Sebanyak 228.093 jemaah haji Indonesia memadati dua kota suci di Arab Saudi, Makkah dan Madinah, pada puncak musim haji tahun 2023.
Betapa beruntungnya sekitar 2,5 juta jemaah haji dari seluruh dunia yang melaksanakan ibadah rukun Islam kelima tersebut pada 2023. Jumlah terbanyak sepanjang sejarah haji, menurut Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi mengutip Aljazeera, dapat terjadi setelah Pemerintah Kerajaan membuka kembali dua kota suci mereka, Makkah dan Madinah, untuk didatangi umat muslim sejagat guna berhaji seperti sedia kala.
Kini, selama 24 jam suasana Masjidilharam kembali hidup oleh lautan manusia melaksanakan tawaf dan salat lima waktu. Hal itu sungguh kontras jika dibandingkan apa yang terjadi di pertengahan 2020 sampai menjelang 2022 ketika pandemi virus corona melanda seluruh dunia, termasuk Saudi.
Pemerintahan Raja Salman kala itu memutuskan untuk menutup akses beribadah bagi umat Islam internasional, termasuk berhaji dan umrah. Pada musim haji 2020, Saudi hanya mengizinkan sebanyak 60.000 orang yaitu masyarakat lokal, anggota keluarga kerajaan dan para ekspatriat yang telah lama bermukim di sana.
Saat itu, suasana di dalam Masjidilharam lengang, seluruh saf salat diberi tanda bagi jemaah untuk berjarak sekitar 1,5 meter. Bacaan talbiyah atau mengucapkan seruan doa saat berhaji serasa tak bergema di dalam Masjidilharam.
Tak tampak lagi lautan manusia berdesak-desakan melaksanakan tawaf hingga berebut ingin mencium Hajar Aswat. Yang ada hanya segelintir orang salat berjarak, tawaf atau memutari Ka’bah dengan gerakan melawan arah jarum jam, diatur pula jarak jalannya.
Begitu pula halnya saat wukuf, tak terlihat bangunan ribuan tenda kerucut warna putih di seputar Padang Arafah yang luasnya 1.225 hektare dan jaraknya hanya sekitar 20 kilometer tenggara Makkah. Sebagai gantinya, hanya tersedia kursi-kursi untuk para jemaah duduk menjalani rangkaian wajib haji.
Wukuf atau berdiam sambil melaksanakan ibadah wajib dan sunah sebagai syarat sah berhaji sewaktu pandemi diadakan dalam situasi mirip seperti di dalam Masjidilharam. Kursi dibariskan berjarak, dan jemaah sambil sebelah tangan membaca Al-Qur’an, sebelah lainnya memegangi payung agar tidak kepanasan. Namun, seiring melambatnya jumlah penderita corona, Pemerintah Saudi kemudian membuka pintunya untuk umat muslim internasional beribadah haji pada 2022. Jika biasanya dipadati oleh dua juta jemaah, maka kala itu hanya diizinkan separuhnya saja.
2,5 Juta Jemaah
Kini, musim haji 2023 tak ada lagi pembatasan kuota atau pun ruang gerak. Itulah sebabnya 2,5 juta umat Islam yang ingin berhaji, mulai berduyun-duyun memasuki dua kota suci termasuk jemaah asal Indonesia. Ada sebanyak 228.093 jemaah haji reguler dan jemaah haji khusus Indonesia diterbangkan dari tanah air ke Saudi. Termasuk di dalamnya mereka yang mendapatkan kuota tambahan dari Kerajaan Saudi sebanyak 7.360 peserta haji meski yang berangkat hanya 6.462 orang.
Mereka dibawa dalam 558 kelompok terbang (kloter) dan diinapkan pada sekitar 122 hotel di lima wilayah Kota Makkah yaitu Mahbas Jin, Syisyah, Raudhah, Jarwal, dan Mislafah dengan total 52.187 kamar. Jarak terdekat hotel dengan Masjidilharam adalah 850 meter dan terjauh mencapai 4.399 meter. Sedangkan di Kota Madinah, tersedia 107 hotel tersebar di tiga wilayah berdekatan Masjid Nabawi atau Markaziyah seperti Syimaliyah (sisi utara), Gharbiyah (sisi barat), dan Janubiyah (sisi selatan). Jaraknya dari hotel ke Masjid Nabawi antara 15 meter hingga 500 meter.
Mayoritas dari jemaah haji adalah perempuan atau 55,1 persen dan sisanya 49,9 persen laki-laki. Sebanyak 57.178 jemaah haji perempuan berstatus ibu rumah tangga. Latar belakang pekerjaan para jemaah haji Indonesia meliputi pegawai swasta (43.253 orang), pegawai negeri sipil (42.368 orang), dan petani (29.082 orang). Selain itu, terdapat 18.069 orang berstatus pedagang, 9.389 orang lainnya adalah pensiunan, 3.137 jemaah adalah pegawai BUMN dan 4.214 masih berstatus pelajar/mahasiswa.
Sebanyak 98,34 persen baru sekali ini menjalankan ibadah haji dan hanya 1,66 persen yang sudah naik haji sebelumnya. Menariknya, pada musim haji 2023, ada sekitar 61.536 orang lanjut usia (lansia) dari Indonesia atau sepertiga total jemaah haji asal tanah air. Tentu dibutuhkan perlakuan khusus dari Pemerintah Indonesia kepada para warga senior ini terutama ketika menjalani puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) pada 8-13 Zulhijjah 1444 Hijriah atau mulai 27 Juni 2023.
Persiapan Wukuf
Saat menggelar rapat evaluasi persiapan pelaksanaan puncak haji di Kantor Daerah Kerja Makkah, Minggu (25/6/2023) seperti terpantau dari Antara, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyoroti jemaah lansia. Menag mengimbau jemaah haji lansia untuk tidak memaksakan diri ke jamarat dan para petugas haji akan membadalkan atau mewakilkannya.
"Ada beberapa skema yang kami lakukan untuk jemaah lansia. Bagi yang mampu akan kami dampingi. Kemudian yang tidak memiliki kemampuan akan kita safari wukufkan. Kalau tidak kuat untuk safari wukuf, akan dibadalkan. Tidak usah memaksakan diri. Dari semua ibadah, aspek utama adalah keamanan jiwa. Kami akan dorong agar jemaah lansia tidak memaksakan diri," kata menteri yang akrab dipanggil Gus Men.
Untuk kebutuhan wukuf, pemerintah telah menyiapkan 70 maktab di mana setiap maktab dapat menampung 7-8 kloter dengan fasilitas tenda-tenda putih raksasa dilengkapi kasur, karpet merah, tempat wudhu, 28 toilet, dan pendingin udara. Beberapa dapur katering ikut dibangun Pemerintah Indonesia di seputar Arafah untuk melayani kebutuhan makan jemaah haji dari tanah air.
Pemerintah Indonesia dibantu pihak swasta Saudi yaitu Masyariq menyiapkan sekitar 3.417.152 boks katering layanan konsumsi berbentuk nasi di dalam kotak aluminium untuk jemaah haji Indonesia selama berada di Armuzna. Selain itu, Kepala Pusat Kesehatan Haji, Liliek Marhaendro Susilo menyebutkan sebuah klinik kesehatan besar disiapkan meliputi fasilitas 20 tempat tidur pasien, alat medis standar, ambulans, dan beberapa tenaga medis.
Masih ada lima pos kesehatan satelit dan beberapa lainnya di jalur menuju Muzdalifah dan Mina. Puluhan petugas medis Emergency Medical Team (EMT) Indonesia bersifat mobile akan bergerak di antara jemaah haji Indonesia sambil membantu mmberikan pertolongan kepada yang membutuhkan. Mereka mewaspadai kemungkinan menurunnya kondisi fisik jemaah karena kelelahan akibat beribadah di bawah terik matahari berkisar 38-43 derajat Celcius. "Kami menyiapkan tempat pemulihan untuk jemaah yang terserang heat stroke karena cuaca panas," kata Liliek.
Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Musim Haji 2023, M Subhan Cholid menjelaskan, untuk mengangkut ratusan ribu jemaah haji Indonesia menuju Armuzna dan kembali lagi ke Kota Makkah, dibutuhkan sebanyak 1.470 unit armada bus milik raksasa transportasi Saudi, Saptco. Setiap bus berkapasitas 47 tempat duduk bertugas membawa jemaah dalam tiga kali keberangkatan, yaitu pagi, siang, dan malam hari. Setiap maktab akan dilayani oleh 21 unit bus.
Bus Khusus
Sementara itu, khusus untuk membawa jemaah sakit yang dirawat di Makkah menuju Arafah, pihak Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKIH) Daerah Kerja Makkah menyiapkan 16 bus safari wukuf. Seluruh bus mampu membawa 200 jemaah dan 6 unit telah dimodifikasi mampu membawa jemaah yang harus terbaring di tempat tidur pasien.
Menurut Kepala Seksi Kesehatan Daker Makkah, Andi Ardjuna Sakti, enam bus disiapkan untuk jemaah yang hanya bisa berbaring di mana satu bus berisi sekitar delapan tempat tidur sehingga total sebanyak 48 jemaah dapat terangkut. Selain itu KKHI juga menyiapkan sembilan bus berkapasitas 25 orang dengan penambahan fasilitas perlengkapan medis.
Ke-16 bus melaksanakan safari wukuf secara bersamaan waktu keberangkatannya dari Makkah kemudian dijejerkan saat tiba di Arafah. Jemaah yang masih menjalani perawatan di salah satu dari enam rumah sakit rujukan di Makkah disafariwukufkan pihak rumah sakit. Untuk jemaah Indonesia yang tidak memungkinkan ikut wukuf, akan dibadalkan oleh pihak PPIH. Selamat menunaikan ibadah haji, semoga mabrur dan pulang kembali ke tanah air dengan selamat dan sehat. Labbaik allahumma labbaik!
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari