Indonesia.go.id - Daya Saing Digital Naik, Hati-hati dengan Jempol!

Daya Saing Digital Naik, Hati-hati dengan Jempol!

  • Administrator
  • Jumat, 3 Januari 2025 | 07:23 WIB
DIGITALISASI
  Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid (kedua kiri) melihat teknologi timbangan ayam saat kunjungan kerja di Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu (11/12/2024). Dalam kunjungan itu, Menkodigi membahas mengenai literasi digital serta transformasi digital. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Pertumbuhan ekonomi digital dipandang sangat penting demi mewujudkan misi Indonesia Emas. Terdapat lapangan kerja baru bagi sembilan juta talenta digital.

Kabinet Merah Putih di bawah kepemimpinan Presiden RI Prabowo Subianto tengah berpacu menuju Indonesia Emas 2045, dengan target mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2038. Untuk mewujudkan visi penting ini, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi) telah menetapkan transformasi digital sebagai salah satu strategi utama.

Dalam laporan Digital Economy Outlook 2025, yang disampaikan Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid, pada acara Indonesia Digital Economy Outlook 2025, di Jakarta, Jumat (13/12/2024), transformasi digital berperan penting dalam mendorong produktivitas dan mengatasi kesenjangan ekonomi.

Apalagi, daya saing digital Indonesia terus meningkat. Laporan International Institute for Management Development World Digital Competitiveness Ranking (IMD WDCR) 2024 menunjukkan, peringkat daya saing digital Indonesia naik ke posisi 43 dunia dari total 67 negara. Dalam lima tahun terakhir, daya saing digital Indonesia tercatat terus naik dari posisi 56 (2020), 53 (2021), 51 (2022), 45 (2023), dan 43 (2024).

“Peningkatan ini diharapkan terus terjadi di masa mendatang untuk mendukung kesiapan ekonomi digital di Indonesia," kata Meutya, kepada pers.

Namun jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya, pencapaian itu masih belum optimal. Tercatat, Singapura berada di peringkat 1, Malaysia (36), dan Thailand (37). Walau demikian, Indonesia masih lebih unggul dibandingkan India (51) dan Turki (55).

“Peningkatan diharapkan terus terjadi di masa mendatang untuk mendukung kesiapan ekonomi digital di Indonesia," kata Meutya.

Lebih jauh Meutya mengatakan, Presiden Prabowo memberi arahan agar dilakukan kajian pembentukan firewall digital nasional, yang akan memproteksi infrastruktur strategis, seperti situs web pemerintahan, data perbankan, hingga jaringan telekomunikasi," katanya lagi.

Talenta Digital

Meutya menyatakan, untuk mendukung pencapaian itu Indonesia membutuhkan setidaknya sembilan juta talenta di sektor digital terampil hingga 2030. Padahal menurut catatan Kemenkomdigi, saat ini jumlah talenta digital tercatat 500.000 orang sejak 2018.

"Sampai dengan 2030, diestimasikan akan terdapat lapangan kerja baru bagi sembilan juta talenta digital. Angka yang cukup berani, oleh karena itu kami melibatkan semua pihak untuk mendongkrak talenta digital," kata Meutya.

Sebab itulah, Kemenkomdigi terus menggalakkan Program Literasi Digital dan Digital Talent Scholarship (DTS). Program yang diinisiasi Kemenkomdigi ini telah menjangkau lebih dari 5,6 juta peserta, berkontribusi pada peningkatan pendapatan, terutama di luar Pulau Jawa.

Bahkan kajian Kemenkomdigi menunjukkan bahwa lulusan program DTS mengalami kenaikan pendapatan mencapai sekitar 12,1 persen, terutama di luar Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan keterampilan digital mampu mendorong kesejahteraan ekonomi secara langsung.

 

Literasi Digital

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam ekonomi digital. Dengan fokus pada transformasi dan literasi digital, peningkatan daya saing digital, dan penguatan keamanan siber, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Namun, kesenjangan digital masih menjadi tantangan, dengan hanya 56 persen desa terhubung kabel fiber optik. Pemerintah mengakselerasi adopsi teknologi 5G dan insentif investasi infrastruktur digital.

Selain itu, keamanan siber juga perlu ditingkatkan dengan berbagai teknologi keamanan digital. "Era digital adalah peluang emas, namun juga membutuhkan tanggung jawab besar dari generasi muda sebagai penggunanya," tutur Mediodecci Lustarini, Sekretaris Ditjen Komunikasi Publik Kemenkomdigi, saat menjadi pembicara dalam acara “Gensi Beraksi” di Universitas Pendidikan Muhammadiyah, Sorong, Selasa (3/12/2024).

Transformasi digital, lanjut Mediodecci, memberikan peluang besar bagi generasi muda untuk berkembang. Kendati begitu, transformasi digital juga membawa tantangan seperti hoaks, cyberbullying, dan kejahatan siber. Itulah sebabnya, Kemenkomdigi terus-menerus mengimbau generasi muda untuk meningkatkan literasi digital agar dapat menggunakan teknologi secara bijak dan aman.

“Literasi digital bukan hanya soal cara menggunakan teknologi, melainkan juga kemampuan untuk berpikir kritis, memahami dampak teknologi, dan bertindak secara etis," katanya, Selasa (3/12/2024)

Keamanan digital adalah kunci utama untuk menciptakan ruang digital yang aman dan mendukung produktivitas, menurut Mediodecci. “Jadi harus pintar-pintar dalam menjaga diri dari konten-konten negatif. Harus menjaga data pribadi, ya, jangan disebar di dunia digital,” ucap Mediodecci.

“Jadi hati-hati karena begitu banyak kejahatan yang terjadi di dunia digital, sehingga kecerdasan diri kita sendiri bagaimana kita berpikir kritis, memahami dan bisa membedakan situasi yang negatif dan positif,” tambahannya lagi, pada Selasa (3/12/2024), yang dikutip dari bisnis.com.

Banyaknya kejahatan digital yang sangat beragam, membuat masyarakat perlu menjaga data pribadi dan waspada terhadap situasi berisiko. Data Microsoft Entra menunjukkan, setiap hari ada lebih dari 600 juta serangan terhadap identitas, terutama melalui serangan password. Sementara itu, laporan Digital Defense Report 2024 mencatat, peningkatan signifikan dalam serangan siber seperti ransomware, fraud, dan social engineering, dengan serangan phishing meningkat 58 persen pada 2023. Potensi kerugian yang terjadi dapat mencapai USD3,5 miliar pada 2024.

“Jadi hati-hati dengan jempolnya, jangan lakukan cyberbully. Kalau kita semua menjaga diri kita InsyaAllah dunia maya kita, ruang digital kita itu akan sehat,” katanya lagi.

 

 

Penulis : Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf