Indonesia terus memantapkan posisinya sebagai salah satu produsen semen terbesar di Asia Tenggara. Di tengah pertumbuhan industri yang pesat, langkah-langkah inovatif menuju keberlanjutan dan dekarbonisasi menjadi fokus utama. Bagaimana langkah-langkah ini mempengaruhi industri semen dan perekonomian nasional?
Dengan total kapasitas produksi mencapai 120 juta ton per tahun, Indonesia kini menjadi salah satu produsen semen terbesar di Asia Tenggara. Pembangunan infrastruktur yang masif di seluruh dunia mendorong pertumbuhan besar dalam produksi semen, dengan proyeksi pertumbuhan industri ini mencapai USD410,86 miliar pada 2024 menurut The Business Research Company.
Industri semen di Indonesia menunjukkan kekuatan dan perannya yang signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), pasar semen domestik tumbuh sebesar 3,6% dengan peningkatan pasar semen kantong sebesar 0,1% dan pasar semen curah sebesar 13,3%.
Namun, meski permintaan tinggi, kapasitas produksi yang besar dari 16 perusahaan semen menyebabkan kelebihan pasokan. Pada 2023, kebutuhan semen nasional mencapai 66,8 juta ton, sementara industri semen di Indonesia juga mengekspor 1,4 juta ton semen dan 9,7 juta ton klinker. Utilisasi industri semen saat ini berada pada sekitar 58%, mencerminkan overcapacity yang signifikan.
Usulan Masuk Daftar Negatif Investasi
Menanggapi kapasitas produksi yang berlebih, Kementerian Perindustrian telah mengusulkan kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk memasukkan investasi baru di industri semen ke dalam daftar negatif investasi. Tujuannya adalah mengatur ketentuan teknis dan nonteknis pembangunan pabrik semen agar tidak terjadi kelebihan kapasitas lebih lanjut.
Kementerian Investasi/BKPM sudah mengatur ini melalui sistem online single submission (OSS) dengan pengecualian untuk wilayah Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara. Kementerian Perindustrian juga mendorong optimalisasi penggunaan semen dalam negeri untuk mendukung proyek pemerintah dan swasta, meningkatkan konsumsi semen domestik yang merupakan indikator pertumbuhan ekonomi nasional.
Dekarbonisasi dan Keberlanjutan
Kementerian Perindustrian memacu produsen semen untuk melakukan perbaikan berkelanjutan guna menciptakan iklim usaha yang kondusif dan meningkatkan daya saing. Salah satu inisiatif adalah menerapkan dekarbonisasi industri dan menghasilkan produk semen ramah lingkungan untuk mencapai net zero emission (NZE) di masa depan.
Peta jalan dekarbonisasi industri semen telah disusun untuk mencapai NZE pada 2050. Fokus strategi ini mencakup penurunan rasio klinker terhadap semen, peralihan ke bahan bakar alternatif, efisiensi energi, dan pengembangan teknologi inovatif. Untuk memperkuat legalitas peta jalan ini, Kementerian Perindustrian berencana meningkatkan peta jalan tersebut menjadi Peraturan Menteri Perindustrian, memberikan landasan bagi produsen semen di Indonesia untuk mengembangkan peta jalan dekarbonisasi masing-masing.
“Kami bertekad menjalankan komitmen terhadap perubahan iklim dan keberlanjutan dengan menyusun regulasi terkait dekarbonisasi industri untuk mencapai net zero emission pada 2050,” kata Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam Kementerian Perindustrian Putu Nadi Astuti.
Dengan langkah-langkah itu, industri semen Indonesia diharapkan tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga bersaing di pasar global dengan produk yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Penulis: dee waluyo
Redaktur : Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari