Indonesia.go.id - Strategi Menghadapi Kenaikan Harga BBM

Strategi Menghadapi Kenaikan Harga BBM

  • Administrator
  • Sabtu, 5 Agustus 2023 | 12:45 WIB
BBM
  Tekanan pasar internasional membuat harga beberapa bahan bakar nonsubsidi mengalami kenaikan. ANTARA FOTO/ Makna Zaezar
Harga bahan bakar minyak dapat kapan saja naik akibat tekanan pasar internasional. Masyarakat harus dapat semakin bijak menyikapinya.

Pada 1 Juli 2023, PT Pertamina mengumumkan kenaikan harga sejumlah jenis BBM nonsubsidi. Harga baru itu sesuai dengan Keputusan Menteri (Kepmen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) nomor 245.K/MG.01/MEM.M/2022 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan melalui SPBU.

“Mengacu pada rata-rata MOPS (mean of plats Singapore) pada periode 25 Mei hingga 24 Juni, Pertamina Patra Niaga telah mengevaluasi ulang dan akan kembali melakukan penyesuaian harga secara berkala untuk Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex berlaku per 1 Juli 2023,” kata Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting, kepada pers, Kamis (6/7/2023).

 

Kenaikan Harga BBM

Daftar harga BBM saat ini sebagai berikut:

  • Pertamax Turbo: Rp14.000 per liter, dari sebelumnya Rp13.600 per liter
  • Pertamina Dex: Rp13.550 per liter, dari sebelumnya Rp13.250 per liter
  • Dexlite: Rp13.150 per liter, dari sebelumnya Rp12.650 per liter
  • Pertamax: Rp12.400 per liter (tetap)
  • Pertalite: Rp10.000 per liter (tetap)
  • Solar: Rp6.800 per liter (tetap)

Secara keseluruhan, perbedaan kenaikan harga antara jenis BBM hanya sedikit. Kenaikan tertinggi terletak pada jenis BBM Pertamina Turbo, dan terendah dari BBM solar.

 

Dampak Kenaikan

Hingga pertengahan Juli 2023, sejauh pemantauan Indonesia.go.id, belum terjadi pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan harga BBM yang terjadi. Hal ini kemungkinan kenaikan terjadi pada BBM non subsidi yang  proporsinya relatif terbatas. Data yang dihimpun dari lapangan, kebutuhan/konsumsi terbesar atau sekitar 40%--50% adalah BBM dengan RON 90 atau Pertalite.

Merujuk pengalaman di masa lalu, di mana BBM bersubsidi cenderung berkurang, masyarakat dapat melakukan beberapa langkah antisipasi;

  • Optimalkan penggunaan BBM dengan cara mengemudi dengan efisien, seperti menghindari akselerasi tiba-tiba, menjaga kecepatan yang stabil, dan merencanakan perjalanan dengan baik. Hal ini dapat membantu mengurangi konsumsi BBM dan menghemat pengeluaran.
  • Mencari alternatif transportasi, misalnya, dengan menggunakan transportasi umum, berbagi kendaraan dengan teman atau rekan kerja, atau menggunakan kendaraan nonmotor. Pengurangan penggunaan kendaraan pribadi, dapat mengurangi konsumsi BBM dan menghemat biaya transportasi.
  • Selalu menjaga kendaraan dalam kondisi prima dengan melakukan perawatan rutin seperti servis berkala, memeriksa tekanan ban, dan mesin. Kendaraan yang terawat dengan baik cenderung lebih efisien dalam penggunaan BBM.
  • Mencari alternatif energi dengan menjelajahi opsi kendaraan ramah lingkungan seperti kendaraan listrik atau kendaraan dengan bahan bakar alternatif seperti gas alam terkompresi (CNG) atau biogas. Mengadopsi teknologi yang lebih bersih dapat membantu mengurangi ketergantungan pada BBM.
  • Mengatur anggaran dengan bijak yakni membuat perencanaan anggaran yang terperinci, mengevaluasi pengeluaran nonprioritas, dan mencari cara untuk menghemat pengeluaran lainnya. Dengan mengelola anggaran dengan baik, masyarakat dapat mengatasi kenaikan harga BBM dan menjaga kestabilan keuangan.
  • Menyesuaikan gaya hidup dapat dilakukan dengan mengadopsi gaya hidup yang lebih berkelanjutan, seperti mengurangi penggunaan energi, memanfaatkan energi terbarukan, dan mengurangi konsumsi secara umum. Dengan mengubah kebiasaan dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil, dapat membantu mengurangi penggunaan BBM secara keseluruhan.

 

Selain itu, masyarakat perlu memperhatikan pula bahwa kenaikan harga BBM merupakan fenomena yang kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Sebab itu selain usaha individu, penting juga masalah ini ditangani bersama. Peran masyarakat untuk berpartisipasi dalam kebijakan publik tentang kebijakan bahan bakar energi sangat diperlukan. (*)

 

Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari