Indonesia.go.id - ASEAN Berjuang Bersama Atasi Pandemi

ASEAN Berjuang Bersama Atasi Pandemi

  • Administrator
  • Kamis, 12 Agustus 2021 | 15:25 WIB
ASEAN
  Presiden Joko Widodo menyampaikan pandangannya dalam pertemuan pemimpin ASEAN, April 2021. SETPRES
Indonesia sejak awal terjadinya pandemi telah memimpin diplomasi ASEAN untuk mencari jalan keluar dari penyebaran virus corona. Diplomasi vaksin kepada negara produsen dilakukan sebagai upaya pemulihan ekonomi di kawasan.

Tak pernah terbayangkan oleh siapapun di dunia jikalau virus SARS COV-2 tetap bertahan hingga 1 tahun 8 bulan sejak menyebar pertama kali dari sebuah pasar hewan di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, Tiongkok tengah, akhir Desember 2019. Asia Tenggara tercatat sebagai salah satu kawasan pertama tempat ditemukannya kasus positif 2019-nCoV, nama awal virus yang bermutasi dari hewan kelelawar tersebut. Nama Covid-19 baru disepakati digunakan beberapa waktu kemudian oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Seperti dikutip dari pemberitaan AFP, Thailand menjadi negara pertama di kawasan ini yang mengumumkan kasus Covid-19 pada 8 Januari 2020. Saat itu didapati adanya pelancong asal Tiongkok terkonfirmasi positif.

Di Asia Tenggara hingga 9 Agustus 2021 seperti dikutip dari laman situs www.worldometers.info, telah terdapat 8.040.204 kasus positif, 6.657.704 orang berhasil sembuh, 1.212.505 kasus aktif, dan sebanyak 169.959 kasus kematian. Ini terjadi di negara-negara seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, Myanmar, Vietnam, Kamboja, Singapura, Laos, dan Brunei Darussalam. Mereka bagian dari Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN yang terbentuk di Bangkok, 8 Agustus 1967.

Covid-19 juga ikut menggoyahkan nyaris seluruh sektor, seperti pariwisata dan ekonomi kreatif, perdagangan, industri, manufaktur, dan lainnya. Hingga hampir mendekati kuartal ketiga tahun 2020, kawasan ASEAN praktis tak berdaya saat sebagian besar negara di dunia menerapkan aturan pelarangan warganya bepergian dan menutup seluruh pintu masuk untuk mencegah meningkatnya penyebaran corona. Kebijakan yang kemudian dikenal sebagai lockdown ini menyebabkan kunjungan turis ke ASEAN merosot hingga tersisa 30-40 persen saja.

Kegiatan ekspor-impor terhambat, industri dan manufaktur kekurangan bahan baku, dan berdampak kepada pengurangan jam kerja hingga tindakan pemutusan hubungan kerja. Pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN pun bergerak minus, mulai dari minus satu hingga minus dua digit, sebagai dampak kontraksi global. Seluruh pemerintahan di kawasan seluas 4,5 juta kilometer persegi ini lebih berfokus menyelamatkan 600 juta warga mereka dari terjangan virus. Berbagai stimulus kemudian diluncurkan, termasuk di Indonesia yang dikenal sebagai program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

 

Kolaborasi Sebagai Kunci

Kendati demikian, para pemimpin ASEAN tetap berupaya mencari jalan untuk melawan pandemi dan bersama-sama keluar dari perangkap krisis. Indonesia sebagai salah satu negara pendiri, berperan sangat penting untuk mengupayakan kolaborasi ASEAN dengan para mitranya dalam mencari jalan keluar mengakhiri pandemi.

Ketika KTT ASEAN Plus Three digelar secara daring, 13 April 2020, dari Istana Kepresidenan Bogor, Presiden Joko Widodo mengajak Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan bersatu melawan corona. Seruan Presiden Jokowi dan para pemimpin ASEAN berbuah hibah dana senilai hampir USD3 juta (Rp43,2 miliar) pada Oktober 2020 dari ketiga mitra dagang utama ASEAN di Asia Timur tadi. Itu belum termasuk pengiriman bantuan ribuan alat pelindung diri, masker, disifektan, vitamin, dan obat-obatan.

Belakangan, bantuan-bantuan tadi dikelola oleh ASEAN Covid-19 Response Fund hasil KTT ASEAN di Jakarta, 24 April 2021. Bantuan dana juga diberikan Uni Eropa (UE) selaku sesama mitra kawasan dalam pertemuan Menteri Luar Negeri UE-ASEAN di Brussels, Belgia, 2 Desember 2020. Duta Besar UE untuk ASEAN Igor Driesmans seperti dikutip dari Reuters, mengatakan bahwa negara-negara Uni Eropa telah menyiapkan hibah dana 20 juta euro (Rp338 miliar).

Ini bagian dari bantuan dan pinjaman senilai total 350 juta euro (Rp5,9 triliun) untuk penanganan dan pemulihan Covid-19 di ASEAN. Sedangkan untuk membantu pengadaan vaksin COVAX di ASEAN, UE bakal menyuntikkan dana hingga 500 juta euro (Rp8,45 triliun). Sehingga total dana yang disiapkan UE untuk ASEAN mencapai 850 juta euro (Rp14,3 triliun). Sekretaris Jenderal ASEAN Dato Lim Jock Hoi menyebut, hingga Januari 2021, ASEAN Covid-19 Response Fund telah menerima bantuan dana hampir USD13,6 juta (Rp195,8miliar) di luar hibah dari UE.

Kolaborasi kemudian bagai sebuah magic word bagi para pemimpin ASEAN saat bertemu para mitra mereka di berbagai forum kerja sama. Seperti dikutip dari Antara, dalam pertemuan khusus Menlu ASEAN-Rusia yang dilaksanakan secara virtual, 17 Juni 2020, sebuah usulan kolaborasi juga dilontarkan Menlu RI Retno Lestari Priansari Marsudi.

Mantan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda ini menyebutkan, ASEAN-Rusia perlu berkolaborasi untuk memastikan tersedianya vaksin dan obat-obatan dengan biaya terjangkau untuk seluruh negara. "Sebagai dampak dari pandemi ini, penurunan ekonomi harus kita hadapi dengan kolaborasi dan bukan isolasi," kata lulusan pascasarjana Hukum Uni Eropa dari Haagse Hogeschool, Belanda ini.

Retno bersama para koleganya, menlu-menlu ASEAN tak hanya sekali menyerukan kepada Rusia untuk berkolaborasi mengatasi Covid-19. Saat pertemuan khusus berikutnya yang diadakan daring, 6 Juli 2021, ajakan kolaborasi kembali disuarakan. Di hadapan Menlu Sergey Lavrov, Retno dan para sejawatnya di ASEAN kembali mengajak Rusia untuk bekerja sama menangani pandemi.

“Kenaikan kasus Covid-19, kemunculan berbagai varian baru dan kesenjangan vaksinasi global merupakan pengingat bahwa ASEAN dan Rusia harus bekerja sama dengan lebih baik dalam menghadapi pandemi,” ujar Retno yang memimpin pertemuan bersama Lavrov seperti dilansir dari siaran pers Kemenlu.

Retno pun mengajak Moskow mendukung pemenuhan kebutuhan vaksin di kawasan melalui doses-sharing. Juga memprioritaskan negara ASEAN sebagai penerima vaksin Rusia serta menjajaki kemungkinan joint-production dengan negara anggota ASEAN. Tak hanya dengan Rusia, ajakan kolaborasi ikut disuarakan kepada Inggris dan Amerika Serikat.

ASEAN adalah salah satu mitra dagang terbesar Inggris, di mana pada 2019 nilai perdagangannya mencapai USD52 miliar. Angka ini melebihi bisnis mereka dengan Jepang, India, atau Korsel. Indonesia dan ASEAN meminta Inggris sebagai salah satu produsen vaksin untuk lebih aktif lagi memastikan kelancaran akses dan distribusi yang setara untuk semua negara. Permintaan itu terungkap dalam pertemuan ASEAN-Inggris yang digelar daring, 8 April 2021.

Permintaan serupa juga disampaikan Indonesia dalam kapasitas sebagai Ketua Dialog Kemitraan ASEAN-Amerika Serikat periode 2021-2024. Secara umum, seperti dikutip dari sambutannya di laman situs Kemenlu AS, Blinken memuji kepemimpinan Indonesia di ASEAN dan siap bekerja sama lebih baik. Secara khusus Blinken menyebut adanya bantuan 4,5 juta dosis vaksin Moderna dan 3,5 juta dosis lainnya segera menyusul untuk menggenapkan 8 juta dosis vaksin. AS, kata Blinken juga mengirim ventilator dan alat-alat kesehatan serta dana senilai USD30 juta (Rp432 miliar).

Sementara itu, dari pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN, 22 Juli 2021 disepakati vaksinasi merupakan jalan untuk menyudahi pandemi. Untuk itu ASEAN perlu terus mendorong skema multilateral. Ini berguna untuk menjamin ketersediaan akses vaksin secara adil dan merata di ASEAN sehingga mempercepat capaian target vaksinasi. Para Menkes ASEAN juga sepaham adanya saling sinergi untuk pemulihan ekonomi, peningkatan kapasitas laboratorium dan tukar informasi soal genomic sequencing SARS COV-2.

Dengan kolaborasi seperti ditunjukkan di atas, diharapkan pandemi bisa dijinakkan dan negara-negara anggota ASEAN dapat membangun kembali segenap sektor yang sebelumnya terkoyak akibat terjangan virus corona.

 

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari