Keberhasilan program Makan Gizi Gratis (MBG) tidak terlepas dari penanganan berbagai tantangan manajemen, mulai dari pembangunan fisik dapur, pengelolaan rantai pasok, hingga pelatihan tenaga manajerial dan pelaksana di lapangan.
Pertunjukan itu menghadirkan kolaborasi antara musik tradisional, tarian, dan visual digital, menciptakan narasi yang menggambarkan bagaimana jiwa budaya Indonesia tetap hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi.
Menurut Menkomdigi, teknologi tidak harus menjadi lawan budaya. Namun, jika dikelola dengan bijak, ia bisa menjadi sahabat yang menjaga dan mengangkat nilai-nilai kehidupan.
Kurikulum di Sekolah Rakyat disusun melalui dua jalur utama, yakni jalur pendidikan formal yang setara dengan sekolah umum, dan jalur pendidikan karakter yang menanamkan nilai kedisiplinan, tanggung jawab, serta kemandirian.
Kemnaker berkomitmen agar Sekolah Rakyat tidak hanya memberikan pendidikan akademik, tetapi juga membekali generasi muda dengan keterampilan kerja.
Kepala BGN menyampaikan bahwa program MBG kini telah menjangkau lebih dari 15 juta penerima manfaat, dengan dukungan 5.103 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Menkomdigi megatakan program MBG bertujuan meningkatkan akses makanan sehat kepada masyarakat, khususnya anak-anak sekolah di berbagai daerah, sebagai bagian dari upaya menciptakan ekosistem digital yang berdampak sosial.
Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo menyampaikan bahwa pemeriksaan kesehatan rutin adalah investasi jangka panjang bagi diri sendiri dan keluarga.
Kepala Badan Gizi Nasional mengatakan sebanyak 5.103 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah aktif melayani menu MBG. Selain itu, Kepala BGN mengatakan bakal ada 14.000 SPPG yang sedang dalam proses untuk beroperasi.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN meminta agar petugas di tingkat lapangan dapat lebih aktif dalam menjangkau penerima manfaat program MBG.