Sekitar 46% dari total 70.000 batang sungai di Indonesia dalam keadaan tercemar berat. Masyarakat diajak lebih peduli menjaga kebersihan dan kelestariannya.
Sejarah mencatat Sungai adalah tempat tumbuhnya peradaban manusia. Di masa lalu, sungai dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga, pertanian, perikanan, dan transportasi. Selain itu, sungai juga memiliki fungsi penting bagi alam, yaitu sebagai pendukung utama kehidupan flora dan fauna.
Di masa modern, dengan jumlah manusia yang semakin banyak, manfaat sungai semakin berkembang. Manusia merekayasa sungai dengan membangun bendungan. Baik untuk pembangkit tenaga listrik, irigasi pertanian skala luas, bahkan juga dicemari dengan limbah-limbah hasil budidaya manusia.
Masalah pencemaran sungai yang semakin hari semakin berat itu jelas memprihatinkan. Kepedulian pemerintah akan sungai pun besar. Itu tergambar dari keputusan pemerintah yang sejak 2011 menetapkan 27 Juli sebagai Hari Sungai Nasional.
Ketetapan ini merujuk Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2011 tentang Sungai, Pasal 74: "Dalam rangka memberikan motivasi kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap sungai, tanggal ditetapkannya peraturan pemerintah ini ditetapkan sebagai Hari Sungai Nasional."
Dengan adanya Hari Sungai Nasional ini, masyarakat diharapkan lebih peduli dalam menjaga kebersihan dan kelestarian sungai-sungai di Indonesia. Selain itu, adanya Hari Sungai Nasional ini juga diharapkan dapat membantu pemerintah dalam melakukan proses "penyembuhan" dan pemulihan pada sungai-sungai yang rusak dan tercemar di Indonesia.
Mengutip data Badan Pusat Statistik, sebagaimana dikutip dari laman IPB University, sekitar 46% sungai di Indonesia termasuk dalam keadaan tercemar berat. Adapun 32% sungai lainnya termasuk dalam keadaan tercemar sedang berat, 14% termasuk dalam tercemar sedang, dan 8% nya termasuk tercemar ringan.
Menurut Agus Maryono, dalam naskah Pengelolaan Kawasan Sempadan Sungai oleh (2014: 80), penetapan Hari Sungai Nasional bertujuan untuk meningkatkan kepahaman dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sungai. Pada peringatan Hari Sungai Nasional, masyarakat perlu melakukan upaya-upaya terkait pengelolaan sungai, pemanfaatan sungai tanpa menimbulkan kerusakan, dan pengendalian sungai secara berkelanjutan.
Sungaiku Semakin Rentan
Di Indonesia, total batang sungai tidak kurang dari 70.000 buah. Di Jawa Barat misalnya, merujuk data di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), mencapai tidak kurang dari 2.000 batang sungai, mulai dari induk sungai yang besar hingga anak-anak sungai yang kecil, dan telah lebih dari separuh dari jumlah sungai tersebut dalam keadaan kritis, kering di musim kemarau dan banjir di musim hujan, serta tercemar oleh limbah.
Mengutip Supardiyono Sobirin, Anggota Tim Ahli PPK DAS Citarum dan Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda, saat memaknai Hari Sungai Nasional yang jatuh pada Rabu 27 Juli 2022, menyampaikan bahwa, karakter aliran sungai bersifat rentan, bervariasi dan berbeda untuk tiap wilayah, karena dipengaruhi oleh kondisi geohidrobiologi setempat, antara lain yaitu distribusi curah hujan, geologi, dan sosial budaya masyarakat.
Sehubungan karakternya yang rentan, kata Sobirin maka intervensi manusia terhadap lingkungan sungai berdampak hilangnya daya dukung, daya tampung, dan keseimbangan alam sungai. Di antaranya penyempitan, pendangkalan, dan pencemaran.
Susur Sungai 2023
Memandang pentingnya keberadaan sungai di tanah air, Kementerian PUPR mengajak masyarakat untuk lebih peduli menjaga kebersihan dan kelestarian sungai-sungai di Indonesia.
"Dengan adanya Hari Sungai ini juga diharapkan dapat membantu pemerintah dalam melakukan proses pemulihan pada sungai-sungai yang rusak dan tercemar di Indonesia," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam sambutan yang disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fatah pada acara susur dan bersih-bersih sungai yang juga merupakan road to event World Water Forum ke-10 dalam rangka Memperingati Hari Sungai Nasional di Jakarta, Kamis (27/7/2023).
Susur Sungai 2023 diikuti 12.008 orang, dengan cakupan 37 ruas wilayah sungai dengan total sepanjang 60,13 km. Selain bersih-bersih sungai juga diisi dialog generasi muda (ASN, perguruan tinggi, dan komunitas), lomba mewarnai diikuti oleh pelajar TK/SD yang dilaksanakan di 19 BBWS/BWS, penanaman pohon sebanyak 1.840 pohon dengan jenis pohon buah-buahan, pameran UMKM, inovasi keairan, serta sosialisasi dan edukasi terkait penyelamatan air.
Memperbaiki kondisi sungai, kata Sekjen Zainal Fatah usai Susur Sungai Ciliwung, tidak bisa hanya dengan pembangunan infrastruktur melainkan harus melalui pendekatan nonstruktural seperti rutin mengajak masyarakat melakukan kegiatan bersih-bersih sungai. "Kita sama-sama mengingatkan kepada masyarakat yang tinggal di dekat sungai untuk menjaga perilaku hidup bersih dengan tidak membuang sampah ke sungai," kata Zainal Fatah.
Dengan kegiatan susur sungai ini, juga diharapkan dapat menjawab amanah Peraturan Presiden (Perpres) 83/2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Di mana sampah laut mencakup limbah yang berasal dari daratan, badan air, dan pesisir yang mengalir ke laut, serta sampah yang dihasilkan dari kegiatan di laut.
"Kegiatan susur sungai Hari Sungai Sedunia tahun 2023 ini juga merupakan salah satu rangkaian acara menuju World Water Forum ke-10 tahun 2024 di Bali. Indonesia mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah forum terbesar di dunia tentang Air. Bersama kegiatan tersebut, GN-KP bersama Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyelenggarakan kegiatan susur dan bersih-bersih sungai dengan tema “Sungai Bersih Untuk Kehidupan dan Alam”," kata Zainal Fatah.
Tema kegiatan ini diangkat dari tema utama 10th World Water Forum yang berjudul “Water for Shared Prosperity” atau “Air untuk Kesejahteraan Bersama,” dengan fokus pada salah satu Sub-Tema yaitu “Water for Human and Nature.”
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari