Indonesia.go.id - Gas Rawa untuk Keperluan Rumah Tangga

Gas Rawa untuk Keperluan Rumah Tangga

  • Administrator
  • Minggu, 17 Juli 2022 | 07:34 WIB
ENERGI
  Gas rawa yang keluar dari sumur bor di Desa Rajek, Godong, Grobogan, Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan gas alam yang terpendam di bawah Desa Rajek melimpah. ANTARA FOTO/ Yusuf Nugroho
Di sejumlah tempat di Jawa Tengah, masyarakat memanfaatkan gas rawa. Pemerintah juga mengembangkannya di daerah lain demi mendukung kemandirian energi desa.

Pada 29 Juni 2022 Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah mengunjungi berbagai lokasi yang memanfaatkan energi terbarukan dalam acara bertajuk “Jelajah Energi”. Mereka mengunjungi sejumlah lokasi, salah satunya Desa Bantar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Di desa itu, masyarakat memanfaatkan gas rawa untuk mendukung kemandirian energi desa.

Gas rawa atau biogenic shallow gas sendiri merupakan gas yang terbentuk dari bakteri metagonik pada lingkungan rawa yang merupakan lingkungan anaerobik. Gas ini terdapat pada lapisan batuan yang dangkal.

"Gasa rawa saat ini telah dikembangkan di Jawa Tengah sebagai salah satu sumber energi alternatif. Gas rawa ini juga tergolong ramah lingkungan dan dapat digunakan untuk menggantikan LPG," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, pada 11 Juli 2022.

Dengan membayar 20 ribu rupiah per bulan, masyarakat bisa menggunakan gas tersebut untuk kebutuhan sehari-hari maupun industri rumahan. Biaya itu digunakan untuk kebutuhan dan pemeliharan alat instalasi gas rawa. Pemerintah Desa Bantar juga membantu melalui Dana Desa yang menambah tiga tabung separator. Tabung ini dapat digunakan untuk menjaga kestabilan gas dan pembagian yang merata untuk cluster penggunanya. Selain itu, untuk operasional, listrik ini dikelola oleh badan usaha milik desa.

Pada 2020, Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah membangun instalasi gas rawa di Desa Bantar untuk 25 kepala keluarga. Pada tahun berikutnya, instalasi diperluas menjadi 100 kepala keluarga dengan instalasi terjauh sepanjang 600 meter. Penggunaan gas rawa ini bisa menghemat sekitar 72% biaya LPG. Biasanya, masyarakat menggunakan tiga tabung LPG seharga Rp23 ribu rupiah per bulan. Tapi, sekarang tidak perlu lagi membayar untuk LPG.

Menurut informasi, potensi energi berupa gas rawa purba alias biogenic shallow gas (BSG) di Desa Bantar, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara itu sudah diketahui sejak 50 tahun silam. Namun baru pada 2020 potensi energi itu bisa dikelola dan dimanfaatkan.

Sebelum dibuatkan separator oleh Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, masyarakat di Desa Pegundungan sudah memanfaatkan gas rawa tersebut secara manual. Sementara itu, untuk pembuatan sumur membutuhkan kedalaman sampai delapan meter.

Desa Bantar dan Desa Pegundungan di Kecamatan Pejawaran, Banjarnegara, merupakan dua desa pertama yang memanfaatkan BSG. Pemanfaatan BSG diharapkan menjadi spirit desa mandiri energi dan menginspirasi wilayah lain untuk memanfaatkan energi serupa di Jateng.

Ada lima lokasi rawa yang telah dibor, namun baru dua sumur yang digunakan secara optimal. Sumur gas rawa lainnya belum bisa dimanfaatkan secara optimal karena ada bebatuan yang menghalangi alat ketika pengeboran.

Jauh sebelum masyarakat Desa Bantar memanfaatkan shallow gas atau gas rawa, masyarakat Desa Rajek, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jateng, telah menggunakannya, kira-kira sejak 2017. Menggunakan bantuan teknologi dari Dinas ESDM Provinsi Jateng, puluhan keluarga di desa itu telah menikmati gas metana dari dalam perut bumi untuk kebutuhan memasak skala rumah tangga hingga UMKM.

Warga Desa Rajek, Grobogan, yang menggunakan gas rawa itu bisa menghemat biaya untuk membeli gas LPG. Sejak 2017, ada sekitar 25 rumah yang tersambung dengan gas rawa itu. Gas itu bersumber dari sumur bor di pekarangan rumah milik salah satu tokoh masyarakat setempat. Sumur terhubung dengan separator yang berfungsi untuk memisahkan air dan gas sebelum tersambung ke rumah warga melalui jalur perpipaan.

Grobogan merupakan salah satu kantong gas rawa besar di Jawa Tengah. Di bagian desa itu, ada semburan gas bercampur air yang hingga kini belum termanfaatkan. Potensi gas rawa di Jawa Tengah cukup besar mulai di dataran rendah hingga dataran tinggi.

Setidaknya, potensi gas rawa ada di delapan daerah. Kini, potensi gas rawa itu terus dikembangkan Dinas ESDM Jawa Tengah agar gas rawa bisa dinikmati masyarakat Jawa Tengah secara lebih luas lagi.

Selain di Banjarnegara dan Grobogan, praktik pemanfaatan gas rawa juga sudah dilakukan di Sragen. Potensi gas rawa juga ditemukan di Karanganyar, Jawa Tengah. Proyek pemanfaatannya untuk kedua lokasi ini sedang berjalan. Di Desa Gabus, Kecamatan Ngrampal, Sragen, sudah mulai pengeboran. Sedangkan yang di Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, hampir selesai. Diharapkan keduanya pada akhir 2022 sudah mulai beroperasi. Energi terbarukan itu akan dikembangkan dan dikelola oleh BUMDes.


Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari