Sudah 99 WNI dan 5 WNI berhasil dievakuasi Pemerintah Indonesia keluar dari wilayah Ukraina menuju tempat yang lebih aman di Rumania dan Polandia untuk selanjutnya diterbangkan ke tanah air.
Waktu baru saja melewati pukul 09.00 atau beberapa saat usai diberlakukannya aturan jam malam di ibu kota Kyiv oleh Pemerintah Ukraina. Namun keriuhan sudah terdengar dari halaman sebuah bangunan tiga lantai berkelir kuning dengan jendela-jendela lebar dan besar berlis putih di tiap lantainya. Bentuknya tampak paling mencolok di antara bangunan lain di sekitar karena warna kuningnya.
Di sayap kiri bangunan ada pos penjagaan, terselip di antara pagar berbahan pelat aluminium warna gelap di mana terdapat tiga model pintu sebagai akses masuk ke bangunan tersebut. Dua pintu, masing-masing berbahan pelat aluminium bertipe gulung (rolling door) selebar kira-kira 2,5 meter yang muat dilewati satu mobil. Satu lagi, di antara kedua pintu gulung, terdapat satu pintu khusus untuk orang melintas seukuran lebar 1 meter dan langsung menuju ke pintu utama bangunan.
Di sisi kiri dari pintu perlintasan orang ini ada pelat besi warna krem persegi panjang berlambang Burung Garuda dan bendera Merah Putih serta tulisan "Kedutaan Besar Republik Indonesia Kyiv" dalam bahasa setempat. Tulisan serupa dalam pelat besi berbentuk lonjong berukuran lebih besar dengan lambang Burung Garuda di bagian tengahnya juga disematkan pada sisi kanan dinding luar lantai dua dari bangunan yang terletak di Jl Universytetska nomor 17 yang merupakan kawasan elite di Kyiv.
Bangunan itu adalah KBRI di Ukraina, negara yang saat ini sedang berkonflik dengan Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (23/2/2022) telah mengumumkan operasi militer skala besar ke Ukraina dan menyebabkan terjadinya serangan udara dan darat ke kota-kota penting seperti Kyiv, Odesa, Kharkiv, dan Mariupol. Sejumlah bangunan permukiman warga rusak berat dihantam mortir dan bom militer Rusia.
Kembali ke keriuhan yang terjadi di halaman dalam KBRI Kyiv disebabkan hari itu, Senin (28/2/2022), sedang dilakukan persiapan pemindahan puluhan warga negara Indonesia (WNI) keluar dari Ukraina menuju Moldova. Kyiv adalah nama baru dari Kiev, yang dikampanyekan Ukraina secara internasional sejak 1995 dan secara resmi diakui Perserikatan Bangsa Bangsa pada 2012 saat UN Conference on Standardization of Geographical ke-10 di New York, AS.
Mereka sudah berada di KBRI sejak hari pertama meletusnya serangan Rusia, bergerak dari tempat tinggal masing-masing pada siang hari. Mereka bertaruh nyawa di antara desing peluru dan ledakan bom untuk mencapai KBRI, sebelum gelap, demi menghindari jam malam.
Para diaspora, sebutan untuk warga Indonesia di luar negeri, menjadikan kantor KBRI sebagai rumah aman (safe house) setelah mereka diminta Pemerintah Indonesia untuk segera mengungsi ke kawasan yang letaknya tak jauh dari Bandar Udara Internasional Zhuliany itu. Sayangnya, selama konflik berlangsung, Pemerintah Ukraina menutup sementara aktivitas penerbangan di bandara tersebut.
Oleh karena itu, proses evakuasi para WNI pun dilakukan melalui jalur darat menuju perbatasan Ukraina-Moldova sejauh 330 kilometer. Semula, mengutip keterangan Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi kepada wartawan secara daring di Jakarta, Selasa (1/3/2022), proses evakuasi dilakukan Minggu (27/2/2022) dengan rute dari Kyiv menuju perbatasan Ukraina di Lviv, untuk selanjutnya memasuki Rzeszow, Polandia.
"Namun karena adanya kebijakan curfew dan beberapa tantangan infrastruktur jalan yang diakibatkan peperangan maka evakuasi terpaksa harus ditata ulang kembali. Saya sendiri terlibat langsung dalam penataan ulang jalur aman untuk evacuee dari Kyiv," kata Retno.
Perubahan jalur evakuasi ini, menurut Retno, merupakan hasil diskusi dirinya bersama sejawatnya Menlu Turki dan Menlu India yang mengalami situasi sama untuk mengeluarkan warga mereka dengan selamat dari wilayah konflik. Alhasil, diputuskan bahwa evakuasi terhadap para diaspora ini melalui jalur selatan via Vinnytsia, kota utama di Oblast (Provinsi) Vinnytsia. Kota ini paling dekat dengan perbatasan Moldova sebelum memasuki wilayah lebih aman di Bukarest, Rumania.
Seluruh warga atau evacuee diperiksa kondisi kesehatannya termasuk menjalani tes antigen sebelum proses evakuasi dilakukan. Dokumen perjalanan mereka juga turut dilengkapi oleh KBRI Kyiv. Tercatat ada 59 WNI ditambah seorang warga negara asing (WNA) yang merupakan pasangan dari WNI, dievakuasi pihak KBRI Kyiv menuju Moldova. Ini merupakan rombongan terbesar dari tahapan evakuasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia terhadap WNI untuk dapat keluar dari Ukraina.
Evakuasi, ujar Retno, memakai 12 mobil melewati banyak jalur alternatif untuk menghindari antrean dan kemacetan di jalur utama. Pihak KBRI Kyiv lewat akun Twitter menyebut, mereka harus melewati 10 pos pemeriksaan yang dijaga pihak keamanan Ukraina.
Dubes Ghafur Dharmasaputra didampingi Atase Pertahanan KBRI Warsawa yang terakreditasi di Kyiv, Kolonel Sus Ady Triady memimpin langsung proses evakuasi yang dimulai pukul 11.30 waktu setempat. Kendati cuaca cerah dan matahari bersinar cukup terik, seluruh peserta tetap memakai jaket tebal dan berlapis karena suhu udara mencapai 1 derajat Celcius.
Senyum cerah muncul di raut wajah seluruh warga yang menjalani proses evakuasi lewat jalur darat meski harus menempuh perjalanan melelahkan menuju kawasan lebih aman. Tak tampak lagi wajah-wajah tegang, seperti tecermin ketika mereka baru memasuki KBRI Kyiv untuk menghindar dari serangan militer dua negara yang berkonflik. Mereka pun tiba di perbatasan Moldova pada pukul 22.00 waktu setempat atau sekitar 03.00 dini hari WIB, Selasa (1/3/2022).
"Sewaktu menuju perbatasan, kami sudah tidak lagi memikirkan waktu. Yang penting kami semua bisa sampai tujuan dengan selamat. Apalagi selama berada di KBRI, kami berkali-kali mendengar suara sirene tanda bahaya dan harus segera berlari berlindung ke bunker di lantai bawah tanah KBRI," kata Vanda Sakina, salah satu WNI yang berhasil dievakuasi seperti dikutip dari tayangan video VOA Indonesia, Rabu (2/3/2022).
Vanda yang baru tinggal satu tahun di Kyiv bersama suami dan sepasang anaknya menjelaskan, dari Moldova ia dan seluruh WNI diangkut menggunakan dua bus besar oleh tim evakuasi dari KBRI Bukarest menuju ibu kota Rumania tersebut. Total waktu perjalanannya dari Kyiv menuju Bukarest sekitar 24 jam.
Ke-59 WNI yang berhasil dievakuasi dari Kyiv menjadi bagian dari 99 warga Indonesia dan lima warga asing (keluarga dari WNI) dapat dikeluarkan dari Ukraina oleh Pemerintah Indonesia dan sudah berada di titik aman, yakni Bukarest dan Rzeszow. Ini termasuk lima WNI yang melakukan evakuasi mandiri.
99 WNI Dievakuasi
Evakuasi pertama terjadi Sabtu (26/2/2022) terhadap 25 WNI yang seluruhnya perempuan dari Odesa menuju Rumania memakai bus, dibantu oleh KBRI Bukarest. Tim dari KBRI Bukarest ini bergerak dari Tulcea di perbatasan Rumania-Moldova menuju Odesa sehari sebelumnya. Mereka bersama para WNI kemudian memasuki Bukarest, Minggu, sekitar pukul 16.30 waktu setempat.
Dibutuhkan waktu hingga 35 jam untuk menembus wilayah Rumania termasuk melewati 5 pos pemeriksaan tentara Ukraina dan antrean kendaraan sepanjang 10 km. Di waktu normal, waktu tempuhnya tak lebih dari 10 jam saja.
Evakuasi tahap kedua juga berlangsung Sabtu terhadap enam WNI dan seorang WNA suami dari salah satu WNI. Mereka berhasil menembus Rzeszow dari Lviv setelah melakukan perjalanan sejak pukul 07.30 hingga mencapai tujuan 20.45 waktu setempat. Mereka juga harus melewati antrian kendaraan yang mengular hingga 30 km untuk masuk ke Polandia.
Evakuasi tahap ketiga terjadi terhadap 4 WNI dan 2 WNA, pasangan dari WNI, dari kawasan Ternopil, Lviv menuju Rzeszow, Polandia menempuh jarak 150 km. Tim ini tiba di tujuan Minggu, pukul 19.40 waktu setempat.
Sehingga, sampai Selasa (1/3/2022) sudah 99 WNI dan 5 WNA berhasil dievakuasi dari Ukraina menuju Polandia dan Rumania. Menlu Retno menyebut, masih terdapat 4 WNI di Kharkiv dan 9 di Chernihiv, sebelah utara Ukraina. "Mereka belum dapat dievakuasi mengingat pertempuran darat masih terus terjadi," katanya.
KBRI Kiev dan KBRI Moskow terus melakukan kontak dengan mereka. Informasi yang kami terima mereka dalam kondisi sehat dan memiliki pasokan logistik yang cukup. Pemerintah masih terus menunggu saat yang tepat untuk dapat mengevakuasi mereka.
Selain itu, terdapat 24 WNI yang memilih untuk tetap tinggal di Ukraina karena alasan keluarga, mereka menikah dengan warga Ukraina. Salah satunya adalah Benny Sitanggang yang memilih tetap di Ternopil lantaran istrinya sedang hamil sembilan bulan.
Pria asal Medan yang juga seorang youtuber itu beralasan, dalam kondisi hamil besar dan menunggu waktu bersalin, ia memilih untuk bertahan di apartemen mereka di Ternopil karena faktor kesehatan sang istri yang merupakan warga lokal.
Sementara itu, Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah dalam keterangannya Sabtu (26/2/2022) menjelaskan, pihaknya belum memutuskan untuk menutup atau menonaktifkan KBRI Kyiv seperti dilakukan di Afghanistan. Apa pun yang terjadi, kita berharap seluruh diaspora Indonesia yang masih bertahan di Ukraina selalu dalam kondisi sehat dan selamat.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari