Indonesia.go.id - Gurih Pedas Satai Bulayak Khas Sasak

Gurih Pedas Satai Bulayak Khas Sasak

  • Administrator
  • Sabtu, 14 November 2020 | 01:06 WIB
KULINER
  Sate Bulayak, sate khas asal Lombok. Foto : Istimewa

Lontongnya dililit daun aren. Satainya berasal dari daging sapi atau ayam dengan potongan lebih kecil dari satai umumnya.

Indonesia adalah surga kuliner. Beragam jenis kuliner ada di negeri berpenduduk 267 juta jiwa ini. Satai salah satunya. Ada begitu banyak jenis satai, satai madura, satai padang, hingga satai tegal. Tak hanya berbeda dari segi bumbu dan rasa, bahan dasar satai pun beraneka rupa seperti ikan, ayam, kambing, hingga daging sapi. Hampir di setiap daerah di tanah air memiliki sajian satai khas.

Salah satunya ada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Namanya satai bulayak. Sajian itu berbahan dasar utama daging sapi, meski tak sedikit juga yang menyajikan dengan bahan dasar daging ayam atau jeroan sapi. Sekilas, satai bulayak serupa dengan satai pada umumnya. Namun, keunikan kudapan ini justru terdapat pada bulayak yang menyertai penyajian satai tersebut. Nama bulayak diambil dari bahasa Suku Sasak yang berarti lontong.

Tak seperti lontong satai lainnya yang dibungkus daun pisang, bulayak dibungkus lilitan daun kelapa, aren, atau sagu dan kemudian diikat dengan tali dari irisan bambu. Daun dililit secara spiral dengan tujuan agar saat dibuka, bulayak terbuka secara memutar sehingga mudah menyantapnya.

Ukuran bulayak lebih kecil dari lontong pada umumnya hanya saja lebih panjang, sekitar 10 sentimeter. Tak hanya tekstur bulayak yang terasa lembut, tetapi aroma khas daun aren atau kelapa memberi keunikan tersendiri.

Bumbu kacang yang disajikan pada satai ini pun berbeda dengan bumbu kacang pada satai yang biasa dijumpai. Bumbu kacang di sini terbuat dari kacang tanah yang telah disangrai kemudian ditumbuk. Kemudian haluskan dan digoreng bersama bumbu-bumbu lain, seperti ketumbar, jintan, bawang merah dan bawang putih, lengkuas, terasi, serta cabai. Bumbu-bumbu tersebut lalu direbus bersama santan hingga mengental.

Paduan bumbu-bumbu tadi menghasilkan warna kuning pucat kemerah-merahan dan menghasilkan rasa yang pedas untuk disantap. Selintas, cita rasa bumbu satai bulayak mirip dengan kari. Rasanya nikmat, apalagi bila ditambah dengan perasan jeruk dan irisan cabai rawit yang memang disediakan dalam satu piring.

Ukuran daging satainya lebih kecil dari satai pada umumnya dan sebelum dibakar direbus terlebih dulu agar satai cepat matang dan menjaga daging tetap empuk. Daging yang siap dibakar terlebih dulu dilumuri bumbu penyedap alami ramuan Sasak.

Bumbu tadi berupa santan dan potongan-potongan cabe serta buah asam Sumbawa. Lantas satai yang sudah dilumuri tadi langsung dibakar. Kepulan asap satai yang dikipas akan langsung menyebarkan aroma sedap ke segala penjuru.

 

Harganya Terjangkau

Satu porsi satai bulayak berisi 10 hingga 15 tusuk ditambah irisan cabai rawit dan jeruk peras. Bulayak yang disediakan untuk menemani makan satai sebanyak enam buah. Untuk menikmati satai ini, cukup dengan membuka daun aren yang melilit bulayak, lalu bulayak dicelupkan ke bumbu kacang.

Pertemuan gurihnya bulayak dan bumbu kacang yang pedas menghasilkan kombinasi rasa yang sempurna. Harga seporsinya cukup terjangkau, antara Rp10.000-Rp15.000 dan biasanya tak cukup dinikmati satu porsi saja, bisa sampai dua porsi karena ukuran satainya yang kecil-kecil.

Semula satai ini hanya ditemukan di Kecamatan Narmada, Lombok Barat, dan disajikan ketika perayaan hari-hari besar Islam. Namun saat ini satai bulayak sudah dijual umum dan merambah ke berbagai tempat, khususnya obyek wisata dan sejumlah keramaian lainnya. Bahkan, saat Anda baru keluar dari Bandara Internasional Lombok, maka di sepanjang jalan banyak menemui gerobak hingga kios yang menjajakan hidangan ini.

Bila Anda berlibur ke Lombok, jangan lupa mencicipi hidangan unik ini karena kuliner ini tidak akan ditemukan di tempat lain. Satai bulayak termasuk mudah didapatkan di Mataram, ibu kota NTB.

Anda bisa menemukan penjual satai bulayak ini di lokasi wisata seperti Loan Baloq, Pantai Senggigi, Taman Aiknyet, Taman Udayana, Malomba, Sangkareang, dan Suranadi. Jangan lupa tetap memperhatikan protokol kesehatan ya, pakai masker, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menjaga jarak. Selamat mencoba.

 

 

Penulis: Anton Setiawan
Editor: Eri Sutrisno/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini