Indonesia.go.id - Satelit Nano Buatan Kadet Unhan Menembus Langit

Satelit Nano Buatan Kadet Unhan Menembus Langit

  • Administrator
  • Rabu, 2 Juli 2025 | 09:29 WIB
TEKNOLOGI
  Satelit nano RIDU-Sat 1 pada Selasa, 24 Juni 2025, pukul 05.26 WIB. Peluncuran menggunakan roket Falcon 9 Transporter 14 Rideshare milik SpaceX ini menandai era baru penguasaan teknologi satelit di Indonesia melalui program riset universitas. KEMENHAN
Lebih dari 35 ground station radio amatir di seluruh Indonesia juga ikut memantau dan menyambut sinyal RIDU-Sat 1. Peluncuran ini menjadi momen kolaborasi nasional yang langka dalam bidang teknologi antariksa.

 

 

RUBRIK RAGAM IGID 29 JUNI 2029

TEKNOLOGI

 

Satelit Nano Buatan Kadet Unhan Menembus Langit

TAICING: Lebih dari 35 ground station radio amatir di seluruh Indonesia juga ikut memantau dan menyambut sinyal RIDU-Sat 1. Peluncuran ini menjadi momen kolaborasi nasional yang langka dalam bidang teknologi antariksa.

Langit Sentul terasa berbeda pagi itu. Suara lantang hitungan mundur terdengar dari dalam ruang Stasiun Bumi Satelit Amatir (SBSA) Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), disambut detak jantung yang berdebar bagi para petinggi dan kadet Unhan. Tepat pukul 04.26 WIB, Selasa (24/6/2025), roket Falcon 9 milik SpaceX meluncur dari Vandenberg, California, Amerika Serikat. Momen tersebut membawa mimpi anak-anak bangsa: RIDU-Sat 1, satelit nano buatan para kadet Unhan RI. "Ini bukan sekadar peluncuran satelit. Ini peluncuran harapan," kata Letjen TNI (Purn) Dr. Anton Nugroho, Rektor Unhan RI, dengan suara bergetar menahan haru.

Bagi para kadet Unhan RI, momen ini adalah hasil dari perjalanan panjang. RIDU-Sat 1, satelit kecil berukuran hanya 10x10x11,3 cm, lahir dari tangan mereka sendiri. Satelit ini dirancang sejak 2023 dalam program penguatan sumber daya manusia yang digagas Presiden Prabowo Subianto saat masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan.

Dalam waktu kurang dari dua tahun, para kadet ini tak hanya belajar teori, tetapi juga mengintegrasikan dan menguji satelit mereka secara langsung di Berlin, Jerman, bersama Berlin Nanosatelliten Allianz (BNA). Mereka merakit, mengecek, dan mempersiapkan setiap baut dan kabel, hingga akhirnya hari itu tiba: RIDU-Sat 1 dilepaskan ke orbit polar setinggi 519 km.

Bukan Satelit Biasa

RIDU-Sat 1 bukan sekadar alat di angkasa. Satelit nano ini membawa misi penting: memperkuat sistem komunikasi darurat Indonesia. Menggunakan teknologi Automatic Packet Reporting System (APRS), RIDU-Sat 1 dapat menjadi tulang punggung komunikasi di daerah bencana, khususnya di wilayah terluar dan terdepan yang sering kesulitan jaringan.

“Kalau terjadi bencana di pelosok, sinyal hilang, satelit ini bisa membantu mengirimkan informasi penting,” jelas Mayor Chk (K) Rahmawati, salah satu dosen pembimbing program RIDU-Sat.

Ini adalah lompatan besar. Di masa lalu, mahasiswa Indonesia yang ingin terlibat dalam pengembangan satelit harus bergantung pada program internasional. Kini, mereka memiliki satelit sendiri yang tidak hanya dirancang di atas kertas, tetapi benar-benar mengudara dan dikendalikan dari tanah air.

 

Detik-Detik yang Menegangkan

Peluncuran RIDU-Sat 1 diangkut oleh roket Falcon 9 Transporter-14 Rideshare Mission bersama 71 satelit lainnya. Satelit buatan kadet Unhan dilepaskan dari dispenser pada urutan ketujuh, tepat pada T+00:50:00 atau pukul 05.16 WIB. Momen itu menjadi klimaks dari perjalanan panjang mereka.

Sesuai protokol internasional, RIDU-Sat 1 memasuki fase radio silent selama tiga jam untuk stabilisasi daya dan orientasi. Di dalam ruang kontrol SBSA, para kadet dan dosen menunggu dengan cemas. Mereka menghitung waktu menuju kontak perdana yang diprediksi akan terjadi sekitar pukul 12.00 WIB, ketika satelit melintasi langit Sentul.

Begitu sinyal pertama tertangkap, ruangan meledak dalam sorak-sorai. Tangis haru dan pelukan menyebar. “Komunikasi pertama sukses! Satelit kita hidup! seru Kadet Ahmad Faisal yang memimpin tim operasional ground station hari itu.

Bagi mereka, ini bukan hanya keberhasilan teknis. Ini adalah pencapaian emosional, bukti bahwa anak bangsa mampu menembus batas.

Kolaborasi Nasional dan Internasional

Keberhasilan ini tidak datang sendiri. RIDU-Sat 1 merupakan hasil kolaborasi multi-pihak yang melibatkan Unhan RI, Kementerian Pertahanan RI, Berlin Nanosatelliten Allianz (BNA), Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN, dan Amatir Satelit Indonesia (AMSAT-ID).

Lebih dari 35 ground station radio amatir di seluruh Indonesia juga ikut memantau dan menyambut sinyal RIDU-Sat 1. Peluncuran ini menjadi momen kolaborasi nasional yang langka dalam bidang teknologi antariksa.

Menurut Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoedin, program RIDU-Sat merupakan bentuk nyata dukungan Kemhan untuk memperkuat penguasaan teknologi strategis oleh anak bangsa. "Ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang menempatkan penguatan sumber daya manusia STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika) sebagai prioritas pertahanan jangka panjang," ungkapnya.

RIDU-Sat 1 melanjutkan tradisi pengembangan satelit nano di tingkat universitas setelah proyek Linusat-1 (2011) dan Surya Satellite-1 (2022). Namun, untuk pertama kalinya, sebuah universitas pertahanan menjadi operator satelit nano dengan ground station sendiri.

RIDU-Sat 1 adalah awal dari langkah besar. Unhan RI telah merancang roadmap pengembangan satelit selanjutnya dengan dukungan penuh Kemhan RI. "Kami tidak berhenti di sini. Kami ingin menjadikan Indonesia mandiri dalam teknologi satelit dan komunikasi antariksa," tegas Letjen TNI (Purn) Anton Nugroho.

an Indonesia yang luas dan beragam.

Dalam waktu dekat, Unhan RI berencana mengembangkan misi lanjutan untuk penguatan komunikasi militer dan sistem pemantauan wilayah maritim.

Bagi Kadet Ahmad Faisal dan rekan-rekannya, RIDU-Sat 1 bukan sekadar satelit. "Ini mimpi kami yang terbang," katanya. Ia berharap peluncuran ini menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia lainnya untuk berani bermimpi dan membuktikan kemampuan.

Peluncuran RIDU-Sat 1 telah membuka lembaran baru. Dari Sentul, dari tangan para kadet muda, Indonesia menunjukkan bahwa bangsa ini mampu menembus batas, mengejar kemandirian teknologi, dan mengisi langitnya sendiri dengan karya anak bangsa. Langit Indonesia kini makin ramai dengan satelit buatan dalam negeri.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto

Redaktur: Untung Sutomo