukan pada 6 Desember 2020, sebanyak, 1,2 juta dosis Coronavac, dalam bentuk jadi. Pengiriman kedua juga dilakukan dalam bentuk jadi sebanyak 1,8 juta dosis, pada 31 Desember 2020.
Pengiriman ketiga vaksin buatan Sinovac yang tiba di tanah air pada 12 Januari 2021 itu terbagi dalam dua jenis. Yakni, sebanyak 15 juta bulk/bahan baku dan 1,5 juta overfill atau setengah jadi. Totalnya 16,5 juta dosis Sinovac. Pada pengiriman keempat, Sinovac mengirimkan total 11 juta dosis, dengan perincian 10 juta bulk/bahan baku ditambah 1 juta overfill atau setengah jadi pada 2 Februari 2021.
Lalu pada pengiriman kelima, sebanyak 10 juta dosis Sinovac bulk dikirimkan pada 2 Maret 2021. Pengiriman keenam dilakukan Sinovac dan tiba di tanah air pada 25 Maret 2021, sebanyak 16 juta dosis bulk, termasuk 1,5 juta overfilled dalam bentuk bulk atau bahan baku.
Kendati pengiriman pada Minggu siang kemarin, bukan yang pertama, boleh dikata, itu merupakan momentum yang istimewa. Betapa tidak. Di saat banyak negara dirudung persoalan kelangkaan vaksin, yang terjadi akibat lonjakan kasus positif di sejumlah negara produsen, Indonesia justru kembali menerima kiriman bahan bahan vaksin.
Memang, sebagaimana dikatakan Menkes Budi, pengiriman vaksin Sinovac itu merupakan bagian dari kesepakatan kerja sama dua negara Indonesia-Tiongkok, dengan total jumlah sebanyak 140 juta dosis pada 2021. Namun, tentunya kedatangan di tengah situasi global yang khusus itu tidaklah sekadar buah dari kesepakatan.
Diketahui, pada awal April lalu, tiga menteri dari Indonesia bertolak ke Tiongkok. Salah satunya adalah Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi. Bersama dengan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan Menteri BUMN Erick Thohir, Menlu Retno berkunjung untuk membahas berbagai isu yang menjadi kepentingan bersama, termasuk kerja sama vaksin.
Selama di Tiongkok, para Menteri telah melakukan pertemuan bersama dengan State Councilor/Menlu RRT Wang Yi dan Sekretaris Partai Provinsi Fujian serta pertemuan terpisah dengan masing-masing pimpinan K/L di Tiongkok yang merupakan mitra kerja masing-masing menteri dan berbagai perusahaan Tiongkok yang sudah memiliki kerja sama dengan Indonesia dan berminat mengembangkan bisnisnya di Indonesia.
Salah satu isu utama yang diangkat dalam kunjungan para menteri ke Tiongkok itu adalah kerja sama pengadaan vaksin Covid-19 maupun potensi pengembangan kerja sama antara perusahaan vaksin Tiongkok dengan perusahaan lokal di Indonesia. Tidak hanya untuk membantu Indonesia dalam penyediaan vaksin mandiri, juga untuk mendukung Indonesia menjadi regional hub untuk produksi vaksin di kawasan.
Mengingat urgensi penyediaan vaksin di Indonesia, Menlu Retno menekankan pentingnya perusahaan-perusahaan vaksin Tiongkok yang telah menandatangani komitmen dengan Indonesia untuk segera memenuhi jadwal penyediaan vaksin yang telah disepakati bersama.
Posisi Atas di Asteng
Untuk urusan vaksin, kata yang tepat untuk menggambarkan kinerja Pemerintah Indonesia adalah “super”. Sebab dari catatan yang ada tampak bahwa kegigihan mendatangkan vaksin demi menjauhkan warga bangsa ini dari amukan virus SARS COV-2 melalui penciptaan herd immunity tak hanya digelar saat dunia menghadapi kelangkaan vaksin, melainkan sejak jauh-jauh hari.
Saat belum banyak negara melakukan pendekatan ke negara-negara produsen vaksin ataupun badan dunia, Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah cepat. Tak heran pada awal-awal pandemi, Pemerintah Indonesia bahkan sudah mendapatkan komitmen vaksin sebanyak 426 juta dosis. “Ya Alhamdulillah (hasilnya) karena sejak awal, sejak Agustus (2020), kita sudah mulai pendekatan dengan produsen-produsen vaksin," sebagaimana pernah disampaikan Presiden Jokowi.
Indonesia bahkan menjadi satu-satunya negara bukan penghasil vaksin yang dapat melaksanakan vaksinasi secara massal. Perintah untuk menggelar vaksinasi massal bahkan telah disampaikan Presiden Jokowi sejak jelang pertengahan Februari 2021, tepatnya dalam
"Peresmian Pembukaan Musyawarah Nasional VI Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) 2021" di Istana Negara yang ditayangkan virtual di YouTube Sekretariat Presiden. "Harus ada yang dalam bentuk massal. Kumpulkan bisa di GOR, kumpulkan di balai kota dan jumlah yang banyak," kata Jokowi.
Tercatat, ada sebanyak 215 negara yang berebut untuk mendapatkan vaksin. Tapi hanya sekitar 42 negara di dunia yang bisa menjalankan program vaksinasi Covid-19.
Upaya keras dan langkah panjang lewat diplomasi yang digelar pemerintah Indonesia memang telah membuahkan catatan positif tersendiri. Terbukti, Indonesia kini telah berhasil meraih posisi atas pada program vaksinasi Covid-19 di Asia Tenggara. Di mana Indonesia unggul dalam persentase populasi yang mendapat satu dosis vaksin, serta total pemberian jumlah dosis vaksin.
Berdasarkan data Our World in Data, Senin (8/3/2021), Indonesia berada di peringkat dua dalam persentase populasi yang sudah mendapat vaksin Covid-19. Sedangkan peringkat pertama diisi Singapura yang memiliki populasi relatif sedikit.
Sedangkan vaksinasi di beberapa Asia, seperti Singapura, Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang, mengalami "keterlambatan" karena mereka harus menunggu vaksin Pfizer dari Eropa. Secara global, Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Eropa berada di posisi puncak dalam hal pemberian dosis vaksin Covid-19.
Penulis: Ratna Nuraini
Redaktur: Elvira Inda Sari