Indonesia.go.id - Transaksi Digital Tumbuh Pesat

Transaksi Digital Tumbuh Pesat

  • Administrator
  • Minggu, 9 Juni 2024 | 07:24 WIB
EKONOMI DIGITAL
  Sejak Bank Indonesia pertama kali meluncurkan QRIS pada 17 Agustus 2019, proses transaksi dengan alat pembayaran jenis semakin meluas, mudah dan efektif. ANTARA FOTO
Nominal transaksi QRIS tumbuh 194,06 persen yoy, dengan jumlah pengguna mencapai 48,90 juta dan jumlah merchant 31,86 juta.

Era digitalisasi di sektor perbankan kini sudah tidak terelakkan lagi. Digitalisasi sebagai dampak dari tren perkembangan teknologi juga telah memberikan berkah berupa efisiensi bagi sektor perbankan.

Bagi industri perbankan, keberadaan jaringan kantor cabang dinilai sudah kurang optimal di tengah perkembangan digitalisasi. Mereka perlu melakukan transformasi di sejumlah kantor cabang menjadi smart branch.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total jumlah bank umum di tanah air yang mencapai lebih dari ratusan bank dengan total jaringan kantor puluhan ribu unit kini sudah menurun drastis. Konsumen kini sudah bisa melakukan transaksinya melalui smart gadget.

Apalagi, konsumen kini sudah banyak terbantu dengan keberadaan sejumlah alat pembayaran berbasis digital yang sudah banyak yang beredar di masyarakat.

Tentu, kita sudah mengenal namanya GoPay, Ovo, LinkAja, Doku atau Dana, dan banyak lagi. Pemain perbankan konvensional juga sudah masuk ke layanan digital. Sebut saja, E-money Mandiri, Brizzi BRI, Tap Cash BNI, dan Flazz BCA.

Selain sejumlah alat pembayaran tersebut di atas, Bank Indonesia (BI) juga menyediakan alat pembayaran berbasis digital bernama Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS). Bahkan, kini semua perbankan wajib penyediakan layanan alat pembayaran tersebut.

Sejak Bank Indonesia pertama kali meluncurkan QRIS pada 17 Agustus 2019, proses transaksi dengan alat pembayaran jenis semakin meluas, mudah dan efektif. Bahkan, di fasilitas ibadah seperti masjid, fasilitas QRIS pun kini disediakan. Artinya, jemaah masjid bila mau beramal tidak perlu menggunakan uang cash, cukup tempelkan gadget-nya ke tanda QRIS, tulis nominal yang mau disumbangkan, maka tertunaikanlah sudah niat untuk beramal ke masjid tersebut.

Tidak dipungkiri, fasilitas QRIS kini cukup mudah ditemukan di mana-mana. Wajar bila BI berani memasang target pengguna alat pembayaran itu cukup tinggi. Di 2024, pengguna QRIS bisa mencapai 55 juta pengguna. Dari sisi volume transaksinya, BI menargetkan bisa mencapai 2,5 transaksi pada 2024.

 

Perluasan Ekosistem

Berkaitan dengan perkembangan QRIS, Gubernur BI Perry Warjiyo menilai, tren digitalisasi terus berkembang pesat didukung dengan perluasan ekosistem ekonomi dan keuangan digital yang semakin inklusif. Dalam rangka itu, Bank Indonesia terus mengakselerasi kebijakan digitalisasi sistem pembayaran untuk pembentukan ekosistem ekonomi dan keuangan digital yang inklusif dan efisien, serta untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Bagaimana perkembangan transaksi digital QRIS saat ini? BI mencatat, nominal transaksi digital melalui QRIS mengalami pertumbuhan hingga 194,06 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada April 2024. 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo tidak secara spesifik menyebutkan nominal transaksi yang telah terjadi, melainkan pertumbuhan ini seiring dengan jumlah pengguna dan merchant yang juga meningkat. 

“Nominal transaksi QRIS tumbuh 194,06 persen yoy, dengan jumlah pengguna mencapai 48,90 juta dan jumlah merchant 31,86 juta,” ungkapnya dalam konferensi pers, Rabu (22/5/2024). 

Sementara itu QRIS crossborder alias implementasi transaksi rupiah atau local currency transaction (LCS) juga tercatat meningkat lebih dari 34 persen (yoy) sepanjang April 2024.  Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menuturkan, peningkatan tersebut terjadi apabila membandingkan dengan tahun sebelumnya di mana transaksi rupiah di sejumlah negara menggunakan QRIS senilai USD639,6 juta. 

“Secara year to date (ytd) Januari hingga April, LCS mencapai USD2,95 miliar. Ini peningkatan 166 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” jelasnya. 

Destry juga menyampaikan, ada peningkatan jumlah pelaku transaksi yang per April yang mencapai jumlah 3.750 pelaku. Itu meningkat dari Maret, yang baru berada di angka 2.602 pelaku. 

“Jadi, berbagai upaya dilakukan BI agar kita bisa terus menarik dana asing untuk menjaga stabilitas nilai tukar,” tuturnya. 

Adapun, masih pada April 2024, transaksi BI-RTGS meningkat 18,65 persen (yoy) mencapai Rp13.112,22 triliun. Transaksi BI-FAST tumbuh 56,70 persen (yoy) sehingga mencapai Rp612,90 triliun. 

Untuk nominal transaksi digital banking tercatat Rp5.340,92 triliun atau tumbuh sebesar 19,08 persen (yoy) dan nominal transaksi Uang Elektronik (UE) meningkat 33,99 persen (yoy) sehingga mencapai Rp90,44 triliun.

Harapannya, penggunaan QRIS semakin meluas, bahkan bisa diaplikasikan di semua sektor. Yang terpenting alat pembayaran itu mengandung sifat cepat, mudah, murah, dan aman.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari