Peluang besar untuk anak muda untuk menggeluti lapangan kerja hijau. Pekerjaan tersebut tersebar di sektor pembangkit tenaga surya, hidro, pumped storage, angin, panas bumi, biomassa, biogas, hingga pembangkit tenaga laut.
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata, Jawa Barat, menjadi salah satu contoh keberhasilan proyek energi hijau yang berdampak langsung bagi lingkungan dan masyarakat. PLTS yang berdiri di atas area 200 hektare ini mampu menghasilkan listrik hingga 145 megawatt (MWac) atau setara 192 megawatt-peak (MWp). Selain berkontribusi pada penyediaan energi bersih, PLTS Cirata mampu mengurangi emisi karbon lebih dari 200 ribu ton per tahun, setara dengan penanaman 10 juta pohon.
Setidaknya lebih dari 1.400 tenaga kerja lokal dilibatkan dalam pembangunan proyek ini. Mereka mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan di sektor energi terbarukan, yang pada akhirnya membuka jalan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Berlokasi di Waduk Cirata, PLRS itu membentang di tiga wilayah, yaitu Purwakarta, Cianjur, dan Bandung Barat, proyek ini menegaskan komitmen Indonesia dalam mendorong energi bersih dan berkelanjutan.
Berkaca dari proyek Cirata itu, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tetap menempatkan pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai prioritas nasional. Tujuannya tidak hanya untuk mencapai target transisi energi dan Net Zero Emission pada 2060, tetapi juga sebagai strategi penciptaan lapangan kerja dalam skala besar. Pemerintah menargetkan terciptanya 1,7 juta lapangan kerja baru dalam sepuluh tahun ke depan, dengan lebih dari 760 ribu di antaranya merupakan green jobs—pekerjaan yang berkontribusi langsung pada pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Pemerintah sendiri telah menetapkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025–2034 menjadi peta jalan penting bagi akselerasi pemanfaatan energi hijau di Indonesia. Dalam rencana tersebut, sekitar 76 persen dari tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 GW hingga 2034 akan berasal dari energi terbarukan dan sistem penyimpanan energi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, sektor pembangkitan diproyeksikan menyerap 836 ribu tenaga kerja, dengan lebih dari 91 persen di antaranya merupakan green jobs alias lapangan kerja hijau. “Ini peluang besar untuk anak muda kita. Lapangan kerja hijau ini akan tersebar di pembangkit tenaga surya, hidro, pumped storage, angin, panas bumi, biomassa, biogas hingga pembangkit tenaga laut,” kata Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta, akhir Mei 2025.
Secara perinci, seperti dilansir dari laman Kementerian ESDM, potensi lapangan kerja di sektor pembangkitan dari berbagai sumber EBT terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) mampu menyerap 348.057 tenaga kerja, Pembangkit Listrik Tenaga Air/Mini Hidro (PLTA/M) mampu menyerap 129.759 tenaga kerja, PLTA Pump Storage mampu menyerap 94.195 tenaga kerja.
Selanjutnya, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) mampu menyerap 58.938 tenaga kerja, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) mampu menyerap 42.700 tenaga kerja dan sistem penyimpanan energi baterai juga berpotensi dengan menyerap 68.193 tenaga kerja.
Selanjutnya, Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) mampu menyerap 7.197 tenaga kerja, Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) mampu menyerap 1.481 tenaga kerja. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) mampu menyerap 2.429 tenaga kerja dan yang terakhir, Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) mampu menyerap 341 tenaga kerja.
Proyek-proyek ini tidak hanya menyerap tenaga kerja pada fase konstruksi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja berkelanjutan pada fase operasi berbasis komunal, pemeliharaan panel surya, dan manufaktur peralatan EBT. Model ini dinilai efektif dalam membangun ekonomi lokal dan memperkuat kemandirian energi desa.
Elektrifikasi Desa dan Peluang Kerja di Wilayah 3T
Pengembangan lapangan kerja hijau di sektor EBT tentunya terkait dalam upaya mempercepat pemerataan pembangunan. Presiden Prabowo Subianto menargetkan seluruh desa di Indonesia dapat menikmati akses listrik dalam empat tahun ke depan. PLTS skala kecil dan komunal dipilih sebagai solusi untuk mengatasi tantangan elektrifikasi, terutama di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) yang sulit dijangkau jaringan listrik konvensional.
“Kita targetkan seluruh desa terang dalam empat tahun. Ini bukan sekadar janji, ini komitmen,” tegas Presiden Prabowo saat meresmikan Pengoperasian dan Pembangunan Proyek Energi Terbarukan di 15 Provinsi serta Peningkatan Produksi Minyak 30 Ribu Barel Blok Cepu, Kamis (26/6/2025) di Bondowoso, Jawa Timur.
Kementerian ESDM memproyeksikan program elektrifikasi desa ini akan melibatkan setidaknya 15 ribu tenaga kerja lokal di bidang konstruksi, instalasi, dan pemeliharaan PLTS. Selain itu, PLN dan PT Len Industri akan memberikan pelatihan teknis kepada warga desa agar mampu mengoperasikan dan merawat sistem secara mandiri, memastikan keberlanjutan proyek dalam jangka panjang.
Peta Jalan Pengembangan Tenaga Kerja Hijau
Meski peluang green jobs di sektor EBT terbuka lebar, Indonesia masih menghadapi tantangan signifikan, seperti keterbatasan tenaga kerja terampil, kesenjangan upah, dan dominasi pekerjaan informal. Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas telah meluncurkan Peta Jalan Pengembangan Tenaga Kerja Hijau Indonesia.
Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala Bappenas, Febrian Alphyanto Ruddyard, memproyeksikan jumlah tenaga kerja hijau akan mencapai 4 juta orang pada 2025 dan berpotensi meningkat menjadi 5,3 juta orang pada 2029. "Mayoritas tenaga kerja Indonesia berpotensi bertransformasi menjadi tenaga kerja hijau dengan dukungan pelatihan, teknologi, dan kebijakan yang tepat," ujar Febrian dalam Indonesia’s Green Jobs Conference (IGJC) 2025.
Peta jalan ini melibatkan penyesuaian sistem pendidikan dan pelatihan vokasi, peningkatan investasi pada sektor-sektor prioritas, serta perluasan peluang kerja hijau bagi kelompok rentan dan perempuan.
Bappenas juga menekankan pentingnya kemitraan dengan sektor swasta, perguruan tinggi, dan lembaga internasional untuk mempercepat penguatan sumber daya tenaga kerja hijau.
Green jobs bukan hanya menjadi opsi masa depan dan peluang emas bagi angkatan kerja muda, melainkan kebutuhan masa kini. Presiden Prabowo Subianto menegaskan, proyek-proyek energi terbarukan akan menjadi bagian dari prioritas pembangunan dalam sepuluh tahun ke depan. Program ini dijalankan bukan semata memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga untuk menciptakan lapangan kerja berkualitas.
Seiring dengan meningkatnya investasi di sektor EBT, generasi muda Indonesia harus segera mengambil bagian. Peluang besar terbuka untuk menjadi teknisi, insinyur, operator PLTS, ahli energi, manajer proyek hingga pelaku bisnis berbasis ekonomi hijau.
Dengan sinergi pemerintah, dunia usaha, dan sektor pendidikan, green jobs di sektor energi baru dan terbarukan dapat menjadi jalan bagi Indonesia menuju ekonomi berkelanjutan dan kesejahteraan rakyat yang lebih merata.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Untung Sutomo