Tak lengkap rasanya jika Anda melintas di Jl Raya Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah, tapi tidak mampir menikmati Soto Sokaraja dengan saus sambal kacang yang menggoyang lidah.
Soto jenis itu banyak ditemukan di sepanjang jalan yang letaknya kurang lebih 16 kilometer ke arah barat Purwokerto atau 8 kilometer arah timur Kota Purwokerto. Oleh wong Banyumas, masakan itu dikenal dengan sebutan "sroto", soto dengan ciri khas saus sambal kacang. Di sepanjang jalan raya utama Sokaraja, berderet penjual soto Sokaraja, seperti Soto Kecik dan Soto Lama H Muradi. Itu adalah yang paling tua karena sudah berjualan sejak 1970-an.
Sroto Sokaraja ini bukan saja kuliner andalan warga Banyumas dan sekitarnya. Santapan ini juga menjadi salah satu makanan tradisional yang terkenal di Indonesia. Kini, warung atau restoran Sroto Banyumas tersebar di sejumlah kota besar di tanah air.
Apa ciri khas Sroto Sokaraja? Tidak lain, memakai ketupat dan bumbu sambal kacang dalam campuran kuah sotonya. Selain itu, Sroto Sokaraja juga menggunakan krupuk khusus dari bahan singkong dalam penyajiannya, yaitu “krupuk cantir”. Krupuk cantir ini biasanya berwarna merah atau putih. Selain warnanya yang unik, rasa dari krupuk cantir ini menambah nikmat Sroto Sokaraja ini.
Sajian Sroto Sokaraja ini dalam proses pembuatannya hampir sama dengan soto pada umumnya. Kuah yang digunakan terbuat dari kaldu daging sapi sandung lamur yang dimasak dengan bumbu khusus sehingga memberikan cita rasa yang khas. Selain itu, kuah pada Sroto Sokaraja ini cenderung lebih bening dan berwarna kekuningan.
Bagaimana resepnya membuat Sroto Sokaraja? Silakan menyiapkan bahan-bahan seperti lima sendok makan (sdm) minyak sayur sebagai bahan menumis, 100 gram (gr) suun lalu rendam dalam air matang setelah itu tiriskan, 150 gr taoge pendek, dan 100 gr kacang tanah goreng.
Untuk meracik kuah soto siapkan dua liter air untuk merebus, 750 gr daging sapi sandung lamur, tiga cm jahe digeprek, empat batang serai digeprek, tiga sdm kecap manis. Sedangkan, bumbu-bumbu yang dihaluskan adalah 10 butir bawang merah, delapan siung bawang putih, lima butir kemiri disangrai, tiga cm kunyit dibakar, 1½ sdt garam, dan satu sendok teh (sdt) merica putih butiran.
Adapun sambal kacang diolah dari dua sdm minyak sayur, 10 buah cabai rawit merah, lima siung bawang putih, tiga butir bawang merah, 200 ml air panas, 100 gr kacang tanah goreng, dua sdm gula merah, satu sdm air asam jawa, dan satu sdt garam. Sebagai pelengkap, iris halus dua batang seledri dan iris tipis satu batang bawang daun.
Cara membuat kuah soto, rebus daging hingga empuk. Angkat, potong-potong. Sisihkan kaldunya. Panaskan tiga sdm minyak, tumis bumbu halus, jahe, serai, dan lengkuas hingga harum. Angkat. Tuang ke dalam kuah kaldu bersama kecap manis. Segera didihkan. Angkat. Sisihkan.
Sementara itu untuk sambal kacang, panaskan dua sdm minyak, tumis cabai dan semua bawang hingga harum. Angkat. Haluskan dalam blender bersama sisa bahan. Siap dihidangkan.
Sroto Sokaraja ini biasanya disajikan dalam mangkuk. Dalam penyajiannya, ketupat dipotong kecil dan ditaruh ke dalam mangkuk berisikan daging sapi maupun babat setelah disiram kuah soto. Selain daging sapi, tersedia juga soto dengan daging ayam dengan kuah kaldu ayam.
Adapun ketupat yang digunakan pada Sroto Sokaraja ini biasanya menggunakan ketupat yang dibungkus dengan daun kelapa muda. Sehingga memiliki tekstur dan rasa yang khas pada ketupat ini. Selanjutnya, ditambahkan taoge dan irisan seledri lalu disiram dengan kuah dan ditaburkan bawang goreng.
Nah, untuk sambal kacang ini bisa disajikan dengan dicampur kuah, namun ada juga yang terpisah. Untuk menambah rasa Anda bisa menambahkan sambal, kecap, dan perasan jeruk nipis. Tentunya sesuai dengan selera kita. Sroto Sokaraja ini sangat cocok dihidangkan selagi panas.
Makin nikmat menyantap sroto sambil ditemani mendoan (tempe goreng) pakai kecap/petis rawit dan dawet ayu (es cendol) khas Banjarnegara. Pada umumnya warung-warung soto di Sokaraja maupun sekitaran Banyumas juga menyediakan penganan khas setempat seperti gethuk goreng Sokaraja, kripik tempe, dan nopia.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Editor: Firman Hidranto/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini