Indonesia.go.id - Antisipasi Krisis Air

Antisipasi Krisis Air

  • Administrator
  • Jumat, 24 Mei 2024 | 07:21 WIB
BENDUNGAN
  Foto udara, Bendungan Ameroro di Kecamatan Uepai, Konawe, Sulawesi Tenggara, Selasa (14/5/2024). Presiden Joko Widodo telah meresmikan pengunaan Bendungan yang mampu mengairi areal persawahan lebih 3.363 hektare dan mampu mereduksi banjir di wilayah Konawe sebesar 443 meter kubik per detik serta memiliki kapasitas tampung sebesar 88 juta meter kubik dengan luas genangan sebesar 376 hektare dengan potensi listrik 1,3 MW. ANTARANEWS/Suwarjono.
Bendungan Ameroro di Sultra merupakan salah satu dari 61 bendungan yang dibangun dalam kurun 2015--2024 untuk mengatasi krisis air baku di masa depan.

Ancaman kekeringan (kemarau) di tanah air itu nyata. Bahkan per Mei 2024, musim kemarau sudah mulai melanda sebagian wilayah RI. Diperkirakan, kemarau tahun ini akan berlangsung lama.

Merujuk data yang dilansir situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) www.bmkg.id, sebagian besar wilayah Indonesia atau sebanyak 445 zona musim/ZOM (63,66%), memasuki periode musim kemarau pada Mei hingga Agustus 2024. Selama musim kemarau di 2024, sebagian besar daerah diprediksi mengalami sifat hujan normal, yaitu sebanyak 358 ZOM (51,22%).

Yang dimaksud musim kemarau adalah suatu kondisi di mana berbagai daerah mengalami kekeringan atau kekurangan air dan tidak turun hujan. Hal tersebut terjadi karena adanya gerakan angin muson timur yang melewati Indonesia.

Prediksi kemarau panjang dengan masa puncak pada Juli--Agustus 2024, menjadi perhatian serius pemerintah. Kepala Negara pun mengingatkan adanya ancaman krisis air bersih.

Ke depan, air akan menjadi sesuatu yang sangat penting. Oleh karena itu, masyarakat harus peduli sejak dini. Jangan membiarkan air untuk mengalir terus ke laut tanpa dimanfaatkan. Langkah konkretnya adalah dengan mengalirkan air ke penampungan, salah satunya ke bendungan.

“Oleh karena itu, sejak 2020 dibangun Bendungan Ameroro. Ini adalah bendungan yang ke-40 yang telah kita bangun dan selesai di akhir 2023. Dibangun dengan biaya Rp1,57 triliun. Kita harap manfaatnya jauh lebih besar dari uang yang dipakai untuk membangun bendungan,” kata Presiden Jokowi, saat meresmikan Bendungan Ameroro dan Penataan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Peresmian dilakukan di Bendungan Ameroro, Selasa (14/5/2024).

Tingkatkan Volume Air

Pembangunan sejumlah bendungan yang digencarkan sejak 2015, kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, bertujuan untuk berbagai fungsi; peningkatan volume tampungan air sehingga suplai air irigasi ke lahan pertanian terus terjaga. Juga sebagai sumber air irigasi, air baku, energi listrik terbarukan, pengendalian banjir, konservasi air, dan pengembangan pariwisata. 

“Pembangunan bendungan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian, bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat memberikan manfaat yang nyata di mana air akan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” kata Menteri Basuki.

Bendungan Ameroro adalah satu dari 61 bendungan baru yang dibangun dalam 10 dasawarsa (2015--2024) terakhir. Ke-61 bendungan baru itu melengkapi sebanyak 231 bendungan yang telah ada sebelumnya. Sehingga, total ada 292 bendungan (per Mei 2024 sebanyak 271 bendungan telah resmi beroperasi) di berbagai wilayah Indonesia dalam rangka membangun ketahanan pangan dan ketahanan air nasional. 

Apakah 292 bendungan itu cukup untuk seluruh wilayah tanah air? Urusan air dan energi merupakan persoalan besar, jika tidak disiapkan untuk dikelola dari sekarang. Jumlah 292 bendungan untuk Indonesia yang memiliki luas daratan 1.913.578,68 km2, sejatinya jauh dari memadai. Bandingkan dengan negara lain seperti Tiongkok yang sudah memiliki 98 ribu bendungan, atau Korea Selatan sebanyak 20 ribu bendungan. 

Dengan jumlah sungai (sekitar 4.400 buah di seluruh tanah air), Indonesia seharusnya membangun lebih banyak lagi bendungan. Setidaknya di tiap kota/kabupaten di tanah air, minimal ada satu bendungan. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 mengacu pada hasil pendataan rentang tahun 2018--2022, terdapat 416 kabupaten dan 98 kota di Indonesia. Jadi, minimal ada 507 bendungan dengan kapasitas yang kurang lebih sama maka air yang ada akan bisa dikelola sehingga bermanfaat.

Daya tampung Bendungan Ameroro sebesar 88 juta m3 yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik berkapasitas 1,3 MW. Di samping itu, Bendungan Ameroro memiliki manfaat untuk meningkatkan layanan irigasi seluas 3.363 Ha, meningkatkan intensitas pertanaman 300%, melayani kebutuhan air baku di Kabupaten Konawe sebesar 511 liter/detik dan mereduksi banjir hingga 443 m3/detik.

“Saat ini proses impounding Bendungan Ameroro telah mencapai 99% atau sebesar 87 juta m3. Di samping pertanian, air baku dan mereduksi banjir, Bendungan Ameroro memiliki potensi wisata untuk Kabupaten Konawe,” ucap Kepala Balai Wilayah Sungai IV Sulawesi A. Adi Umar Dani

Bendungan Ameroro dibangun pada Desember 2020--Desember 2023 dengan biaya APBN sebesar Rp1,57 triliun. Pembangunannya dilaksanakan dalam dua paket pekerjaan, yakni Paket I oleh kontraktor PT Wijaya Karya-PT Sumber Cahaya Agung-PT Basuki Rahmanta Putra (KSO) dan Paket II PT Hutama Karya-PT Adhi Karya (KSO).

Dikutip dari rilis Kementerian PUPR, Camat Uepai Masrul Maranay menyampaikan, kehadiran Bendungan Ameroro sangat membantu masyarakat di Kabupaten Konawe khususnya Kecamatan Uepai. “Selama ini petani kami dalam pengelolaan sawah kekurangan air, dengan adanya bendungan ini semuanya terpenuhi sekitar 2.000 ha. Dari sisi air bersih yang selama ini dikeluhkan masyarakat juga sudah terpenuhi,” ucap Masrul.

 

Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari