Indonesia.go.id - Dari Indonesia untuk Dunia, Diplomasi Keadilan Vaksin hingga Pemulihan Ekonomi

Dari Indonesia untuk Dunia, Diplomasi Keadilan Vaksin hingga Pemulihan Ekonomi

  • Administrator
  • Kamis, 6 Januari 2022 | 20:02 WIB
G20
  Indonesia receives the arrival of the batch 182 of the Sinovac vaccine on Wednesday (12/29/2021). Ryiadhi/InfoPublik Kominfo
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan, di tingkat global, arsitektur kesehatan dunia harus diperkuat agar ke depannya dunia lebih siap menghadapi ancaman pandemi. Penguatan arsitektur kesehatan global menjadi salah satu prioritas Presidensi Indonesia pada G20.

Saat ini sebanyak 41 negara belum memvaksinasi 10% populasinya. Juga masih ada 98 negara yang belum mencapai vaksinasi 40% populasi sesuai target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).  Sementara itu, Indonesia telah berhasil mencatatkan total 270 juta dosis vaksinasi. Terbanyak ke-5 di dunia di bawah Tiongkok, India, Amerika Serikat, (AS) dan Brazil. Indonesia juga berhasil memvaksin 40% populasinya dan akan meningkatkan target di 2022.

Dari semua vaksin yang diterima Indonesia, lebih dari 20.15 % berasal dari COVAX maupun dukungan dose-sharing negara sahabat. Pada 22 Desember 2021, Indonesia telah memenuhi target WHO melakukan vaksinasi penuh terhadap 40% penduduknya. 

Pernyataan ini disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, dalam acara Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM), pada Kamis 6 Januari 2022 secara virtual. "Indonesia sudah memenuhi target WHO dalam melakukan vaksinasi penuh terhadap 40% penduduknya dan akan menargetkan memenuhi target 70% vaksinasi penuh dari total populasi pada pertengahan 2022," paparnya.

Menurut Retno, Indonesia juga terus memperjuangkan kesetaraan akses vaksin bagi semua negara. Perjuangan ini dibawa Indonesia di semua forum internasional. Sebagai salah satu co-chairs COVAX AMC Engagement Group, Indonesia ikut bekerja memperjuangkan kesetaraan vaksin. Di tengah segala kesulitan dan tantangan, sampai minggu ke-4 Desember 2021, COVAX Facility telah berhasil menyalurkan vaksin sejumlah 811 juta dosis kepada 144 negara dan entitas.

Menlu Retno menjelaskan, ke depannya COVAX akan terus memperkuat infrastruktur distribusi, logistik, dan kapasitas tenaga kesehatan di negara penerima. Di tingkat kawasan, sebagai Ketua Badan Sektor Kerja Sama Kesehatan ASEAN untuk 2020-2021, Indonesia memimpin dan mendorong berbagai inisiatif ASEAN dalam mengatasi pandemi dan memperkuat mekanisme ketahanan kesehatan kawasan.

Untuk 2022, menurut Retno, diplomasi kesehatan akan terus menjadi salah satu prioritas Indonesia. Pandemi Covid-19 mengajarkan untuk memperbaiki ketahanan kesehatan nasional dan global. Kerja sama jangka panjang diperlukan termasuk untuk memperkuat infrastruktur kesehatan nasional maupun industri kesehatan baik obatobatan maupun vaksin.

Indonesia harus mampu memproduksi vaksin sendiri dan dapat menjadi hub produksi vaksin di kawasan. Indonesia juga harus mampu membuat obat sendiri dan memenuhi bahan baku obat. Pengembangan riset dan jejaring manufaktur vaksin juga terus didorong, termasuk melalui CEPI.

Lebih lanjut Menlu Retno mengatakan, di tingkat global, arsitektur kesehatan dunia harus diperkuat agar ke depannya dunia lebih siap menghadapi ancaman pandemi. Penguatan arsitektur kesehatan global menjadi salah satu prioritas keketuaan Indonesia pada G20.

Indonesia akan terus mendorong penguatan peran sentral WHO dalam mengoordinasikan aksi global bidang kesehatan. Indonesia juga menilai pentingnya sebuah pandemic treaty yang baru, agar dunia lebih siap menghadapi pandemi. Indonesia siap berkontribusi secara konstruktif dalam proses negosiasi pandemic treaty tersebut. Mekanisme baru pendanaan kesehatan bagi negara berkembang juga harus dibentuk.

Menlu Retno menyebut, pandemi telah menggerus berbagai capaian SDGs terutama bagi negara berkembang. Lebih dari 100 juta orang tambahan di seluruh dunia jatuh kembali ke jurang kemiskinan dan sekitar 800 juta orang menderita kelaparan. Selain pandemi dunia juga dihadapkan pada berbagai tantangan lainnya, seperti konflik dan ketegangan di berbagai belahan dunia, bencana alam, krisis pengungsi, perubahan iklim, dan masih banyak lagi.                   

Soal kesenjangan vaksinasi yang lebar antara negara maju dan negara berkembang itu juga pernah diungkapkan Menlu Retno, saat menghadiri pertemuan ASEAN-G7 Foreign and Development Ministers Meeting yang diselenggarakan secara hibrida, beberapa waktu sebelumnya. “Persoalan tersebut harus diatasi dan G7 dapat memainkan peran penting untuk mempersempit kesenjangan tersebut,” ujarnya.

Ia menyampaikan, terdapat tiga penyebab vaksinasi global yang masih jauh dari target.  Kelangkaan suplai karena ketidaksetaraan akses produksi dan distribusi vaksin, kurangnya kapasitas penyerapan negara-negara penerima, dan masa kadaluwarsa vaksin yang singkat,” kata Menlu Retno dalam Press Briefing pertemuan G7, pada 13 Desember 2021.

Dalam kesempatan itu Menlu Retno juga menyoroti pencapaian vaksinasi global yang masih jauh dari target. “Negara-negara AMC baru menerima 505 juta dosis atau 53% dari target 2021 sebesar 950 juta dosis,” ucapnya.

Ia juga menyampaikan bahwa COVAX AMC telah berhasil melampaui target dana pada 2021.  COVAX AMC, menurutnya, telah mengumpulkan dana sebesar USD10,9 miliar atau 17% lebih banyak dibanding target 2021 sebesar 9,3 miliar USD.

 

Diplomasi Ekonomi

Dalam kesempatan pernyataan pers ini, Menlu Retno Marsudi juga bicara soal diplomasi pemulihan ekonomi. Menurutnya, sepanjang 2021, diplomasi ekonomi juga terus diperkuat. Upaya pemulihan ekonomi dilakukan tanpa mengorbankan aspek kesehatan.

Ia menyampaikan, pentingnya penekanan bahwa upaya pemulihan ekonomi juga dilakukan dengan memperhatikan lingkungan hidup dan SDGs. Pertama, diplomasi Indonesia bekerja untuk membentuk travel corridor arrangement (TCA), dengan tujuan pemulihan perjalanan lintas batas yang aman. Saling-pengakuan sertifikat vaksinasi dan inter-opera-bilitas platform juga terus dijajagi. Pembahasan intensif sedang dilakukan dengan Malaysia, Singapura, Arab Saudi, India, Australia, UAE, Turki, Belanda, Serbia, Hungaria, Ukraina, Kazakhstan, dan Uni Eropa.

Kedua, memperluas akses pasar serta promosi dan perlindungan Investasi. Antara lain, dengan dilakukannya perundingan CEPA dengan UAE dan peluncuran CEPA dengan Kanada dan MERCOSUR dan FTA ASEAN-Kanada, Perundingan Perjanjian Investasi Bilateral (BIT) dengan Swiss, CEPA Indonesia dengan EFTA.

Selain itu juga menyelenggarakan sejumlah temu bisnis hibrida, seperti Indonesia-Latin America and the Caribbean (INA-LAC) Business Forum III dengan transaksi dan potensi bisnis 1,23 triliun rupiah, Indonesia-Central and Eastern Europe (INA-CEE) Business Forum 2021 dengan transaksi bisnis senilai 44 miliar rupiah.

Indonesia juga berpartisipasi pada Dubai Expo 2020 dan komitmen investasi saat kunjungan Presiden di UAE sebesar USD44,6 miliar. Diplomasi yang dijalankan juga memperkokoh strategic presence/outbound investment BUMN dan swasta Indonesia di luar negeri. Antara lain, melalui program BUMN Go Global.

“Kita juga memperkuat industri strategis Indonesia seperti bidang kesehatan, bahan baku obat, industri pertahanan, petrokimia, maupun energi terbarukan. Diplomasi juga digerakkan untuk memperjuangkan fair-treatment bagi komoditas Indonesia, termasuk kelapa sawit,” katanya.

Ketiga, diplomasi melakukan penguatan ekonomi digital, ekonomi kreatif, dan ekonomi hijau. Antara lain, melalui penyelenggaraan ASEAN Creative Economy Business Forum (ACEBF) dalam kerangka ASEAN Comprehensive Recovery Framework (ACRF), promosi investasi ekonomi hijau dan transisi energi yang dilakukan bersama pelaku bisnis Inggris di sela pertemuan COP26 di Glasgow yang menghasilkan komitmen investasi USD9,29 miliar, dan komitmen pendanaan proyek transisi energi dari Pemerintah Prancis senilai 500 juta Euro.

Keempat, diplomasi juga digerakkan untuk memperkuat kebijakan Pacific Elevation di Pasifik. Antara lain, melalui penyelenggaraan virtual 2nd Pacific Exposition pada Oktober 2021 yang dikunjungi lebih dari 11 ribu orang dengan transaksi perdagangan senilai USD104 juta.

Kelima, penguatan kerja sama pembangunan, melalui dukungan hibah kepada sebelas negara sahabat, yaitu Afghanistan, Antigua dan Barbuda, India, Madagaskar, Mozambique, Palau, Suriname, Timor Leste, PNG, Zimbabwe, dan Saint Vincent and the Grenadines. Dengan fokus kerja sama pada pemberdayaan perempuan, peningkatan digital literacy UMKM, pemanfaatan teknologi pertanian, dan mitigasi dampak perubahan iklim.

Menlu melanjutkan, untuk 2022, upaya pemulihan ekonomi global diperkirakan masih banyak menghadapi berbagai tantangan. Pelaksanaan diplomasi ekonomi akan terus diperkuat. Antara lain melalui, penguatan akses produk industri strategis nasional seperti kesehatan, perkeretaapian, industri pertahanan, perkapalan ke kawasan Asia, Timur Tengah, dan Afrika.

Lalu, menyelenggarakan Pacific Forum for Development guna meningkatkan kerja sama pembangunan di Pasifik secara lebih terstruktur, meningkatkan engagement dengan para investor di luar negeri guna memperkuat kemitraan dengan Sovereign Wealth Fund Indonesia. Indonesia juga memperkuat kemitraan guna mendukung transisi energi, ekonomi hijau, dan lestari.

Kemudian, melanjutkan upaya mempercepat penyelesaian berbagai perundingan CEPA, antara lain, dengan UAE, Uni Eropa, Turki, dan Chile. Di tingkat multilateral, diplomasi dijalankan agar terus menjadi pendorong.

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari