Selain transformasi fisik, transformasi pelayanan publik juga diupayakan agar pengalaman berkunjung ke museum dan cagar budaya menjadi lebih bermakna.
Museum Prasejarah Song Terus di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur menyimpan jejak-jejak perubahan lingkungan prasejarah Indonesia sejak ratusan ribu tahun. Ruangan utama museum yang merupakan bagian dari Kawasan Cagar Budaya Gunung Sewu itu memamerkan berbagai artefak dan kebudayaan prasejarah dari masa pleistosen tengah hingga holosen, lebih kurang 350 ribu tahun atau lebih.
Museum ini merupakan salah satu lembaga kebudayaan di Kabupaten Pacitan yang bertugas membantu pemerintah memberikan pelayanan informasi mengenai pelindungan dan penyelamatan hasil-hasil budaya masyarakat prasejarah atau kepurbakalaan khususnya di wilayah Kawasan Gunung Sewu.
Ruangan pertama berisi informasi pengenalan lokasi Gunung Sewu. Gunung purbakala ini memanjang mulai dari Kabupaten Gunungkidul (DIY), Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah), dan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur). Nama museum ini sendiri diambil dari situs Song Terus yang berada di dekat museum.
Ada sekira 4.627 koleksi pra-sejarah seperti kerangka manusia purba, hewan, dan benda yang digunakan ratusan tahun lalu dipamerkan di museum ini. Setiap koleksi dilengkapi keterangan yang bisa jadi sumber pengetahuan para pengunjung mulai para pelajar, mahasiswa, peneliti, dan komunitas pegiat budaya. Dari gambaran koleksi dan narasi menggambarkan penghuni Kawasan Gunung Sewu adalah sosok-sosok pantang menyerah.
Seperti beberapa informasi berupa sketsa dan ilustrasi tentang kehidupan manusia purba, antara lain Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus erectus, dan Homo soloensis yang pernah ditemukan di Indonesia. Adapun koleksi asli kerangka manusia purba disimpan di museum lain.
Museum Song Terus direvitalisasi sejak setahun lalu oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Menteri Dikbudristek Nadiem Anwar Makarim meresmikan museum tersebut di Pacitan seiring dengan pencanangan Badan Layanan Umum (BLU) Museum dan Cagar Budaya yang juga disebut dengan Indonesian Heritage Agency (IHA), Kamis (16/5/2024).
Dengan demikian, Kemendikbudristek mendorong Museum Song Terus agar selalu melakukan pelayanan publik berkelanjutan yang diwujudkan melalui upaya membuat museum lebih aksesibel dan menarik bagi publik.
Upaya tersebut salah satunya dilakukan dengan memperkenalkan tata pamer yang menggunakan teknologi terkini dan arsitektur yang selaras dengan lingkungan.
Langkah itu dilakukan untuk meningkatkan pengalaman pengunjung dan memperkuat peran Museum Song Terus sebagai pusat edukasi dan budaya di Pacitan.
Selain transformasi fisik, transformasi pelayanan publik juga diupayakan agar pengalaman berkunjung ke museum dan cagar budaya menjadi lebih bermakna.
Selama ini, kekayaan sejarah dan warisan budaya yang dimiliki Indonesia sangat berlimpah namun banyak yang masih belum terawat dan belum terakomodasi secara optimal.
Pihak Kemendikbudristek selalu pengelola museum dan cagar budaya, mengakui selama ini kebanyakan museum di Indonesia menjadi ruang yang diam dan menjadi ruang-ruang yang sepi sehingga tidak menjadi pilihan destinasi wisata bagi masyarakat Indonesia.
Oleh sebab itu, Menteri Nadiem menegaskan sudah saatnya untuk mengambil langkah berani mentransformasi museum dan cagar budaya yang dimiliki Indonesia yakni salah satunya melalui pembentukan IHA. Nantinya IHA akan mengelola 18 museum dan 34 cagar budaya nasional yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Ini saatnya kita mengambil langkah berani untuk mentransformasi museum dan cagar budaya yang kita miliki. Ini saatnya kita menjadikan museum dan cagar budaya sebagai ruang belajar yang terbuka, inklusif, dan mendukung perwujudan pembelajar sepanjang hayat,” tutur Nadiem saat pencanangan resmi BLU Indonesia Heritage Agency di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, pada Kamis (16/5/2024) malam.
Berikut ini adalah 18 museum yang kini menjadi unit yang dikelola IHA antara lain Museum Nasional, Galeri Nasional Indonesia, Museum Sumpah pemuda, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Museum Basoeki Abdullah, Museum Kebangkitan Nasional, Museum Batik Indonesia, Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, dan Museum Prasejarah Semedo Tegal.
Selanjutnya, Museum Benteng Vredeburg, Museum Perjuangan, Museum Prasejarah Sangiran Krikilan, Museum Prasejarah Sangiran Dayu, Museum Prasejarah Sangiran Ngebung, Museum Prasejarah Sangiran Bukuran, Museum Prasejarah Sangiran Manyarejo, Museum Prasejarah Song Terus, Pacitan, dan Museum Islam Indonesia KH Hasyim Ashari (MINHA).
Sedangkan 34 cagar budaya nasional yang dikelola IHA antara lain Percandian Muaro Jambi, Taman Purbakala Pugung Raharjo, Benteng Marlborough, Rumah Pengasingan Soekarno, Situs Banten Lama, Situs Gunung Padang, Percandian Batujaya dan Kawasan Sangiran.
Selanjutnya Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut, Candi Prambanan, Keraton Ratu Boko, Candi Sewu, Candi Sambisari, Candi Ijo, Candi Plaosan, Candi Sukuh, Candi Cetho, Percandian Dieng, Percandian Gedong Songo, Candi Penataran, Candi Badut, Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singosari, Kawasan Trowulan, Candi Jabung, Benteng Rotterdam, Makam Raja-raja Tallo, Situs Leang Timpuseng, Taman Arkeologi Leang-leang, Benteng Duurstede, dan Makam Kyai Mojo.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari