Indonesia.go.id - Aroma Ikan Bakar Kembali Menyeruak di Tanjung Piayu

Aroma Ikan Bakar Kembali Menyeruak di Tanjung Piayu

  • Administrator
  • Selasa, 20 September 2022 | 15:43 WIB
PARIWISATA
  Sejumlah wisatawan mancanegara (wisman) berkunjung ke salah satu pusat perbelanjaan di Batam Centre, Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (3/9/2022). ANTARA FOTO/ Teguh Prihatna
Memasuki September 2022, arus wisman ke Batam diperkirakan telah menembus 90--100 ribu. Sebagian besar warga negara dan ekspatriat dari Singapura yang datang untuk berakhir pekan.

Dengan santai Willy Khoo dan Cathy Sheah memasuki kabin kapal Ferry Batam Fast yang bersandar di dermaga Pelabuhan Batam Center, Sekupang. Suami istri ini baru saja mengakhiri liburan akhir pekan mereka di Batam untuk kembali ke Singapura, pada Minggu (11/9/2022). Masing-masing membawa tas punggung ukuran sedang. Sebuah tas belanja besar ditenteng Willy.

‘’Isinya macam-macam. Ada mie instan, biskuit, kue lapis, manisan, ikan teri, kopi, sabun, deterjen, dan teh Prendjak titipan dari ibu mertua,’’ kata Willy Koo, sambil tertawa. Reputasi Teh Prendjak yang diproduksi di Tanjungpinang, Bintan, dengan cita rasa Melayu, bisa menyeberang sampai Singapura dan Malaysia.

Willy dan Cathy adalah wajah orang kebanyakan di Singapura. Willy seorang pekerja konstruksi dan Cathy seorang  staf pemasaran perusahaan properti. Dua anak mereka sudah mentas. Pasangan ini sesekali berakhir pekan di Batam guna melepaskan diri dari hari-hari yang melelahkan di Singapura. ‘’Pascapandemi, kami sudah dua kali datang ke Batam dan sekali di Pantai Lagoi Bintan. Selama pandemi kami terkurung,’’ kata Willy.

Batam ibaratnya hanya sepelemparan batu dari Singapura. Jarak terdekat dari pantai ke pantai 20 km. Dari dermaga Tanah Merah di Harbour Bay Singapura ke Pelabuhan Batam Center di Sekupang, sejauh 25 km, hanya diperlukan waktu 55 menit bila arus laut tenang. Bisa bertambah 10 menit bila arus lautnya bergolak. Cukup singkat. Pemberangkatan dari Tanah Merah terjadi setiap jam.

Tidak heran bila Batam menjadi (salah satu) pilihan warga Singapura melewatkan akhir pekan. Dari 2,86 juta wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Kepulauan Riau (Kepri) pada 2019, ada  68 persen (1,95 juta) dengan tujuan Batam. Dari jumlah itu, 48.5 persen ialah warga Singapura, 10,7 persen dari Malaysia, 10 persen dari Tiongkok, 5,25 persen dari India, dan selebihnya dari berbagai negara. Besarnya arus wisatawan ini relatif rata, dengan kenaikan pada Oktober–Desember.

Namun seperti kisah Willy dan Cathy, selama masa pandemi 2020 dan 2021, arus wisman ke Batam anjlok. Baru sejak Mei 2022 arus wisman kembali menguat dan dunia pariwisata Batam menggeliat. Pada April masih 8.000-an wisman yang datang, kemudian berturut-turut ke-16.700 pada Mei, lalu 39,7 ribu pada Juni, meningkat ke-57 ribu pada Juli. Pada Agustus mencapai 75 ribu dan diperkirakan sudah mendekati 90-100 ribu pada September 2022.

Geliat wisman itu pun terlihat dari lalu lalang pelancong di Pantai Nongsa dan Pantai Ocrina Park di kawasan Batam Center, yang dikepung hotel-hotel berbintang  dan apartemen sewaan. Kehadiran pelancong itu juga terlihat di kedai-kedai kopi, kafe, restoran, rumah makan seafood, dan tempat-tempat perbelanjaan.

Pelabuhan feri di Batam Center dan Pelabuhan Nongsa juga tampak lebih ramai dengan lalu lalang kapal dari Singapura dan Malaysia. Dari Pelabuhan Stulang Johor Bahru, ada dua atau tiga kali trip setiap hari dengan waktu tempuh 2–2,5 jam. Harga tiket Singapura–Batam (ulang alik) sekitar Sing$ 70 (sekitar Rp700 ribu). Sedangkan yang dari Pelabuhan Stulang Johor sekitar Rp800.000 (pp).

Dalam jumlah yang relatif lebih kecil, wisman datang melalui pintu Bandara Hang Nadim, utamanya dari Kuala Lumpur dan Darwin Australia. Adapun tamu-tamu dari Tiongkok, India, Filipina, Jepang, Korea Selatan, dan Eropa, umumnya masuk ke Batam melalui Singapura. Sebagian mereka adalah ekspatriat di Singapura. Seperti ke kota lain di Indonesia, untuk masuk ke Batam para pelancong itu hanya perlu menunjukkan sertifikat (digital) vaksinasi primer dan sekali booster.

Pariwisata Batam sudah menggeliat pulih. Spot-spot wisata yang menjadi favorit wisatawan asing dan domestik semakin ramai. Di akhir pekan, rombongan wisatawan terlihat cukup ramai di sekitar Jembatan Barelang yang menghubungkan Pulau Batam dan Pulau Galang. Sejumlah perahu motor tampak mengelilingi pulau-pulau kecil di seputar Batam, utamanya Pulau Belakang Padang.  Di sana mereka, menyaksikan  kampung nelayan dengan rumah-rumah panggung dari kayu  khas masyarakat Melayu.

Wisata kuliner juga menjadi salah satu daya tarik Batam. Deretan rumah makan yang menyajikan hidangan seafood  berjajar di Tanjung Piayu. Bara arang di atas anglo bakaran terlihat dari jalanan dan aroma ikan bakar pun menyeruak sampai ke tepian pantai.

Yang ingin berbelanja busana dengan mode mutakhir dan tas-tas nonbranded, kain-kain etnik, bahkan barang elektronik bisa merapat ke pusat perdagangan Nagoya. Di sekitar sana juga ada kedai-kedai yang menyajikan teh tarik, nasi lemak, sup ikan, yong tahu, bubur ayam, lontong sayur, hingga roti prata.

Suasana yang sedikit lebih semrawut, dibandingkan Singapura, juga menjadi daya tarik tersendiri. Batam justru menjadi pelepas warga Singapura dari kehidupan kota yang serba tertib dan serba mengatur. Isu keamanan di Batam sudah lama berlalu. ‘’Sebagian orang Singapura pernah datang ke Batam, sebagian lagi ke Bintan atau Tanjung Balai Karimun, dan semuanya baik-baik saja,’’ ujar Willy Kho.

Namun memang bagian yang lebih besar dari warga Singapura memilih berakhir pekan di Johor Bahru, Malaysia. Mereka bisa menyeberang dengan bus, kereta api, mobil pribadi, sepeda motor, atau bahkan sepeda. Tinggal menyeberang jembatan dan antre sebentar di kantor imigrasi.

Di Singapura, yang luasnya hanya 730 km2, warga tak bisa jauh-jauh mengendarai mobil. Kalau ingin berkendaraan jauh, mereka membawa mobil atau sepeda motornya ke Malaysia. Hal tersebut tak mudah dilakukan di Batam.

Apa pun situasinya, dari tahun ke tahun pelancong yang datang ke Batam, Bintan, dan Tanjung Balai Karimun terus meningkat, dengan jeda pandemi 2020 hingga semester pertama 2022. Pada 2012, arus wisman ke Batam baru 1,2 juta dan meningkat ke-1,95 juta pada 2019. Untuk dapat pulih ke level 2019 perlu waktu. Diperkirakan baru bisa dicapai pada 2024.

Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) adalah destinasi wisman kedua terbesar setelah Bali. Pada 2019, ada 2,865 juta wisman yang datang ke Kepri, dan menyumbang 17,8 persen atas kunjungan wisman nasional. Yang tertinggi adalah Bali, yakni 39 persen. Jakarta berkontribusi 15 persen, selebihnya 28,2 persen disumbang oleh berbagai destinasi wisata di tanah air.

Untuk Kepri, Batam adalah andalannya yang menyumbang 68 persen wisman pada 2019. Destinasi wisata Bintan Utara seperti Pantai Lagoi, yang dikepung oleh resort-resort kelas premium, menjadi pintu masuk kedua, yang berkontribusi pada 22 persen wisman.

Selebihnya, Kota Tanjungpinang di Pulau Bintan menjadi pintu masuk bagi enam persen wisman dan 4 persen lainnya datang ke Tanjung Balai Karimun. Bukan hanya Batam yang mengeliat. Sejak Mei 2022, seiring meredanya Covid-19, geliat yang sama juga muncul di Bintan dan Tanjung Balai Karimun.

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari