Jika suatu kali kita ke Sungai Mahakam di Kaltim atau Sungai Kapuas di Kalbar mungkin kita terkejut karena ada sekelompok hewan menyemburkan air di tengah sungai besar itu. Jangan mengira ada lumba-lumba di sungai, karena yang menyemburkan air itu adalah pesut Mahakam yang hidup di air tawar dan punya nama latin Orcaella brevirostis. Sedangkan lumba-lumba dan paus adalah mamalia air laut.
Pesut Mahakam adalah mamalia air (bukan ikan) yang hidup di sungai air tawar daerah tropis dan hidup dengan cara berkelompok (6-9 ekor). Pesut di Indonesia berkerabat dekat dengan pesut yang terdapat di Asia Tenggara dan Asia Selatan, juga Australia. Jenis pesut ini juga hidup di Sungai Ayeyarwaddy di Myanmar dan Sungai Mekong di Kamboja dan Laos, serta punya nama latin Orcaella fluminalister . Word Wild Fund (WWF) menyebut hewan ini sebagai Irrawaddy dolphin.
Tubuh mereka tegap, lurus dan bulat. Umumnya berwarna putih ditambah abu-abu muda sampai tua, kepala membulat seperti umbi dan tidak punya hidung sehingga tidak mirip sama sekali dengan lumba-lumba yang bermoncong panjang. Sepasang mata kecil milik mereka mengisyaratkan adaptasi fisik dengan sungai yang berlumpur dan punya sirip punggung kecil berbentuk segitiga dan agak membulat. Punya gigi kecil (hanya 1 sentimeter) sebanyak 17-20 buah di bagian atas dan 15-18 di bagian bawah. Seperti mamalia air lainnya, dia juga menyemburkan air melalui lubangnya.
Menurut Animal Diversity, pesut Mahakam punya panjang 1,5 sampai 2,8 meter dan berat 114 sampai 135 kg. Berat pesut yang baru lahir adalah 12,3 kg. Mereka mampu bertahun hidup sampai umur 28 sampai 30 tahun, dimana organ reproduksinya sudah matang pada sekitar tahun ke 3.
Jika mereka mendapatkan jantan dan hamil, sang pesut betina akan hamil selama 9 sampai 14 bulan dan melahirkan hanya satu pesut saja. Sang pesut betina punya periode natal selama 3 tahun yang artinya hanya bisa hamil dan melahirkan satu bayi pesut setiap 3 tahun. Ini membuat jumlah pesut tidak bisa terlalu banyak dalam satu komunitas.
Pesut ini sering disebut perenang yang lamban karena hanya mampu berenang 25 km/jam. Mampu menyelam selama 30-60 detik dan bisa mencapai 12 menit jika dalam keadaan terancam. Jika suasana aman, mereka bersantai dengan muncul di permukaan sungai.
Jenis pesut yang juga mirip dengan pesut Mahakam adalah Orcaella heinsohni yang hidup di Papua Nugini dan Australia. Perbedaan mendasar dari pesut Australia dan pesut Mahakam adalah pesut Australia biasanya punya tiga warna, sedangkan pesut Mahakam punya dua warna saja. Mereka juga punya tengkorak dan sirip yang berbeda.
Nyaris Punah Karena Habitat Terganggu.
Kekhawatiran banyak pihak soal pesut Mahakam yang juga disebut dengan pesut Etam ini adalah jumlahnya yang kian menyusut dari waktu ke waktu. Jika dahulu pernah terlihat di wilayah Kalbar, Kaltim, Kalsel dan Kalteng, kini mereka hanya terlihat sesekali di Kalbar dan Kaltim.
Di Kalbar mereka biasanya terlihat di sepanjang Sungai Kapuas yang mengalir di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Kayong Utara, sedangkan di Kaltim selain di Sungai Mahakam, mereka juga kerap terlihat di Danau Jempang di Kutai Barat, Danau Semayang dan Danau Melintang di Kutai Kartanegara (Kukar). Juga di perairan Desa Mentawir di Penajam Paser Utara- Kaltim. Sedangkan di kawasan Sungai Barito Kalimantan Selatan dan Sungai Kahayan dan Sungai Kumai (Tanjung Puting) di Kalimantan Tengah, pesut Mahakam tidak ditemukan lagi.
Berdasarkan UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya serta PP Nomor 7 Tahun 1999, pesut Mahakam merupakan jenis satwa dilindungi. Aturan perlindungan terhadap hewan ini juga datang dari International United of Conservation Nature and Natural Resources (IUCN) atau lebih dikenal sebagai Badan Konservasi Internasional. Lembaga ini menetapkan pesut Mahakam sebagai satwa kristis dan terancam punah (critically endangered species).
Pesut ini tidak punya predator alami, sehingga kepunahan mereka cenderung karena rusaknya habitat sehingga daya tahan hidup mereka juga menurun. Di Danau Semayang-Kukar misalnya, pesut ini kian sedikit jumlahnya karena permukaan danau sering penuh dengan enceng gondok. Ini membuat mereka kesulitan mendapatkan makanan yang berupa ikan kecil, moluska (hewan lunak seperti siput) dan krustasea (udang-udangan).
Pemerintah Daerah Kalbar sedang mengupayakan membangun habitat yang lebih baik seperti membangun hutan mangrove. Hutan ini biasanya merupakan wilayah penyangga daratan dari ancaman abrasi laut. Jika hutan mangrover terkelola dengan baik, maka banyak bahan makanan akan tersedia untuk pesut Mahakam ini.
Beberapa tulisan dan kesaksian menyebut bahwa Orcaella juga pernah ada di Segara Anakan, Cilacap Jawa Tengah. Hanya saja menurut ahli biologi, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Dr Husein Kertanegara, mengemukakan bahwa sulit mendapatkan data akurat bahwa pesut masih ada di wilayah itu. Kemungkinan besar mereka punah karena habitat tidak mendukung.
Habitat yang tidak mendukung itu antara lain, pendangkalan sungai karena sampah sampai aktivitas manusia seperti kegiatan kapal-kapal besar (banyak tongkang berukuran besar pembawa batubara di Kalimantan). Kondisi itu menyebabkan minimnya makanan untuk pesut, lalu jumlahnya menyusut dan akhirnya punah. (K-CD)