Sejak lama Pantai Jelenga dikenal sebagai surga selancar ombak. Demi mengincar scar reef, peselancar bisa tinggal selama berminggu-minggu di sekitar Jelenga.
Suara teriakan anak-anak usia 10 hingga 14 tahun menyeruak di antara debur ombak Pantai Jelenga yang berada di Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada waktu sore di akhir pekan bulan November 2024 lalu. Berkaus aneka warna, anak laki-laki dan perempuan saling membaur, mereka berlarian kecil dari tepi pantai berpasir putih menuju perairan.
Mereka tak lupa membawa papan selancar (surfboard) yang biasa dipakai untuk melakukan olahraga surfing. Ukuran papan pun tak seperti yang lazim dipakai para pemain surfing dewasa, melainkan surfboard khusus anak-anak yang disesuaikan dengan usia dan berat si pemakainya. Umumnya papan selancar anak-anak ukuran panjangnya berkisar 140--170 sentimeter (cm) dan mampu menahan beban hingga 80 kilogram.
Setelah berada sekitar 3 meter dari bibir pantai yakni di perairan dangkal, anak-anak ini mulai menaiki surfboard masing-masing. Mereka tidak langsung berdiri, namun harus berbaring dengan posisi badan tertelungkup sambil tangan mengayuh air. Gerakan itu diulang berkali-kali sebelum mereka belajar untuk berdiri di atas surfboard sambil tangan direntangkan, berusaha memberi keseimbangan agar tidak terjatuh ke air.
Aksi mereka ini mengundang tepuk riuh dari beberapa wisatawan asing yang tengah bersiap naik ke kapal nelayan melakukan surfing di bagian perairan yang sedikit menjauh dari pantai, sekitar 2--3 kilometer. Tak ada raut kecewa dan sedih dari anak-anak yang menjajal surfing dan sebaliknya mereka tertawa riang, terlebih begitu melihat ada di antara anak-anak ini yang terjatuh tatkala berdiri di atas papan selancar.
Itulah sekelumit cerita dari peluncuran program surfing masuk sekolah sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat bekerja sama dengan sebuah perusahaan pengolahan tambang swasta nasional yang memiliki daerah konsesi di kabupaten tersebut. Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Sumbawa Barat, Julmansyah seperti dikutip dari Antara mengatakan bahwa kegiatan ini sebagai persiapan provinsi berjuluk Bumi Gora itu untuk menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) 2028 yang diadakan di NTB dan Nusa Tenggara Timur.
Julmansyah mengungkapkan, pihaknya telah membuat program pengembangan surfing yaitu menyiapkan calon atlet asal NTB untuk dijadikan surfer di tingkat nasional dan internasional. Selanjutnya menjadikan olahraga yang juga dikenal sebagai selancar ombak tersebut sebagai titik masuk (entry point) dalam membangun industri pariwisata berbasis masyarakat dan berkelanjutan (community based and sustainability tourism).
Gagasan surfing masuk sekolah ini diperkuat Keputusan Bupati Sumbawa Barat, nomor 100.3.3.2 Tahun 2024 tentang Penetapan Satuan Pendidikan Dasar Pelaksanaan Ekstrakurikuler Surfing Sumbawa Barat. "Program ini untuk mendukung pengembangan selancar ombak atau olahraga surfing di Sumbawa Barat dan dalam rangka menyiapkan sektor penopang ekonomi daerah pascaberakhirnya pengelolaan tambang di Batu Hijau pada 2030 nanti," tegasnya.
Apa yang diucapkan Julmansyah tidak salah lantaran Pantai Jelenga sejak lama menjadi tujuan penggemar surfing dari seluruh dunia. Tak seperti ombak di pantai lain di kawasan Bumi Gora yang hanya memunculkan gulungan tinggi pada bulan tertentu saja, ombak di Jelenga justru selalu menghadirkan ombak bergulung-gulung sepanjang tahun. Ketenaran Pantai Jelenga bahkan telah tercatat di Lonely Planet sebagai pantai dengan ombak terbaik di Indonesia.
Jelenga mengalahkan ketenaran ombak di Labuan Bajo, Kuta, Mentawai, dan Nias meski namanya masih terdengar asing di telinga wisatawan domestik. Mark Johanson selaku pengelola Lonely Planet menjelaskan, ombak Jelenga sudah berkelas dunia (world class) karena memiliki ciri khas Left-Hand Break terbaik dan cocok dicoba oleh peselancar pemula dan profesional (pro).
Kalangan penggemar selancar ombak dunia menjuluki Jelenga sebagai Scar Reef lantaran gelombang ombak yang dihasilkan mirip seperti gulungan karpet yang tinggi. Mereka rela tinggal berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan lamanya demi menikmati gulungan ombak memanjang hingga 1 km dan menyurut tepat di tepi pantai.
Sejatinya, Jelenga ini tak hanya menjual keunikan gulungan ombak Scar Reef dan halusnya pasir putih pantai saja karena kawasan ini juga dikelilingi oleh perbukitan yang layak untuk dijelajahi dan menjadi titik terbaik untuk menyaksikan peristiwa alam matahari terbenam (sunset). Melalui titik tertinggi di perbukitan, pengunjung juga bisa melihat garis pantai yang membentang melengkung dengan hamparan pasir putih yang berkilau.
Terdapat pula hutan mangrove di sisi selatan pantai yang dapat dikunjungi dengan menyewa perahu nelayan. Wisatawan juga dapat mencoba melakukan kegiatan menyelam atau sekadar snorkeling untuk melihat keindahan pemandangan alam bawah laut Jelenga yang memukau dengan gugus terumbu karang yang masih sehat dan aneka ikan laut. Pantai Jelenga berada sekitar 40 km dari Pelabuhan Poto Tano yang menghubungkan Pulau Sumbawa dengan Pulau Lombok.
Jelenga dapat dicapai dari pusat Kecamatan Taliwang dengan berkendara sejauh 30 km menyusuri perkampungan dan lahan pertanian warga serta perbukitan hijau. Jalan beraspal mulus sepanjang perjalanan begitu memanjakan pengunjung meski sekali-sekali harus bersiap meninjak rem lantaran tak sedikit hewan ternak warga yang ikut melintas.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf